Oleh : Solihati, S.Kom
(Entrepreneur Muslim)
Dunia mengalami stagflasi yaitu periode ketika inflasi dan konstraksi (menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran, yang sering terjadi pada masa resesi) terjadi secara bersamaan. (www.id.wikipedia.org)
Lambatnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pengangguran, sehingga membuat daya beli masyarakat melemah. Ditambah dengan terjadinya inflasi maka harga barang akan naik dengan suplai yang terbatas. Lebih parahnya lagi, stagflasi bisa mengarah pada kenaikan index kesengsaraan (misery index) suatu Negara. (www.katadata.co.id)
Stagflasi ini pun terjadi di Amerika Serikat, Negara besar yang dianggap maju. Inflasi tahunan di amerika serikat pada juni naik menjadi 9,1 persen atau kenaikan tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Alih-alih turun, para ekononom yang memperkirakan tingkat inflasi AS bisa turun sedikit dibanding Mei lalu yang sebesar 8,6 persen justru semakin liar menanjak. (www.cnnindonesia.com)
Bank Sentral Amerika atau The Feed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sampai 75 basis point. Ekonom di Barclays Plc dan Jefferies memperkirakan kenaikan suku bunga terjadi dalam waktu dekat. Mereka memperkirakan indeks harga konsumen akan kembali naik dan memasuki puncak baru dalam inflasi tahunan. Kenaikan inflasi ini akan membuat warga Negara amerika harus membayar harga bahan bakar, makanan, perawatan kesehatan dan biaya sewa melonjak. (www.keuangan.kontan.co.id)
Pada 13 Juli lalu Bloomberg melansir Departemen tenaga kerja AS yang melaporkan index harga konsumen atau CPI naik sebesar 9,1 persen dari tahun sebelumnya, kenaikan ini menjadi terbesar sejak tahun 1981. (www.bisnis.tempo.co)
Juru bicara bank makanan St, Mary, Jerry Brown, mengatakan bahwa lebih dari 900 lebih keluarga berbaris diberbagai cabang organisasi mereka setiap hari. Ia kemudian menjabarkan bahwa bank makanan itu sudah memberikan paket kepada 4.271 keluarga pada pecan ketiga juni. Akan ini meningkat 78 persen dari pekan di bulan yang sama di tahun yang lalu. Saat itu mereka hanya memberikan bantuan kepada 2396 keluarga. (www.medcom.id)
Istilah stagflasi muncul pertama kali di Inggris pada tahun 1965. Lima tahun setelah itu Amerika Serikat mengalaminya. Hal itu bermula dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Stagflasi kali ini menurut Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Wira Kusuma dipicu akibat kondisi ekonomi yang belum pulih dari pandhemi covid-19 kemudian disambung dengan invasi Rusia ke Ukraina. Agresi Rusia ini mengakibatkan harga pangan dan energy melonjak. Inflasi global menjadi tidak bisa dihindari ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi banyak Negara. Selain itu juga akibat proteksionisme hingga gangguan rantai pasok. (www.antaranews.com)
Menurut Chief Economist Bank Permata Joshua Pardede, kondisi stagflasi juga bisa terjadi di Indonesia jika stagflasi dialamai oleh mitra dagang utama tanah air seperti China dan Amerika Serikat. Jika hal itu terjadi, maka aliran ekspor dan investasi Indonesia akan cenderung terhambat di tengah proses pemulihan pasca pandemic covid 19. Selain itu stagflasi yang terjadi di berbagai negara juga berpotensi melemahkan nilai tukar Rupiah akibat investor yang mencari aset-aset safe haven di kala krisis. (www.cnbcindonesia.com)
Senada dengan hal itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan stagflasi menghantui banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Maka perlu direspon dengan kebijakan yang tepat agar Indonesia tak terjebak ke dalamnya. (www.cnbcindonesia.com)
Habib Rab, kepala ekonom bank dunia Indonesia dan timor leste kembali membawa ingatan ke era tahun 70-an. Dimana inflasi global saat itu mencapai puncak tertinggi yaitu menyentuh 14,4 % sehingga disebut sebagai era hiperinflasi. PDB saat itu mengalami pertumbuhan negatif selama 5 kuartal berturut-turut. Pendorong utamanya adalah kenaikan harga minyak dunia. (www.cnbcindonesia.com)
Negara dengan beban utang yang terlalu tinggi tidak akan memberikan pemerintahannya banyak pilihan dalam mengelola inflasi. Kenaikan harga komoditas internasional akan langsung ditujukan ke masyarakat bawah. Seperti kita ketahui hingga akhir Mei 2022 Utang Indonesia membengkak yakni mencapai Rp 7.002,24 triliun pada 31 Mei 2022. Besaran ini setara 38,88% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. (www.money.kompas.com)
Terjadinya kegoncangan ekonomi di sebuah wilayah memang sesuatu yang biasa terjadi, tetapi apabila kegoncangan itu terus terjadi secara periodik dan berulang seperti hari ini, Jelas kondisi tersebut membuktikan kegagalan sistem ekonomi yang sedang diterapkan. Sebagaimana yang kita ketahui sistem ekonomi global saat ini adalah sistem kapitalisme.
