PEMBAJAKAN DAN PERUSAKAN GENERASI

Oleh: Nurul Rabiatul Adawiyah

Generasi adalah tonggaknya sebuah peradaban. Di tangan mereka lah letaknya estafet kepemimpinan sebuah negara. Mereka adalah tokoh-tokoh di masa yang akan datang. Namun seiring dari perubahan zaman paradigma mulai berubah. Sistem kapitalisme menyulap generasi saat ini menjadi sekuler, kehidupannya jauh dari nilai-nilai Islam.

Seperti yang terjadi beberapa hari lalu kasus bullying kembali terjadi pada anak kelas 6 SD tepatnya di Taksimalaya, bocah tersebut mengalami depresi hingga sakit keras yang pada akhirnya meninggal dunia. Yang dimana bocah tersebut di paksa oleh teman-teman sebayanya untuk menyetubuhi kucing. Innalillahi.

Salah satu Psikiater Limijati Bandung Dr. Elvine Gunawan mengatakan, "Setiap kasus bullying baik ringan atau yang seperti ini sudah ekstrem, bukan lagi bullying secara verbal, tapi ini lebih dari kekerasan secara fisik, walaupun menggunakan cara lain tapi berdampak pada kesehatan jiwa dan sanksinya juga luas banget" Dikutip (Detik.com, 21/07/22).

Sebenarnya kasus bullying ini bukanlah permasalahan yang baru-baru ini terjadi. Akan tetapi sudah lama hanya saja belum ada jalan keluar yang bisa menyelesaikan permasalahan bullying ini dari akarnya.Disisi lain kurangnya perhatian pemerintah terhadap generasi, mereka hanya sibuk membuat program-program baru yang tidak ada dampaknya bagi generasi.

Selain itu aturan pun tidak tegas. Kenapa yang di salahkan adalah aturan karena aturan terkadang mendominasi prilaku rakyat. Ketiadaan ketegasan dari aturan itu membuat rakyat bebas melakukan apapun sekalipun berurusan dengan jiwa seseorang.

Padahal kalau di pikir-pikir kasus bullying ini tejadi menjelang hari anak nasional. Presiden RI menyatakan belasungkawa atas meninggalnya seorang siswa di Tasikmalaya, yang menjadi korban perundungan. Menurut Jokowi, kasus perundungan merupakan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. (Kompas.Tv, 23/07/22).

Presiden berharap semua elemen dapat menjaga dunia bermain anak dari perundungan. Polisi sedang mendalami peristiwa perundungan di Tasikmalaya yang menyebabkan kematian bocah berusia 11 tahun. 15 orang diperiksa termasuk keluarga korban dan anak-anak yang berada di lokasi perundungan.

Seharusnya di Hari Anak Nasional ini menjadi bahan muhasabah bagi penguasa dalam melihat potret generasi saat ini. Sudahkah sesuai norma agama atau belum?, sesuai tidak perilaku generasi saat ini dengan nilai-nilai Islam atau belum?.

Padahal tujuan dari peringatan Hari Anak Nasional sebagai momentum kepedulian dan partisipasi bangsa ini dalam menjamin hak-hak anak. Yakni hak hidup, tumbuh, berkembang dan melindungi dari kekerasan, diskriminasi sehingga generasi menjadi generasi emas.

Namun, tidak cukup hanya sekedar memberikan peringatan kepada masyarakat untuk melindungi anak. Akan tetapi sebagai pemimpin yang mengurusi rakyat juga harus turun berperan, aturannya pun harus tegas pastinya sesuai dengan syariat Islam.

Tapi by they way kalau di lihat kepedulian dan partisipasi itu tidak ada pergerakan. Kenapa? Coba kita lihat fenomena yang viral baru-baru ini tentang Citayam Fashion Week yang aktivitasnya tak jauh dari hanya sekedar nongkrong dijalan, mengumbar aurat dan berjalan lengak-lengok, pacaran, campur baur. Potret generasi yang sekuler ini malah diapresiasi oleh penguasa dengan dalil kreativitas atau kebebasan dalam berekspresi.

Outfit dan gaya fashion seperti itu lahir dari budaya sekuler liberal, yang gaya hidupnya hedonisme. Bagi generasi sekuler sekarang penampilan adalah segalanya. Sementara cita-citanya hanya sekedar ingin viral di dunia maya, jadi demi terkenal mereka rela melakukan apapun demi sebuah konten.

