RACUN MODERASI MERUSAK GENERASI


Oleh : Ummu Fahri
Aktivis Dakwah Perindu Perubahan

Generasi adalah aset kemajuan bangsa dan sekaligus sebagai penerus dari sebuah peradaban manusia dan sebagai tonggak lahirnya sebuah perubahan yang hakiki. Oleh karena itu, berhasilnya suatu bangsa dan bangkitnya sebuah peradaban dilihat dari para generasinya. Dan ini pulalah strategis orang kafir dalam membidik para generasi muda agar terjerumus kepada kehidupan yang jauh dari pemahaman Islam. 

Salah satunya program racun moderasi beragama yang tujuannya untuk men sekulerkan pemikiran umat Islam terlebih dari para generasi muda.

Program Moderasi Beragama terus disosialisasikan oleh berbagai pihak. Saat ini gaungnya sudah masuk ke dunia pendidikan. Tidak hanya ke madrasah-madrasah, tetapi sudah merambah ke sekolah-sekolah umum.

Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB)  menggelar dialog  guru dan tenaga kependidikan.  Kepala PKUB Setjen Kemenag Nifasri mengatakan, masa depan bangsa Indonesia berada di tangan para guru agama (Kemenag.go.id)

Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut pihaknya sedang menyiapkan materi kurikulum moderasi beragama untuk disisipkan dalam Kurikulum Program Sekolah Penggerak yang  disusun bersama Kementerian Agama (Kemenag). (cnnindonesia.com, 23/9/2021).

Kemenag telah meluncurkan 4 modul moderasi beragama sebagai pedoman teknis implementasinya. Pertama, modul pendidikan karakter melalui moderasi beragama. Kedua, modul penguatan wawasan moderasi beragama. Ketiga, modul integrasi moderasi beragama pada pendidikan agama Islam. Keempat, modul  pengelolaan kegiatan moderasi beragama bagi siswa (Republika.co.id, 23/9/2021)/

Menurut Nadiem, moderasi beragama sangat penting diajarkan karena salah satu dari tiga “dosa besar pendidikan” di Tanah Air adalah intoleransi beragama.

Miris membayangkan kualitas masa depan generasi umat jika dibiarkan dalam cengkeraman program moderasi agama.  Mereka terus dikepung dengan ide Islam moderat melalui guru di sekolah atau madrasah—yang akan menjauhkan identitas utamanya sebagai khayru ummah pelanjut peradaban mulia. Alih-alih mendapatkan pengokohan kepribadian Islam, mereka yang ingin konsisten menerapkan agamanya dengan benar akan dituduh radikal, ekstrem dan intoleran.   Produk pendidikan Islam Moderat adalah generasi yang tidak mempertentangkan  agama, menilai semua agama benar  dan menjunjung tinggi toleransi yang kebablasan.  Hal inilah yang harus diwaspadai oleh orangtua muslim.

 Moderasi Islam sama sekali bukan gagasan atau hasil ijtihad ulama mu’tabar. Istilah moderasi Islam juga tidak bersumber dari peristilahan islami. Moderasi Islam atau Islam moderat merupakan gagasan pemikir-pemikir sekuler-liberalis Barat, terutama mereka yang terlibat aktif dalam proyek pengendalian dan riset kebijakan-kebijakan global.

Istilah “moderasi Islam” atau Islam moderat merupakan istilah politik untuk melawan Islam. Kemunculan moderasi Islam tidak bisa dipisahkan dari agenda war on terrorism yang digaungkan AS, setelah peristiwa peledakan Gedung WTC tahun 2001.

Hakikat moderasi Islam dapat dipahami, salah satunya dari sebuah buku yang dikeluarkan Rand Corporation, berjudul Building Moderate Muslim Network, pada bab 5 tentang Road Map for Moderate Network Building in the Muslim World (Peta Jalan untuk Membangun Jaringan Moderat di Dunia Muslim). Dalam salah satu anak judulnya dijelaskan tentang karakteristik Muslim moderat (Characteristics of Moderate Muslims). Muslim moderat adalah orang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi; termasuk di dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme, dan menerima sumber-sumber hukum non-sektarian, serta melawan terorisme dan bentuk-bentuk legitimasi terhadap kekerasan (Angel Rabasa, Cheryl Benard et all, Building Moderate Muslim Network, RAND Corporation, hlm. 66).

Menurut Janine A Clark, Islam moderat adalah “Islam” yang menerima sistem demokrasi. Sebaliknya, Islam radikal adalah yang menolak demokrasi dan sekulerisme. Moderasi Islam dalam pengertian ini bermakna membangun Islam yang menerima demokrasi dan kesetaraan gender.

Sayangnya, narasi moderasi agama ditelan mentah-mentah oleh kaum Muslim, termasuk para ulama dan intelektualnya. Mereka sedikitpun tidak melihat bahaya dari narasi ini. Pasalnya, Barat memang sangat apik dan cerdas dalam membungkus narasi moderasi agama ini. Diantaranya dengan selalu mengaitkan moderasi agama dengan istilah-istilah ‘indah’ seperti: perdamaian, kesetaraan, keadilan, saling tenggang rasa,  HAM, ‘Islam ramah’ bukan ‘Islam marah’ dll. Sebaliknya, moderasi agama selalu dilawankan dengan istilah-istilah yang sudah terlanjur dicap buruk seperti: radikalisme, ekstremisme, fundamentalisme, fanatisme, ‘Islam garis keras’, bahkan terorisme.

Lebih dari itu, narasi moderasi agama lalu dicari-cari dalilnya sehingga seolah-olah berasal dari Islam. Misalnya, mereka menjadikan ayat al-Quran tentang wasathiyah sebagai dalil moderasi agama. Padahal jelas tidak nyambung dan cenderung dipaksakan. Faktanya, moderasi agama jelas murni berasal dari paham sekularisme Barat.

Oleh karena itu, sudah selayaknya para generasi paham betul bahwa ide moderasi beragama hanya akan menjauhkan umat Islam dan para generasinya tidak mengenal akan halnya Islam kaffah ( menyeluruh).Alhasil, moderasi Islam dengan segala bentuknya harus dilawan. Sebab, moderasi Islam hakikatnya adalah upaya menghancurkan eksistensi dan kemurnian Islam serta mengubah cara beragama kaum Muslim sesuai dengan arahan dan keinginan negara kafir imperialis.

Pemuda memiliki jiwa perubahan yang besar. Harusnya, kemampuan seperti ini tersalurkan pada hal yang tepat secara Islam, bukan hanya kanalisasi atau dimanfaatkan sebagai pengeruk pundi-pundi materi. Mereka mempunyai kemampuan lebih daripada itu.

Jika para pemuda dikenalkan tentang Islam sebagai mabda (ideologi), mereka akan menjadi generasi cerdas layaknya Ali bin Abi Thalib, sekuat Umar bin Khaththab, setangguh Muhammad al-Fatih, dan lain-lain. Kuncinya adalah mendekatkan mereka dengan Islam kafah, bukan sekadar Islam moderat, apalagi Islam liberal.

Seluruh pihak semestinya sadar dan aktif melakukan pencerahan atas setiap aktivitas yang menjauhkan umat—khususnya kaum muda—dari syariat. Para generasi memiliki kekuatan untuk mengedukasi umat agar tidak terjerumus pada jalan yang sesat. Lebih dari itu, butuh upaya masif dan komprehensif demi melindungi kaum muda dari seluruh pengaruh berbahaya. 

Wallahu a'lam Bishshawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post