Ibu Rumah Tangga dan Member AMK
Dilansir dari media Humas.polri.id (Jumat 1/8/2022), Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono mengatakan memasuki tahun ajaran baru, dunia pendidikan khususnya tingkat perguruan tinggi harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap paham dan gerakan kekerasan. Menurutnya gerakan yang dimaksud itu berpotensi dan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.
Beliau pun memaparkan bahwa gerakan tersebut adalah berupa intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Beliau juga menyebutkan tentang kejadian-kejadian terorisme berikut data-data kejadian yang terjadi di seluruh dunia.
Masih menurut beliau, berdasarkan data bahwa penyebaran paham dan gerakan radikalisme dan intoleransi ini menyasar pada kalangan muda, termasuk dunia pendidikan.
Penjagaan terhadap generasi muda khususnya para intelektual di dunia kampus dari semua paparan pemikiran dan pemahaman negatif tentu wajib dilakukan. Namun apakah benar radikalisme, ekstremisme, dan terorisme adalah paham yang merusak generasi muda saat ini?
Apakah benar kelompok yang dimaksud dengan radikalisme adalah kelompok yang merusak? Pada kenyataannya mereka adalah kelompok atau orang-orang yang paham akan agama secara mendalam. Mereka pun mengagungkan syariat agama Islam dan menghendaki kebaikan atas negeri ini.
Faktanya pada masa ini kerusakan yang terjadi khususnya di kalangan generasi muda lebih karena adanya paham sekuler dan liberalisme. Generasi muda kini menjadi liar, berbuat sesuka mereka, bebas tanpa aturan, hanya memikirkan kepuasan hawa nafsu dan kemanfaatan diri serta duniawi semata.
Maka sudah sepatutnya dunia pendidikan dilindungi dari paham sekuler dan liberalisme ini, yang demikian masif dan nyata merusak generasi. Generasi muda sekarang tak sedikit yang menjelma menjadi generasi yang rapuh, rusak bahkan sebagiannya kerap berbuat kerusakan baik terhadap diri, negara bahkan agama.
Mereka limbung tanpa arah dan sandaran yang kokoh. Ketika mereka belajar di sekolah atau di kampus hanya bertujuan untuk mendapat nilai yang bagus, lulus dengan nilai tinggi, lantas setelahnya bisa bekerja di tempat yang enak. Hanya itu saja tujuan mereka. Tapi setelah itu, banyak dari mereka yang tidak tahu harus berbuat apa. Bukankah ini sangat mengkhawatirkan?
Mereka akan dengan mudah terbawa pengaruh buruk dari luar. Lalu akan jadi apa negara ini nantinya, jika generasi dibiarkan terus seperti ini?
Di tengah-tengah para pemuda itu hanya sebagian kecil saja yang mencoba bertahan. Bertahan pada prinsip dan ajaran yang benar. Menguatkan diri dengan agama dan tuntunan yang baik dan lurus. Tapi mengapa lagi-lagi isu radiklalisme dan intoleransi yang digaungkan seolah sebagai sesuatu yang rusak dan merusak? Bukankah sebagai seorang pemeluk agama kita harus taat pada ajaran agama?
Sementara Islam telah mengajarkan tentang arti toleransi, bahwa ada prinsip "lakum diinukum waliyadiin", bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Dengan pengertian kita wajib menghormati agama lain dengan membiarkan mereka melakukan ibadahnya tanpa umat Islam turut hanyut di dalamnya.
Sedang menurut pandangan sekuler, toleransi adalah mencampuradukkan agama. Mereka menganggap boleh turut dalam ibadah agama lain dengan dalih toleransi.
Sementara itu isu radikalisme dan intoleransi selalu dialamatkan pada Islam dan kelompok Islam. Padahal ini sesungguhnya hanya ketakutan yang tidak beralasan. Mereka selalu mengambinghitamkan Islam dan ajarannya.
Sejatinya Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin yaitu penerang bagi seluruh alam. Islam sangat melarang umatnya melakukan tindak kekerasan apalagi menzalimi manusia lain. Islam mengutuk keras pada setiap tindak kekerasan karena dalam Islam semua telah diatur secara mendetail. Setiap hukum dalam Islam ada maksud dan ketentuannya, tidak sembarangan.
Dalam Islam, pendidikan pun sangat diperhatikan. Bahkan sebelum anak dilahirkan, Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Didiklah anak 21 tahun sebelum ia dilahirkan". Artinya apa? Sebelum seorang anak dilahirkan, seorang laki-laki atau calon suami harus memilih calon istri yang baik, salehah, sebagai calon murabbi. Itu karena kelak ketika menjadi ibu, ia akan berposisi sebagai pendidik pertama sehingga akan melahirkan anak yang hebat. Karena tidak akan terlahir anak yang hebat kecuali dari ibu yang hebat.
Tujuan pendidikan dalam Islam pun sudah jelas yaitu membentuk manusia yang memiliki kepribadian yang baik, bersyakhsiyah Islam yang sempurna.
Adapun faktor pendidik Islam yaitu akidah yang kuat, yang didapat dari proses berpikir. Selanjutnya adalah keterkaitan akidah dengan pilihan hidup, juga keterkaitan tsaqafah dan pemahaman. Terakhir adalah adanya masyarakat yang kondusif, yaitu pelaku amar makruf nahi mungkar. Juga negara yang berkarakter, penerap syariat kaffah.
Tak terbantah lagi, Islam adalah solusi dalam setiap permasalahan termasuk dunia pendidikan. Dengan memiliki akidah yang kuat maka generasi muda akan menjadi generasi yang tangguh terhadap gangguan juga pengaruh buruk dari luar.
Dengan demikian generasi muda akan menjadi generasi yang cemerlang, sigap dan maju dalam kemajuan ilmu dan teknologi. Taat dan patuh pada hukum agama Islam sehingga menjadi pemimpin yang amanah di zamannya nanti. Membawa negara pada era kejayaan dan kemakmuran.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Post a Comment