(Guru dan Penulis Asal Konawe)
Anak merupakan anugerah terindah sekaligus amanah besar bagi orang tua. Di pundak mereka banyak harapan yang digantungkan. Pun anak adalah generasi penerus bagi suatu bangsa. Sayangnya jika menilik generasi saat ini tak sedikit ulah mereka membuat orang tua mengelus dada.
Sebagaimana belum lama ini, viral seorang bocah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia usai menjadi korban perundungan teman-temannya. Korban dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman-temannya. Kejadian itu direkam menggunakan ponsel oleh pelaku.
Rekaman tersebut kemudian tersebar. Akibatnya, korban depresi serta tidak mau makan dan minum. Korban sempat mengeluhkan sakit tenggorokan kepada ibunya. Hingga akhirnya korban meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit pada Minggu (18/7/2022).
Pun Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto mengatakan bahwa para pelakunya juga adalah masih usia anak-anak (Kompas.com, 21/07/2021).
Fakta di atas tentu hanya secuil gambaran bagaimana kondisi anak-anak kini yang wajahnya tak sepolos dengan kelakuan yang sebenarnya. Hal itu tentu sangat miris, mengingat anak merupakan generasi penerus suatu bangsa. Jika generasi penerus memiliki kelakuan bobrok, tak terbayang bagaimana kondisi bangsa kedepannya.
Hal itu pun bukan tanpa sebab, karena perbuatan yang mereka lakukan dipengaruhi oleh banyak faktor. Di antara penyebab tindakan tersebut, yakni: Pertama, banyaknya situs porno yang tersedia. Bahkan sangat mudah diakses oleh berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak yang telah diberi kebebasan menggunakan gawai.
Kedua, pergaulan. Pergaulan juga memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena sejatinya teman atau sahabat sepermainan akan mudah untuk saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tak bisa dipungkiri apa yang dikatakan dan dilakukan oleh teman akan mudah untuk ditiru, walaupun hal itu buruk.
Ketiga, lingkungan keluarga. Minimnya penanaman edukasi yang dilakukan orang tua pun menambah parah hal itu. Terlebih jika orang tua lebih disibukkan oleh pekerjaan mereka. Sehingga tak sedikit anak minim dalam mendapatkan didikan dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan di masa-masa tersebut.
Keempat, lingkungan masyarakat. Sesungguhnya lingkungan masyarakat tak kalah penting dalam membantu menopang perilaku anak agar menjadi individu yang baik. Karena jika di tengah-tengah masyarakat tak ada lagi budaya saling mengingatkan dalam kebaikan dan adanya sifat tak acuh, maka tidak menutup kemungkinan akan bertambah parahlah generasi penerus bangsa.
Jadi, jika keempat hal di atas tak lagi bisa hindari, maka kemungkinan besar generasi bau kencur makin hancur. Terlebih adanya kebebasan yang kebablasan dan telah jauh dari norma-norma yang berlaku di masyarakat, apalagi norma agama. Sehingga banyak anak menjadi menjadi korban, bahkan pelaku kriminal.
Dari persoalan di atas, tentu perlu tindakan untuk meminimalisir atau mengurangi masalah generasi yang tambah rusak. Karena itu sangat penting peran lingkungan keluarga dalam mendidik anak agar menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang luhur dan tak hanya cerdas secara sains dan teknolgi, tapi juga spiritualnya. Karena orang tua, terlebih ibu merupakan sekolah utama dan pertama bagi anak-anaknya.
Sebagaimana sosok perjuangan Ibu Imam asy-Syafi’i yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian Muhammad bin Idris asy-Syafi’i menjadi seorang imam besar. Ia mempelajari Al-Qur’an dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun. Setelah itu, ibunya memperhatikannya agar bisa berkuda dan memanah. Jadilah ia seorang pemanah ulung. 100 anak panah pernah ia muntahkan dari busurnya, tak satu pun meleset dari sasaran. Selain itu, saat beliau baru berusia 15 tahun, Imam asy-Syafi’i sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa.
Selain itu, adanya budaya amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat pun penting untuk membantu menopang nilai moral dan agama yang telah diperoleh di lingkungan keluarga. Ditambah lagi peran negara dalam membantu menciptakan lingkungan yang baik. Seperti menutup situs-situs porno atau berbagai hal-hal yang dapat merusak moral generasi bangsa.
Dengan demikian, tidak mudah mewujudkan generasi yang memiliki budi pekerti yang luhur, jika tidak adanya sinergi antara peran keluarga, masyarakat dan negara. Karena sesungguhya untuk dapat menciptakan generasi yang tak hanya cerdas secara IPTEK, tapi juga spiritual butuh kerja sama antara ketiga pilar tersebut. Harapannya agar generasi yang akan datang dapat menjadi kebanggaan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Post a Comment