(Pemerhati Umat)
Merdeka.com - Banjir yang melanda Garut pada Jumat (15/7) malam menyebabkan hanyutnya sembilan rumah. Selain itu, puluhan rumah mengalami kerusakan.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum menilai, banjir yang terjadi di Garut tidak hanya akibat curah hujan yang tinggi. Lebih dari itu, banjir karena adanya pembabatan dan alih fungsi lahan di kawasan hulu sungai.
"Informasi yang kami terima, ada pembabatan hutan (di kawasan hulu sungai), kemudian hutan lindung dipakai untuk hutan produktif, pembangunan dan lainnya," kata Uu di Garut usai meninjau lokasi bencana banjir di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kembali bencana menimpa negeri ini. Banjir bandang yang menimpa kabupaten Garut tentu meninggalkan nestapa. Mereka kehilangan harta benda mereka, bahkan rumah tempat tinggal mereka yang hanyut terbawa banjir. Tak ada satupun tentu yang menginginkan ini terjadi pada kita semua. Namun semua sudah terjadi.
Silih bergantinya bencana dan musibah yang terjadi mestinya jadi pelajaran untuk kita semua. Tidak boleh bertindak tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Pembabatan hutan yang serampangan tentu salah satu pemicu terjadinya banjir. Tidak adanya pengawasan dan peri'ayahan negara, akan memperburuk suasana.
Penguasa negeri sebagai penentu kebijakan, menjadi hal yang penting. Pengelolaan dan penentuan tata kota yang menjadi kebijakannya, harus disertai pengamatan dan penelitian yang jeli. Dan dalam mengambil keputusan harus mengutamakan kepentingan masyarakat.
Masyarakat sebagai warga negaranya tentu harus diatur dengan suatu koridor yang tepat. Bukan hanya mementingkan keputusan pemilik modal. Di era kapitalisme tentu hal ini sulit untuk diperhitungkan. Mereka tentu mementingkan para pemilik modal. Tanpa hirau dengan akibat dari kebijakan yang diambil.
Dalam Islam tata kelola kota sangat diperhatikan sebab dan akibatnya.
Kota sebagai pusat perekonomian, memiliki peran yang sangat besar untuk pembangunan dan perkembangan masyarakatnya di segala sektor. Salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menyiratkan tentang penataan ruang kota, supaya manusia selain tetap bisa berhubungan dengan sesama manusia tetapi tidak lupa dengan penciptanya adalah firman Allah Swt dalam surah Al-Jumu'ah: Ayat 9, yang artinya:
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Inilah pentingnya masjid sebagai pusat menjalankan aktivitas kehidupan. Rasulullah saw. dalam menjalankan roda pemerintahan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dalam membangun negeri. Masjid dijadikan sebagai tempat bermusyawarah, tempat ibadah dan ajang silaturahmi serta memecahkan problematika kehidupan umatnya. Bukan sebagai tempat ritual belaka.
Rasulullah saw. dalam membangun negara di Madinah mengunakan 3 fase:
Pertama, menjadikan masjid sebagai pusat semua kegiatan.
Rasulullah menggunakan Masjid sebagai tempat pertemuan dan pembinaan umat.
Kedua, membangun persaudaraan antar sesama Muslim (ukhuwah islamiyah).
Ketiga, membangun persaudaraan dengan umat agama lain (ukhuwah insaniyah). Rasulullah sadar betul bahwa Madinah memiliki masyarakat yang majemuk. Ada umat Islam, ada umat Nasrani, ada umat Yahudi, dan yang lainnya. Untuk membangun sebuah kota yang kuat dan damai, tidak ada jalan bagi Rasulullah kecuali ‘mempersatukan’ masyarakat yang berbeda itu.
Rasulullah bersabda:
Barangsiapa yang ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk menjadi pemimpin yang mengemban urusan kaum muslimin, lalu ia menghindar dari kebutuhan, kekurangan dan kefakiran rakyatnya, Allah pasti akan menutup diri darinya ketika ia kekurangan, membutuhkan dan fakir [H.R. Abū Dāwud dari Mu’awiyah]
Rasulullah saw. bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang amir (kepala negara) adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya … [H.R. al-Bukhāri dan Muslim]
Betapa pentingnya kita meneladani Rasulullah saw. karena dalam pribadi beliau telah lengkap suri tauladannya dalam mengatur umat, dalam mengatasi bencana, serta telah secara kompleks di praktekkan sehingga Islam berjaya selama 13 abad.
Saatnya beralih kepada atasan Allah secara sempurna.
Wallahu a'lam biishawwab
Post a Comment