Nusantaranews.net, Sumbar - Longsor yang menjadi langganan setiap hari hujan jalan Padang - Solok, membahayakan keselamatan pengendara. Ditambah beredarnya video menggambarkan kondisi perbukitan di Panorama Sitinjau Lauk yang rawan longsor. Bahkan. longsoran sudah sampai ke puncak. Ini terlihat dari sebuah video yang beredar menggunakan drone. Tentu, ini sangat membahayakan bagi pengendara yang melewati jalan itu. Dan, dihimbau untuk berhati hati melewati, terutama saat hujan
Penanganan longsor di Sitinjau Lauik, memang agak susah. Kondisi perbukitan berbatas jalan dan jurang itu, tak memungkinkan untuk dilakukan penanganan dengan konstruksi khusus. Karena, bahaya longsor menghancam setiap saat. Diperparah lagi kondisi jalan yang sempit, berbelok dan curam. Sitinjau Lauik merupakan jalur padat logistik lintas tengah Sumatera. Daerah yang rawan kecelakaan.
Selama priode 2016-2020, terjadi 50 kasus kecelakaan. Meninggal 19 orang, luka berat 9 orang dan luka ringan 111 orang. Data dari Polresta Padang, penyebabnya kendaraan bermotor yang lepas kontrol (out of control), terutama angkutan berat (truk). Hampir setiap hari kendaraan berat terjadi kegagalan mendaki. Karena tanjakan terjal dan panjang. Radius tikungan sempit, tanjakan dan turunan terjal dan curam. Diperparah lagi, lokasi rawan longsor.
Memang ada rencana Pemrov Sumbar untuk melakukan pelebaran jalan, terutama ditingkungan tajam. Termasuk, tikungan tajam keatasnya. Dan, memperlebar jalan menggunakan beton kearah jurang, merupakan sebuah jawaban dari problema yang terjadi di Sitinjau Lauik. Bagi penulis, ini bukan sebuah solusi. Meski, jalan diperlebar, namun bahaya longsor setiap saat pasti menghintai.
Namun, fly over menjadi solusi, masih sebuah misteri. Bahkan, telah dibatalkan karena memakan biaya besar. Ini terungkap dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) nasional. Alasanya, fly over memakan biaya besar dan terkendala anggaran APBD. Alasan lain, pelebaran jalan menggunakan beton dijurang biayanya lebih kecil. Terlepas dari pelebaran, apakah bisa menjamin terhindar dari bahaya longsor.
Ini, perlu jadi pemikiran untuk mengupayakan kembali pembangunan fly over yang telah direncanakan. Karena, menurut penulis, hanya ini yang menjadi solusi dan menjawab persoalan. Padahal, sudah ada rencana akan dibangun fly over dan akan dikerjakan tahun 2023 nanti. Pembatalan ini perlu ditinjau ulang. apalagi sebelumnya, berdasarkan data dari Bappeda Sumbar dan gambar geometrik, sudah dibuat rencana dan besaran biayanya.
Untuk Panorama 1 fly over sepanjang 2,60 Km diperkirakan menelan dana Rp1.363 triliun. Itu sudah termasuk study kelayakan, detail engenerring desain dan Amdal. Begitu juga Panorama 2 fly over sepanjang 3,87 Km menelan anggaran Rp2.051 triliun. Kendala, hanya ada pada izin kawasan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Mungkin, ini bisa dilanjutkan dan perlu perjuangan keras, kalau tak ingin korban berjatuhan lagi di Sitinjau Lauik.
Untuk mewujudkannya butuh kerja keras Pemrov Sumbar untuk melobi pusat. Juga anggota DPR RI asal Sumbar, ikut memperjuangkan, agar pembatalan Sitinjau Lauik ditinjau ulang. Sebab, ini persoalan urgen mengingat perbukitan yang rawan longsor. Bukankah, ular beton Kelok 9, juga butuh waktu panjang dan berliku untuk mewujudkannya. Perjuangan tahun 2003 akhirnya berbuah manis dan diresmikan tahun 2017. Dan, juga butuh dukungan kita semua. 002
Post a Comment