Sistem Sekuler Membajak Potensi Pemuda Vs Islam Wujudkan Pemuda Duta Islam


Oleh Cita Asih Lestari S.PI
(Aktivis Dakwah)

Pemuda adalah kekuatan. Kekuatan itu akan memberikan perubahan manakala para pemuda memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Karena itulah Nabi Saw. mengingatkan kaum Muslim untuk menjaga masa muda mereka sebaik-baiknya:
اغْتَÙ†ِÙ…ْ Ø®َÙ…ْسًا Ù‚َبْÙ„َ Ø®َÙ…ْسٍ: Ø´َبَابَÙƒَ Ù‚َبْÙ„َ Ù‡َرَÙ…ِÙƒَ…
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu…” (HR al-Baihaqi)
Saat ini kita berada pada zaman dimana bonus demografi telah membuat kekuatan generasi muda patut untuk diperhitungkan dalam segala hal. Mengingat dominasi generasi ini akan memengaruhi kondisi kehidupan nantinya. Tak heran banyak lembaga survei yang mencoba untuk membaca potensi mereka.  Potensi yang ada pada setiap generasi jelas berbeda.  Kita bisa lihat dari rentang sejarah dan bagaimana para pakar membagi generasi sesuai tahun kelahiran. Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) 5 generasi manusia berdasarkan tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2) Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1995, sering disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1996-2010 (disebut juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet). DAN (5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025. Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan pertumbuhkembangan kepribadian serta potensi.
Tahun ini  kita merasakan kekuatan nampak pada generasi Milenial dan generasi Z.  Survei terbaru dilakukan Indikator Politik Indonesia berjudul “Suara Anak Muda tentang Isu-Isu Sosial Politik Bangsa”. Survei ini menggunakan metode random sampling dengan sampel sebanyak 1.200 responden rentang usia 17—21 tahun yang dipilih secara acak. Margin of error survei ini kurang lebih sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.  Survei ini menemukan bahwa 58,6 persen kalangan muda menilai pembangunan ekonomi lebih penting dari demokrasi. Ditambah lagi sebanyak 40 persen anak muda menilai Indonesia menjadi kurang demokratis saat ini.  Kondisi ini membuktikan demokrasi secara fakta telah gagal memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Diperkuat dengan hasil 47,5 persen menilai keadaan ekonomi nasional sekarang buruk dan sangat buruk.
 Sebanyak 64,7 persen anak muda menilai DPR, partai politik atau politikus di Indonesia tidak terlalu baik atau tidak baik sama sekali dalam mewakili aspirasi masyarakat. Ini tentu menjadi tamparan keras bagi sistem demokrasi. Karena DPR, partai politik dan politisi adalah representasi suara rakyat. Di saat aspirasi rakyat tidak lagi menjadi suara yang dikumandangkan DPR dan partai politik, lantas apa yang masih diharapkan rakyat dari demokrasi?  Ditemukan, 49,4 persen anak muda menilai radikalisme merupakan persoalan mendesak dan sangat mendesak untuk segera ditangani pemerintah. Namun menariknya, nilai ini mengalami penurunan dari Survei Nasional (Susenas) Januari 2020 yaitu sebesar 58,3 persen. Ini menunjukkan narasi radikalisme sudah mulai ditinggalkan generasi muda.
Temuan survei ini semakin menunjukkan narasi radikalisme telah mulai disadari generasi muda sebagai upaya menyudutkan Islam dan umatnya. Tentu hal ini membawa harapan akan semangat generasi muda yang turut mendamba kemenangan Islam yang hanya tinggal menunggu waktu. Tak ketinggalan, pertanyaan tentang penerapan syariat Islam dalam tataran negara pun diajukan. Ternyata, 52,9 persen memilih netral pada pertanyaan, “Apakah Indonesia harus diperintah sesuai hukum atau syariat Islam?Hasil netral ini tentu mengindikasikan anak muda bisa jadi setuju, bisa jadi tidak, tergantung kondisi. Namun, bila dikaitkan dengan pertimbangan mereka dalam mengambil keputusan, dijumpai dari hasil survei bahwa 79,3 persen anak muda menjawab cukup sering dan selalu/sangat sering mempertimbangkan nilai agama ketika membuat keputusan penting bagi hidup mereka.  Tentu saja jawaban ini menunjukkan generasi muda menganggap agama sebagai faktor terpenting dalam kehidupannya. Sehingga, tidak mustahil yang lebih dominan di antara mereka bakal setuju bila syariat Islam diterapkan.  Di pihak lain, bisa jadi mereka memilih netral sebagai pilihan aman karena khawatir atau takut akibat framing yang selalu dilekatkan pada syariat Islam.

Pembajakan Potensi Pemuda
Saat kesadaran politik Islam generasi muda Islam mulai menggeliat, tentu saja musuh-musuh Islam tidak akan tinggal diam. Mereka bekerja terstruktur, sistematis, dan masif untuk terus membungkam kesadaran politik Islam kaum muslimin. PBB sebagai corong untuk menyuntikkan ide-ide demokrasi dan kepentingan negara Barat, akan selalu mengontrol negara anggotanya atas nama ratifikasi. Plan of action to prevent violent extremism, merupakan propaganda AS yang diadopsi PBB untuk seluruh negara anggotanya.