Sistem ekonomi kapitalisme bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu: Pertama, sistem mata uang kertas, yang hanya berbasis pada kepercayaan (trust), bukan pada nilai intrinsiknya. Kedua, sistem utang-piutang yang berbasis pada bunga (interest) yang bersifat tetap (fix rate). Sistem utang-piutang ini diwujudkan pada sistem perbankan. Ketiga, sistem investasi yang berbasis pada perjudian (speculation). Sistem investasi model ini diwujudkan dengan jual-beli saham, sekuritas dan obligasi di sistem Pasar Modalnya. Ketiga pilar ekonomi ini memang berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di satu sisi. Namun, di sisi lain sebenarnya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan adalah pertumbuhan ekonomi yang semu yakni ibarat balon udara yang cepat menggelembung (bubble economic), tetapi dalamnya kosong, tidak berisi, sehingga sangat rentan untuk meledak. Sehingga ekonomi sistem kapitalisme memiliki karakteritik krisis secara periodic, berulang mengikuti gelombang konjungtur. Meskipun setelah terjadi krisis sistem ini memiliki kemampuan untuk memulihkan diri. Namun sistem ini juga bersifat merembet dari satu wilayah ke wilayah lain.
Sepanjang sejarah ekonomi kapitalisme yang selama ini berjalan, ternyata ekonomi kapitalisme sudah berkali-kali diterjang oleh berbagai krisis ekonomi. Saat pandhemi covid19 dan konflik Rusia ke ukraina telah melucuti kebrobokan sistem kapitalisme untuk kesekian kalinya hingga dunia jatuh pada kondisi stagflasi
Umat membutuhkan sistem kepemimpinan alternatiif lain yang mampu menjamin kestabilan ekonomi dan membawa kesejahteraan hidup bagi manusia. Sistem alternatif ini adalah sistem Islam yang dibangun berdasar Al-Quran dan As-Sunnah. Institusi atau Negara Islam memiliki sistem ekonomi yang khas.
Pertama, mampu menjamin kebutuhan pokok masyarakatnya secara tidak langsung dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Sedangkan kebutuhan dasar publik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan akan dijamin langsung oleh negara sehingga tidak ada komersialisasi didalamnya dan masyarakat akan menikmatinya secara gratis. Konsep ini akan memberikan jaminan kesejahteraan untuk rakyat.
Kedua, memiliki sistem moneter yang stabil berbasis dinar dan dirham. Mata uang ini stabil karena didukung oleh nilai intrinsiknya.
Ketiga, memiliki sistem fiskal yang stabil berbasis baitu mal. Baitul Mal adalah lembaga keuangan yang memiliki 3 pos pemasukan yaitu : Pertama, Pos Kekayaan Milik Negara yang berasal dari harta kharaj, fai, usyur, jizyah, ghanimah, ghulul dsb. Kedua, Pos Kekayaan Milik Umum yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam. Ketiga, Pos Zakat dan Shodaqoh yang bersumber dari zakat fitrah, zakat mal, shodaqoh, infak dan wakaf kaum mulimin. Setiap pos Baitul Mal memiliki pos pengeluaran masing-masing, sehingga Negara memiliki anggaran yang lebih dari cukup untuk menjamin kebutuhan masyarakat tanpa hutang dan pajak seperti Negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis.
Baitul Mal didirikan pertama kalinya setelah turunnya firman Allah Swt yakni di Badar setelah perang, dan saat itu para sahabat berselisih tentang ghanimah: Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh karena itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."(TQS. al-Anfal [8]: 1).
Keempat, Mengharamkan praktek ribawi, spekulan dan sejenisnya. Dalam hal ini Negara tidak akan membiarkan sektor non riil seperti pasar saham, investasi dan sejenisnya untuk berkembang. Karena sistem ekonomi islam itu dibangun di atas ekonomi sektor riil. Ini berlaku untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga aktivitas perekonomian masyarakat akan stabil.
Konsep ekonomi seperti itulah yang akan diterapkan oleh institusi islam untuk menciptakan ekonomi yang stabil dan berujung pada kesejahteraan masyarakat. Sehingga masyarakat dan dunia pada umumnya tidak akan dihantui ancaman inflasi ataupun badai stagflasi. Wallahua’llam
Post a Comment