Bunuh Diri Pelajar, Kegagalan Sistem Sekuler Dalam Membina Karakter Generasi


Oleh Yunita M 
(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)

Baru-baru ini jagad maya dibuat heboh sekaligus miris dengan kiriman dari salah satu akun twitter @utbkfess. Akun tersebut menyampaikan dalam salah satu unggahannya bahwa seorang calon mahasiswa bernazar jika lulus masuk perguruan tinggi dan diterima di PTN yang diimpikannya, maka akan memberi santunan terhadap anak-anak yatim. Sebaliknya, jika tidak lolos, ia pun memiliki nazar mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Mirisnya, dikabarkan bahwa kini calon mahasiswa tersebut telah mengakhiri hidupnya setelah sebelumnya sempat menghilang. Sebagaimana nazar yang telah disampaikan sebelumnya, karena diketahui bahwa ia memang tidak lolos pada diperguruan tinggi dan PTN yang diinginkannya. (hops.id, 13/07/22)

Selaras dengan kasus yang diatas, salah satu mahasiswa angkatan 2013 di Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, Kalimantan Timur, ditemukan gantung diri. Penyebabnya akibat stres kuliah selama tujuh tahun namun tidak kunjung selesai. Sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh Kakak angkat mahasiswa tersebut. 

"Katanya kuliah 7 tahun enggak lulus-lulus. Ngajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga dia diduga stres akhirnya bunuh diri,” tutur Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi. (Kompas.com, 15/07/22)

Bunuh diri bukan lagi jadi hal yang langkah didalam kehidupan kita saat ini. Ratusan bahkan mungkin ribuan kasus bunuh diri telah terjadi di negeri ini, dengan berbagai macam latar belakang maupun alasan yang membuat seseorang nekat memillih untuk bunuh diri atau suicede. Menurut data dari WHO, setiap 40 detik satu orang di suatu tempat di dunia meninggal karena bunuh diri. Jika melihat dari angkanya, terhitung lebih dari 800 ribu orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. (tempo.co, 10/10/21) 

Seseorang nekat melakukan bunuh diri pasti mempunyai alasan tertentu. Paling sering menjadi alasan yakni, akibat stres dan depresi sehingga hal tersebut menyerang mental sang korban yang membuat seseorang kehilangan arah bahkan putus harapan untuk hidup. 
 
Mengenai kedua kasus yang senanda di atas, kita mampu memahami betapa rapuh dan lemahnya mental generasi di zaman sekarang. Jika ditelisik dua kasus ini hanyalah contoh kecil dari sekian banyak kasus bunuh diri yang terjadi khususnya di Indonesia. 

Generasi Berkarakter Sekuler 

Kasus bunuh diri para pelajar maupun mahasiswa jelas adalah hal yang serius. Sebagai generasi penerus dan harapan bagi bangsa, tidak mungkin kasus semacam ini dibiarkan terus menerus terjadi tanpa ada antisipasi awal. Tentunya, hal ini menjadi tanggungjawab besar khususnya bagi negara, agar para generasi dididik dengan karakter yang kuat, sehingga tidak mudah melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan.

Namun, sistem kehidupan saat ini pada faktanya terbukti gagal membina generasi. Mudah stres dan depresi dari para pelajar rentan sekali terjadi. Apalagi jika tujuan yang diinginkan tidak tercapai sesuai dengan keinginan. Mengapa demikian? Sebab, pada hakikatnya, kehidupan dalam sistem saat ini senantiasa berputar pada sumbu materialistis. Seseorang akan dihargai dan meraih eksistensi diri dilihat dari standar materi itu sendiri, sehingga lupa tujuan hidup yang sebenarnya.

Maka wajar jika generasi saat ini berlomba dalam meraih eksistensi, meteri dan apa-apa yang bisa dibanggakan sekalipun itu hanya untuk sebuah pengakuan. Melihat kondisi pendidikan saat ini yang serba mahal, akibatnya generasi yang tidak mampu bersaing, menjadi rapuh secara mental akibat tuntutan sosial maupun ekonomi. Jika tidak kuat maka, stres, depresi, hingga berakhir bunuh diri adalah hal yang lumrah dijumpai di sistem saat ini. 

Inilah gambaran sistem kehidupan sekuler,  menjauhkan generasi dari agama yang seharusnya menjadi landasan berpikir dan berbuat. Dalam sistem sekuler, generasi mudah rapuh, sebab tidak paham tujuan hidupnya. Dalam sistem ini, penghambaan materi duniawi senantiasa menjadi nomor satu. Sementara pemahaman akidah yang benar dikerdilkan. Sehingga secara otomatis standar bahagia yang didapatkan hanya dengan cara mencapai tujuan duniawi semata. 

Islam Melahirkan Generasi yang Paham Makna Hidup

Bunuh diri adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Perbuatan tersebut jelas tidak bisa ditolerir apapun alasannya. Jika kita melihat dalam sistem sekuler, kehancuran generasi makin terlihat nyata. maka Hal ini berbeda dengan sistem Islam. 

Dalam Islam, negara akan membina para pelajar maupun generasi untuk berkepribadian Islam mempunyai akidah yang lurus dan keimanan yang benar.  Sehingga output generasi mampu memahami hakikat hidupnya. Dalam Islam, tujuan hidup seorang muslim adalah beribadah kepada Allah Swt. dalam artian dalam setiap aspek kehidupan, senantiasa distandarkan pada syariat dan apa-apa yang Allah rida. 

Sehingga generasi akan paham bagaimana berpikir dan berbuat, tidak akan ada yang namanya stres ataupun depresi apalagi sampai melakukan suicede. Sebab, kebahagiaan yang sejati bukan disandarkan pada materi dan keinginan yang harus dicapai, melainkan bahagia itu ketika mampu menjadi hamba yang taat. Jika telah taat kepada Rabnya, maka tiada yang menghalangi kebaikan di dunia terlimpahkan  kepadanya.

Hal itu hanya tercipta jika negeri ini bener-benar mau berbenah dari sistem rusak yang terus bercokol dibenak umat dan diterapkan di dalam kehidupan umat muslim saat ini. Sistem sekuler yang bersumber dari manusia jelas tidak mampu menjadi aturan kehidupan yang hak bagi manusia. Sebaliknya, hanya menjadikan manusia lupa pada tujuan hidupnya. 

Wallahua'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post