Terdapat dua isu kritis kepemudaan dalam dokumen ini. Pertama, upaya untuk menjauhkan pemuda muslim dari pemahaman Islam yang benar. Kedua, upaya untuk membajak potensi pemuda muslim dalam rangka mempertahankan hegemoni Negara Barat. Keberpihakan rezim Jokowi dengan mengeluarkan Perpres 7/2021 tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN-PE) adalah sikap tunduk terhadap skenario global ini. Sehingga, narasi radikalisme akan terus dikumandangkan untuk semakin meningkatkan ketakutan generasi muda Islam terhadap ajaran Islam. Adapun beberapa agenda untuk membajak potensi pemuda saat ini adalah :
1. KTT Youth 20 
Sangat disayangkan, arah pembahasan tentang pentingnya peran generasi muda mewujudkan planet berkelanjutan dan layak huni, masih belum menyentuh akar persoalan utama penyebab krisis lingkungan dunia  “Riset yang dipublikasikan di jurnal The Lancet Planetary Health (2020) menyebutkan negara-negara utara bumi—termasuk AS dan Uni Eropa—menyumbang 92% emisi gas karbon global. Laporan The Guardian (2019) turut menunjukkan temuan yang tak kalah mengenaskan. Hanya 20 perusahaan dapat berkontribusi terhadap 35% emisi gas karbon di dunia sejak 1965. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Chevron, Aramco, Shell, sampai Gazprom. Sementara Indonesia, menurut riset WRI, menyumbang kenaikan emisi gas rumah kaca sebesar 1,88%.
Para pemuda yang hadir pada Pra KTT Youth ini digiring ke arah solusi yang tidak mendasar.  Pada hakikatnya  persoalan utama krisis lingkungan hidup adalah sistem sekuler kapitalisme dengan demokrasinya. “Karena itu pemuda seharusnya lantang mengkritisi sistem yang terbukti merusak planet masa depan generasi dan menyeru dunia untuk membuang sistem tersebut. Para pemuda yang seharusnya kritis melihat persoalan krisis lingkungan dunia karena suara dan langkah tindak mereka di Pra-KTT ini akan direkomendasikan di KTT Y20 dan menjadi rujukan dunia di pertemuan negara-negara G-20.“Jika hasil yang diserukan tidak menyentuh persoalan utama, maka justru peran pemuda dalam KTT Y20 adalah peran semu yang dibajak kepentingan kapitalisme.”
2. rogram Merdeka Belajar
Sebagaimana diberitakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah meluncurkan program Merdeka Belajar Episode Enam dengan mengangkat tema “Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi” secara virtual, Selasa (3/11/2020). Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, Merdeka Belajar Episode Keenam lahir dengan fokus pada pembangunan SDM unggul di jenjang pendidikan tinggi. Tak tanggung-tanggung, Kemendikbud akan meningkatkan anggaran dalam konteks kinerja, untuk mencapai mutu yang diinginkan.
Sayangnya, seluruh indikator yang menunjukkan kinerja satu Perguruan Tinggi menguatkan kesan Perguruan Tinggi dipacu untuk bertransformasi menjadi wadah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan bermental pekerja, minus pemikir. Di sisi lain, kampus seolah kehilangan independensi dalam menentukan cita-cita tri dharmanya untuk mengurai permasalahan yang ada di masyarakat. Mengapa? Karena indikator kinerja diukur dari ada tidaknya lulusan yang berwirausaha, ada tidaknya mahasiswa yang memiliki proyeksi untuk berwirausaha, termasuk ada tidaknya kerja sama PT dengan dunia industri. Artinya, dunia Perguruan Tinggi disetir dunia industri.  Pembajakan potensi pemuda ini lebih menguat karena landasan ideologi kapitalisme. Ideologi ini meminta energi dan potensi pemuda ini untuk dicurahkan pada sector ekonomi.  Sehingga yang terjadi akan banyak Angkatan siap kerja bukan angkatan yang menjadi konseptor atau leading sector di perekonomian.
3. Kesetaraan gender
Program kesetaraan gender menjadi salah satu program untuk membajak potensi pemuda.  Berbagai kesempatan di bidang ekonomi di antaranya program bernama Strategi Nasional Inklusi Keuangan Perempuan, menyediakan dukungan untuk mengakses permodalan, peningkatan kapasitas usaha, dan literasi keuangan. Bahkan, ada pula pelatihan wirausaha pemula yang diberikan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan.  Mewujudkan perempuan muda berdaya kepemimpinan dan ekonomi juga menjadi roh dari kurikulum pendidikan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka di antaranya dengan link and match kampus dan industri.

