Anak Terlindungi Indonesia Maju



Oleh: Susi Damayanti, S. Pd 

(Praktisi Pendidikan)


23 Juli 2022 merupakan hari anak nasional (HAN). HAN tahun ini mengambil tema "Anak Terlindungi, Indonesia Maju". Menilik dari tema yang ada, Indonesia memiliki visi dan misi untuk melindungi anak dari berbagai hal yang tidak diinginkan oleh anak maupun orang tua. Sayangnya, dunia pendidikan masih berkutat pada permasalahan yang sama yang sering dialami oleh anak dan perlu mendapatkan perhatian yang sangat ekstra, yaitu kejahatan seksual terhadap anak, kejahatan cyber, radikalisme dan bullying.


Kejahatan seksual, bullying ataupun berbagai kejahatan yang lain banyak dipengaruhi oleh tontonan yang berakhir menjadi tuntunan pada anak, baik lingkungan yang tidak baik maupun pengaruh gadget. Game dan video bermuatan konten radikal, judi, bahkan pornografi mewarnai dunia internet. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua, tak luput juga membutuhkan peran lingkungan sekitar, terlebih negara.


Lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak merupakan lingkungan yang sangat berperan dalam membentuk karakter anak, baik pola pikir maupun pola sikap. Lingkungan keluarga pun sangat mempengaruhi daya pikir dan Nalar anak dalam menjalani rutinitas kehidupannya. Ketika seorang anak dibentuk untuk memiliki karakter "terimo ing pandum" maka ia akan menjadi anak yang apa adanya. Hal ini berkebalikan dengan pola asuh kepada anak untuk selalu memberikan kontribusi yang baik terhadap keluarga dalam hal materi, maka anak akan tertanam dan terdidik dalam dirinya untuk selalu aktif bekerja dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga.


Anak adalah Amanah

Setiap anak ibarat kertas yang kosong maka ia akan meniru apapun yang ia ikhsas (indera) dari sekelilingnya. Orang tua maupun lingkungan akan memberikan torehan torehan terhadap kertas yang kosong ini sehingga kertas ini pun akan tertulisi dengan torehan apa yang kita berikan padanya. Disinilah, dibutuhkan kehati-hatian dari orang tua dalam proses pendidikan terhadap anak-anaknya. Ketika orang tua tidak memahami Bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak, maka orang tua pun akan memberikan pelayanannya pada anak apa adanya sebagaimana orang tua kita dulu mendidik kita karena ilmu yang turun temurun.


Orang tua perlu memahami Bagaimana pola pengasuhan dan pola pendidikan yang baik terhadap anak, demikian juga apa yang dibutuhkan oleh anak baik itu berupa periayahan, pendidikan, perlakuan, perhatian, informasi, permainan, pergaulan bagi buah hati kita.


Di era digital saat ini, orang tua perlu mawas diri terhadap informasi yang diterima anak dari gadget yang dipegangnya supaya tidak mengarah pada hal-hal yang merusak diri anak. Begitu pula dengan pemilihan lingkungan yang baik. Jangan sampai anak lebih mengedepankan kehidupan hedonis dan tidak peduli dengan orang lain, baik itu orang tua sendiri maupun lingkungan. Jangan sampai anak abai dengan orang lain karena baginya gadget yang ada di genggamannya seolah lebih penting daripada peduli dengan orang lain.


Butuh Peran Negara

Dari berbagai fenomena yang ada, baik pendidikan keluarga, pendidikan Lingkungan maupun pendidikan yang diberikan oleh negara, semua saling berpengaruh terhadap karakter anak. Ketika seorang anak dididik oleh keluarga berdasarkan karakter maupun kebiasaan-kebiasaan islami, sedangkan lingkungan sekitar menanamkan kebiasaan yang sekuler, maka anak akan sulit terwujud karakter islami karena efek pergaulan lingkungan sekuler tersebut. Maka di sinilah dibutuhkan adanya standar yang sama dalam pendidikan anak maupun generasi.


Pendidikan dalam Islam

Islam memandang bahwa setiap manusia itu sama dihadapan Allah yaitu sebagai hamba. Setiap hamba diharuskan taat terhadap apa yang sudah Allah Tentukan. Allah menciptakan setiap makhluk beserta aturan yang menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Ketika manusia diatur dengan berbagai aturan yang sudah Allah berikan, maka aturan itu mengandung kebaikan dan perbaikan dalam kehidupan manusia.


Dalam Al-qur’an surat At’Tahrim ayat 6, Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]


Allah perintahkan kepada kaum muslim untuk melindungi, menjaga seluruh anggota keluarganya agar taat dan patuh kepada atas perintah dan larangan Allah, agar mereka terhindar dari api neraka. Anak adalah amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.


Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, ‘Umar bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah saw menjawab, “Laranglah mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah cara menyelamatkan mereka dari panas api neraka.


Orangtua yang melalaikan pendidikan dan pengajaran kepada anaknya berarti ia telah berlaku dzalim pada anaknya. Begitu pula negara sebagai institusi tertinggi bertanggung jawab kepada Allah dalam pemeliharaan dan penjagaannya terhadap rakyat dalam mewujudkan ketaatannya.


Sistem Islam merupakan sistem yang menganggumkan, membangun peradaban dengan landasan iman yang memancarkan sistem kehidupan yang benar dan khas. Terbukti pada jamannya mampu melahirkan generasi-generasi yang cemerlang karena pengaturannya yang khas dalam sektor kehidupan meliputi ekonomi, politik, pendidikan, pergaulan, kesehatan sampai pula pada kesenian. Yang mampu merubah pola sikap serta pola pikir rakyatnya untuk kembali pada pertanggung jawaban hanya kepada Allah semata mewujudkan Indonesia maju.

Wallahu a’lam bish showwab

Post a Comment

Previous Post Next Post