Remaja Citayam, Potret Generasi Penerus Bangsa?


Oleh : Yeyet Mulyati
(Aktivis Dakwah)

Citayam fashion week kini tengah digandrungi oleh para remaja dan berhasil dijadikan wadah bagi para remaja untuk mengekspresikan diri mereka lewat fashion. Mereka mengenakan pakaian yang beragam dan unik sehingga kini menjadi perbincangan dikalangan masyarakat luas. Dan ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja tapi juga sudah menular keberbagai daerah, dan mereka menganggap hal ini adalah suatu hal yang menyenangkan, tanggapan bermunculan pro dan kontra mengiringi trend ini, baik dari masyarakat biasa, artis hingga para pejabat mereka memberikan tanggapan yang beragam.
Bagi mereka yang pro menganggap hal ini adalah kegiatan yang positif dimana anak-anak ini tidak melakukan perbuatan yang melanggar atau anarkis mereka hanya mengekspresikan diri mereka dengan bergaya melalui fashion, dan untuk yang kontra mereka merasa miris dengan keadaan ini anak anak yang seharusnya belajar untuk mencari ilmu malah keluyuran tak tentu. 

Karena memang pada faktanya, mereka menghabiskan waktu mereka yang seharusnya belajar malah mereka gunakan untuk nongkrong dipinggir jalan bersama  teman-teman mereka tanpa ada tujuan. Lain yang terjadi di Citayam lain pula yang terjadi di Tasik Malaya tepat dihari anak nasional presiden Jokowi menyampaikan berita serta bela sungkawa nya atas meninggalnya seorang siwa yang menjadi korban perundungan, hal ini disampaikan usai menghadiri puncak perayaan hari anak nasional di Kebun Raya Bogor , Jawa Barat (Bogor, kompas tv, 23 juli 2022).

Sungguh berita yang sangat kontras antara Citayam dan Tasik Malaya ini, di satu sisi mendapatkan apresiasi di sisi lain mendapatkan doa belasungkawa. Jika dilihat dari kedua kejadian di atas, kita sebagai orang tua harusnya merasa sedih atas kejadian tersebut. Di balik anak-anak Citayam yang mengekspresikan diri mereka, ternyat mereka memiliki masalah dalam kehidupan mereka, baik dengan orang tua, keluarga atau teman-temannya yang membuat mereka melampiaskannya dengan mengekspresikan diri melalui fashion, begitupun anak korban perundungan pun mereka memiliki masalah dengan teman, keluarga dan lainnya, tetapi ia tak bisa  mengatakannya kepada siapapun hingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua peristiwa tersebut merupakan sebuah potret kehancuran anak-anak saat ini yang seharusnya menjadi generasi penerus dan yang akan membawa pada perubahan.

Dan ini bukan hanya masalah orang tua dan anak saja, tetapi ini merupakan masalah kita  bersama dan tentunya diperlukan peran negara untuk mengurusi permasalahan rakyatnya terutama anak-anak dan remaja selaku generasi penerus bangsa, karena bukan hanya kontol keluarga saja tapi masyarakat dan juga negara berperan penting dalam menyelesaikan masalah ini. 

Dan tentunya kita memerlukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini yaitu sistem yang mampu untuk menyelesaikan segala bentuk masalah, tidak lain dan tidak bukan hanyalah Islam. Karena Islam hadir bukan hanya sebagai agama ritual semata yang dibahas perkara shalat, puasa, zakat dan haji saja, tetapi Islam hadir sebagai sistem kehidupan sempurna yang secara praktis terwujud dalam sebuah institusi negara yang disebut Khilafah. Yang didalamnya akan terwujud pemikiran, perasaan dan aturan yang di terapkan di tengah masyarakat agar terikat dengan hukum syariat. Maka untuk membentuk generasi cemerlang Khilafah akan memastikan 3 pihak berhasil menjalankan peran mereka masing-masing :

Pihak pertama yaitu orang tua dan keluarga. Pemahaman arab terkait kehidupan berawal keluarga akan prinsip-prinsip aqidah Islam serta hukum syariat sehingga anak bisa membangun tujuan hidupnya yang di arahkan pada kemuliaan Islam

Kedua, yaitu masyarakat. Masyarakat adalah sebuah entitas yang menjadi tempat belajar dan praktis secara langsung. Bagi generasi masyarakat dalam Khilafah memiliki corak yang khas yaitu interaksi antara mereka adalah amal maruf nahi munkar. Tolak ukur keberhasilan dan kebahagiaan adalah Allah SWT bukan materialistik seperti sistim sekuler kapitalisme saat ini. Maka orientasi kehidupan generasi akan fokus pada aktivitas fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ketiga, negara. Peran negara adalah memastikan setiap warga negaranya termasuk generasi muda terikat dengan hukum syariat maka Khilafah akan melakukan pembinaan kepada warga negaranya melalui penerapan sistem pendidikan islam, pendidikan islam akan menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian syaksiyah Islam yaitu pola pikir dan pola sikap mereka sesuai dengan Islam.

Wallahu’alam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post