Dengan pemberdayaan ekonomi terutama di kalangan perempuan muda sebagai usia produktif dan kreatif, diharapkan mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebagai solusi krisis di tengah pandemi. Kesetaraan generasi yang diusung oleh para penggiat gender di bawah UN Women meyakini bahwa jika perempuan setara dalam kepemimpinan dan berdaya secara ekonomi, persoalan perempuan dan generasi terselesaikan, perempuan akan sejahtera mulia, jauh dari diskriminasi dan kekerasan.  Padahal sejatinya, kesetaraan gender tidak layak menjadi harapan, apalagi berdasarkan laporan Global Gender Gap Report 2021, dunia membutuhkan waktu 135,6 tahun untuk mewujudkan kesetaraan gender dan 145,5 tahun untuk dapat mewujudkan kesetaraan dalam politik. Bahkan, dalam hitungan UN Women, posisi tertinggi dalam kekuasaan tidak akan bisa dicapai oleh perempuan selama 130 tahun lagi.

Dari evaluasi ini, tampak dengan jelas absurdnya gagasan kesetaraan gender/generasi, bahkan merupakan ilusi dan harapan palsu untuk solusi perempuan apalagi solusi pandemi yang menyebabkan krisis global lebih luas bukan hanya di kalangan perempuan dan generasi. Ada penyebab lain yang justru menjadi penyebab utama krisis dunia yang diperparah dengan pandemi, yakni keserakahan kapitalisme dengan penjajahannya terhadap dunia Islam dan penguasaan sumber daya alam. Diperparah lagi, rezim penguasa di dunia Islam menjadi antek Barat yang memperpanjang berlangsungnya penjajahan negeri-negeri Islam oleh Barat.

Saatnya Islam wujudkan Pemuda Menjadi Duta Islam
Ketika anak muda melihat demokrasi telah gagal memberikan kesejahteraan dan mewakili aspirasi masyarakat, Islam menjadi pilihan yang harus diambil para pemuda akibat iman yang terpancar dalam hati dan pikiran mereka.  Tentu saja keimanan menjadi modal dasar untuk melahirkan kesadaran politik Islam. Kesadaran politik yang jernih dengan tidak mencampurkan Islam dengan pemikiran kufur, seperti pemikiran yang lahir dari sekularisme dan demokrasi. Begitu pun kesadaran politik yang tidak diboncengi kepentingan kekuasaan pribadi.
 

Survei Indikator Politik Indonesia telah menunjukkan, hal terpenting bagi anak muda adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Islam memiliki sistem politik dan ekonomi yang bisa mewujudkan harapan tersebut insyaallah.  Agar bisa meraih itu semua, tentu saja generasi muda Islam harus berjuang mengembalikan kehidupan Islam kafah dalam naungan Khilafah. Sebab, hanya Khilafah yang akan menerapkan sistem politik ekonomi tersebut.  Khilafah adalah negara independen yang tidak bisa diintervensi lembaga atau negara mana pun. Ketundukan Khilafah hanya pada hukum Allah.
Khilafah dengan minhaj kenabian adalah janji Allah dan kabar gembira Rasulullah. Sehingga, hal itu pasti akan terwujud dan hanya menunggu waktu.  Sejarah membuktikan, tegaknya negara Madinah adalah kontribusi perjuangan kaum muda di masa Rasulullah. Sesungguhnya, Khilafah minhaj kenabian ini pun menunggu kontribusi perjuangan para pemuda yang melayakkan dirinya seperti pemuda di kalangan Sahabat Rasulullah; para pemuda yang berjuang sesuai thariqah dakwah Rasulullah melalui jalan politik dan pemikiran serta tanpa kekerasan.

Yang Harus Dilakukan Para Pemuda Duta Islam
Untuk itu para pemuda harus melakukan sejumlah hal: Pertama, hujamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna; mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual. Tak ada agama serta sistem kehidupan yang terbaik kecuali hanya Islam (Lihat: QS Ali Imran [3]: 85).  Kedua, kaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Mereka wajib terikat dengan syariah Islam. Dengan terikat pada syariah Islam, pemuda Muslim akan menilai baik-buruk berdasarkan ajaran Islam. Mulai dari pergaulan dengan lawan jenis, adab kepada orangtua dan guru sampai memilih pemimpin akan dilandasi dengan nilai-nilai Islam.  Ketiga, senantiasa memiliki sikap berpihak pada Islam, bukan netral, apalagi oportunis demi mencari keuntungan duniawi. Banyak remaja dan pemuda Muslim hari ini yang hidup bak pucuk pohon ditiup angin. Ke mana angin bertiup ke sanalah mereka terbawa. Pemuda Muslim harus memiliki keteguhan pada Islam hingga akhir hayat.  Keempat, terlibat dalam dakwah Islam karen sejatinya para pemuda harus menjadi duta Islam demi tegaknya syariah dan Khilafah Islam. Sungguh kemuliaan Islam hanya bisa tampak bila umat, khususnya kaum muda, senantiasa berdakwah untuk menegakkan Islam. Alquran telah merekam keteguhan iman dan kesungguhan perjuangan para pemuda Kahfi hingga mereka mendapat pertolongan dan perlindungan Allah SWT (Lihat: QS Kahfi [18]: 13-14).

WalLâhu alam bi ash-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post