Oleh Nabila Sinatrya
Pemerintah berencana mengkonversi penggunaan gas LPG ke kompor listrik. Alasan konversi ini didasari atas besarnya beban pemerintah dalam impor gas LPG. Pada 2022, Presiden Jokowi menyebut anggaran untuk impor LPG mencapai Rp80-an triliun. Ini tidak hanya menghemat anggaran negara, tapi juga dapat menurunkan biaya masak sebanyak 10-15% menurut perhitungan PLN. (bbc.com, 19/09/2022).
Uji coba penggunaan kompor listrik diberikan ke 1000 rumah tangga dengan kapasitas daya listrik antara 450-900 VA. Uji coba ini dilakukan di Solo, Bali, dan Sumatera. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan konversi Energi Kementrian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan bahwa uji coba ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan kompor listrik, seperti biaya yang dikeluarkan untuk instalasi, pembayaran listrik berkelanjutan, dan sebagainya.
Sebelum memberlakukan kebijakan ini, pemerintah harus meninjau kembali efisiensinya karena dinilai masih kurang tepat jika diterapkan di Indonesia. Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengingatkan kendala pasokan listrik yang belum kuat, infrastruktur kelistrikan yang mumpuni hanya di Pulau Jawa dan Bali. Juga kabar bahwa tarif listrik akan naik lagi, tentu ini akan membuat rakyat semakin tercekik di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok.
Migrasi dari LPG ke kompor listrik patut untuk dikritisi, seperti yang dikatakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bahwa konversi ini adalah upaya untuk menyiasati kelebihan pasokan (oversupply) listrik PT PLN. Karena PLN menerapkan skema take or pay, artinya listrik yang telah di produksi oleh produsen listrik swasta (IPP) baik itu dipakai atau tidak harus tetap dibayar. Sehingga kebijakan ini untuk meningkatkan permintaan akan listrik agar serapan listrik juga meningkat.
Sekertaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan bahwa oversupply listrik PLN mencapai 6 GW di akhir 2022. Tak heran jika pemerintah pun juga mendesak untuk beralih kepada penggunaan kendaraan listrik.
Beberapa alasan beralih ke kompor gas yang dilontarkan hanya untuk mengelabuhi rakyat demi goal sebuah program dari kebijakan yang dikeluarkan. Seandainya kebijakan ini terealisasi, dengan terpaksa rakyat akan menambah pasokan listrik dan bisa dengan mudah tarif listrik terus dinaikkan oleh pemangku kebijakan. Lalu dimana letak kesejahteraan yang berpihak kepada rakyat?
Harapan untuk mewujudkan kemandirian energi pun masih dalam angan. Pasalnya, sumber energi dan sumber daya alam negeri ini dikuasai oleh swasta atau asing. Hal ini menjadi buah dari di adopsinya sistem kapitalisme, kebijakan yang ditetapkan selalu berpihak kepada para pemilik modal, memanfaatkan banyaknya permintaan dan privatisasi produksi untuk meraup keuntungan yang kembali kepada kepentingan segelintir kapitalis oligarki.
Untuk mengeluarkan penderitaan rakyat dari lingkaran setan ini dengan beralih kepada aturan yang tidak memandang kepentingan segelintir orang. Yaitu aturan yang berasal dari Allah Swt, mengadopsi sistem Islam dalam khilafah. Selama kurang lebih 13 abad, khilafah mampu membawa keberkahan bagi seluruh alam karena ditopang diatas empat pilar yaitu kedaulatan di tangan syara’, kekuasaan di tangan umat, hak formalisasi ada pada khalifah, dan kesatuan seluruh umat dalam satu kepemimpinan.
Dalam Islam sumber daya alam yang depositnya banyak merupakan harta milik umum yang wajib dikelola negara, seperti gas, listrik, hutan, dan semuanya yang telah ditetapkan oleh syariah sebagai kepemilikan umum. Dalam sistem ekonomi Islam, penglolaan sumber daya alam (SDA) menggunakan sistem sentralisasi, artinya SDA yang ada di sebuah negeri menjadi milik seluruh kaum Muslimin.
Dalam mengelola kepemilikan umum, negara tidak boleh menjualnya kepada rakyat dengan asas mencari keuntungan seperti sistem kapitalis hari ini. Harga jual hanya sebatas harga produksi yang nanti akan dialokasikan kembali untuk kepentingan rakyat seperti membangun sekolah-sekolah, rumah sakit, dan pelayanan umum lainnya. Inilah menjadi satu-satunya jalan kebangkitan untuk menuntaskan seluruh problem kehidupan.
Wallahu a'lam bishawab.
Post a Comment