Walau pada akhirnya Wakil Gubernur DKI Jakarta membubarkan Citayam Fashion Week dengan dalil pencegahan kekerasan dan pelecehan pada anak. "Sebelum pukul 22.00 WIB sebaiknya sudah di rumah. Ini bagian untuk mencegah kekerasan, pelecehan terhadap anak. Karena angka kekerasan meningkat, prostitusi daring juga meningkat", (Republika.co.id, 23/07/22).

Beliau menambahkan "pihaknya akan terus mencarikan tempat lain bagi anak-anak yang ingin melakukan fashion week, agar tidak dilakukan di zebra cross Dukuh Atas. Utamanya, saat ada hak pejalan kaki atau pengguna jalan raya lain yang juga terhalang kebebasannya. Semoga seluruh anak-anak kita mulia akhlaknya, peduli sesama dan lingkungan, serta berprestasi di bidang yang mereka cintai,”

Lucunya, disisi lain membubarkan CFW dengan alasan pencegahan kekerasan tapi disisi lain menyatakan mengapresiasi bahkan akan mencarikan tempat lain untuk ajang fashion week. Jadi ini tidak bener-bener dibubarkan. Tentang kebebasan berekspresi sebenarnya tidak masalah tapi kalau sudah keluar dari fitrah maka itu menjadi tidak wajar.

Peristiwa-peristiwa besar di dalam peradaban kapitalis, semuanya peristiwa tersebut dibuat dengan desain bukan hanya peristiwa tapi pola pikir kita pun dicetak sesuai dengan gagasan mereka. Fenomena fashion week yang terjadi di citayam bukan diciptakan oleh orang-orang miskin tetapi di rancang oleh orang-orang jenius, dan bukan pula di curi oleh orang-orang kaya tetapi dibeli oleh orang-orang kaya. Jadi siapa yang mendapat untung? Jawabannya adalah desainer. Sosial yang jual si kaya yang menguasai brandnya. Jadi generasi saat ini banyak yang menjadi korban dari pemikiran para kapitalis.

Kasus bullying ekstrem dan di luar nalar yg terjadi dikasus tasikmalaya dan mewabahnya racun Citayam fashion week (CFW) adalah bukti nyata perusakan dan pembajakan potensi generasi terjadi secara sistemik, sedangkan negara hanya membuat kebijakan dan pernyataan normative.

Liberalisme telah merusak keluarga-keluarga muslim dan menghancurkan masa depan generasi muda kita. Tak ada lagi jalan keluar yang dapat menyelamatkan generasi muda dan masyarakat melainkan syariat Islam.

Selain itu yang paling utama yang dibutuhkan adalah peran keluarga dan juga orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Banyak orangtua yang lalai dalam mendidik anak-anaknya. Bahkan, peran utama mereka sebagai madrasah utama bagi anak kini seolah hilang. Saat ini justru banyak orangtua menanamkan nilai sekuler liberal, memberikan kebebasan anak dalam berprilaku. Jadi tak heran banyak anak-anak sekarang yang terpapar pergaulan bebas termasuk LGBT, disaat ada anak yang belajar Islam malah dikatakan radikal, jadi bekal pengetahuan bagi orangtua itu penting untuk perkembangan anak.

Bahkan sampai Allah mengingatkan kita dalam QS. At-Tahrim: 6

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Kemudian kedua adalah peran sosial atau masyarakat. Kalau misalnya masyarakat seolah menutup mata terhadap kasus di lingkungan seperti pacaran, atau semacan kasus LGBT, pelecehan atau kekerasan. Hal demikian akan membuat para remaja atau generasi tidak merasa takut untuk melakukan hal-hal mungkar lainnya. Jadi, peran sosial adalah semaksimal mungkin menghentikan prilaku tercela.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Jika zina dan riba telah tersebar luas di satu negeri, sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan bagi diri mereka sendiri azab Allah" (HR. Hakim)

Kemudian yang terakhir adalah peran negara terhadap pembinaan moralitas remaja. Negara menganggap moralitas tersebut sebagai urusan personal dan seolah bukan menjadi tanggung jawab mereka. Sepatutnya negara mengeluarkan kebijakan dengan perubahan arah orientasi dan pembinaan generasi. Perubahan mendasar dan menyeluruh itu menuntut pemberlakuan Islam, menutup semua pintu pemyebaran nilai, aturan dan perilaku liberal. 

Dan haram bagi negara mengambil untung dari perilaku liberal rakyat yg dilabel kreatifitas, menjadi jalan keuntungan bagi kaum kapitalis dan wajib bagi negara menutup semua celah kerusakan perilaku generasi.

Wallahualam bishawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post