(Pemerhati Sosial)
Sebanyak 22 partai sudah mendaftar sebagai calon peserta Pemilu 2024 hingga Rabu, 10 Agustus 2022.
"Hingga hari ke-10 ini, KPU sudah menerima pendaftaran 22 parpol peserta Pemilu 2022," ujar Komisioner KPU Idham Holik di kantornya, Rabu, 10 Agustus 2022.
Dari hasil pemeriksaan dengan aplikasi Sipol, KPU menyatakan dokumen 17 partai sudah lengkap.
Teranyar pada hari ada Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang dokumennya dinyatakan lengkap.
Sebelumnya, ada sejumlah partai yang terlebih dahulu dinyatakan sudah lengkap, yakni; Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Indonesia (Partai Perindo), Partai NasDem, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Garuda, Partai Demokrat, Partai Gelora, Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Hanura.
Sementara yang belum lengkap adalah Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA), Partai Reformasi,
Partai Negeri Daulat Indonesia (Pandai), Partai Demokrasi Rakyat Indonesia (PDRI), dan Partai Republiku. KPU menunggu partai-partai tersebut melengkapi dokumen persyaratan hingga hari terakhir pendaftaran pada 14 Agustus mendatang.(tempo.co/10/8/2022).
Jauh Panggang Dari Api
Parpol adalah agen demokratisasi dengan tujuan hakikinya mewujudkan program yang telah disusun berdasarkan ideologi tertentu yang diterapkan. Maka mendapatkan kekuasaan ataupun mempertahankan kekuasaan adalah ciri utama dari keberadaan parpol. Keberadaan pendukung pun sangat diperhitungkan.
Berbondong-bondongnya calon kontestan mendaftarkan parpol ke KPU tersebut, seolah - olah akan memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini. Pemahaman seperti ini sudah waktunya untuk diubah, malu apabila harus jatuh pada lubang yang sama. Kehadiran sistem multipartai bukan solusi dari segala permasalahan negeri ini, bahkan bisa dibilang "Jauh panggang daripada api".
Kehadiran mereka hanya memiliki kepentingan, visi, misi yang bisa memunculkan pertentangan bahkan permusuhan diantara para pendukung parpol. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa di sistem demokrasi tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada adalah kompromi demi kepentingan golongan. Peraturan yang diterapkan pun tidak lepas dari keuntungan dan manfaat semata.
Apakah demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan? Nyatanya tidak. Sistem demokrasi masih terasa amburadul. Alih-alih meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat, justru pemilu dalam sistem demokrasi menguras kantong rakyat tidak henti-hentinya.
Biaya pemilu yang fantastis, darimana sumber dananya jika bukan dari uang rakyat? Namun pahitnya, pemilu tidak pernah menjadi sarana penyalur aspirasi rakyat. Para 'pemenang' dalam pertarungan pemilu hanya berusaha memperkaya diri sendiri. Terbukti dengan kasus korupsi yang tidak ada habisnya.
Pemilu Dalam Islam
Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna, tidak melarang aktifitas pemilu sebagai ajang pengambilan suara. Namun penyelenggaraannya harus sesuai ketentuan syara'.
Mengutamakan kejujuran dan memangkas setiap kecurangan. Penyelenggaraannya pun tidak membutuhkan dana liar untuk membeli suara. Semua kandidat dipilih berdasar kemampuan dan kelayakan menurut pandangan syara' dan umat.
Ketika Rasulullah wafat, para sahabat mengumpulian ahlul ahli wal aqdi (perwakilan umat) untuk memilih pemimpin Madinah. Akhirnya terpilih sahabat Abu Bakar ra. menjadi khalifah pertama, yang mengganti kedudukan beliau sebagai pemimpin negara Islam, Madinah. Bukan sebagai pengganti Nabi.
Sebuah sistem yang lebih baik dan sempurna adalah sistem Islam. Sistem yang berasal dari sang Khaliq Pencipta Alam Semesta. Berdiri diatas pondasi akidah dan rasa takut kepada Allah SWT.
Kesadaran pemimpin Islam bahwa amanahnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, menjadikan pemimpin tak berani bertindak sesuka hati. Dia akan selalu bersandar pada aturan Allah.
Ayat ini menjelaskan tentang sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan rakyat secara keseluruhan.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami Allah menjadikan kamu sebagai khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shad : 26)”
Akhir kata siapakah Pemimpin yang terbaik …? Yaitu yang telah disabdakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam, yang artinya,
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah Pemimpin yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendo’akan kalian dan kalian pun mendo’akan mereka. (HR. Shohih Muslim)”.
Wallahua'lam
Post a Comment