Kondisi generasi Muslim saat ini trouble maker, pelaku dan penebar kerusakan karena lemahnya para pelaku pendidikan generasi.
"Para pelaku pendidikan generasi dilemahkan hingga mengalami disfungsi, disharmoni dan asinergis satu sama lainnya," ungkap Pemerhati Remaja, Ustadzah Rizki Damayanti, dalam Kajian Muslimah Tematik, Komunitas Bidadari Syurga Taat Syariah: Agar Generasi Muslim Berkarakter Kuat, Ahad (28/8/2022) di Masjid Insani 99, Perum Cinere Insani Residence, Meruyung, Depok.
Lanjutnya, penyebab karena lainnya karena diintervensi untuk menghasilkan output profil generasi yang diinginkan penjajah.
Menurut Cing Kiki, sapaan akrabnya, setidaknya ada 4 para pelaku pendidikan generasi yang berperan membuat generasi kian mengkhawatirkan yakni keluarga, sekolah (pesantren, kampus), masyarakat dan negara.
Pertama, keluarga. "Keluarga sebagai wadah pembentukan generasi diserang dengan ide-ide feminism, kesetaraan gender, pernikahan bukan ibadah, menolak perbedaan identitas gender dan peran antara laki-laki dan perempuan serta yang lainnya," bebernya di hadapan sekitar 100 Muslimah se-Depok.
Kedua, sekolah (pesantren, kampus). "Pada sisi ini terjadi sekularisasi, kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), kurikulum portotype, UU Pesantren, mewujudkan profil siswa/mahasiswa anti syariah, anti Islam politis, pengarusan moderasi beragama dan lainnya," terangnya.
Ketiga, lingkungan. "Semua ide dan nilai rusak bisa dijajakan atas nama kebebasan, modernism, kearifan lokal, tidak ada halal haram, baik buruk, dakwah Islam politik dipersekusi dan lainnya," ujarnya.
Keempat, negara. "Negara dimandulkan dengan paradigma good and clean governance, menihilkan peran sebagai ra'in dan junnah, perannya hanya sebagai regulator fasilitator, dihilangkan kedaulatannya dengan dijerat utang ribawi, disandera dengan berbagai konvensi internasional dan lainnya," pungkasnya. []Sri Nurwulan
Post a Comment