Oleh: Watik Handayani S.Pd.
Aktivis Dakwah
Hitam putih
mewarnai kehidupan dunia pendidikan. Kurikulum yang tak menentu, tujuan
pendidikan yang tak jelas, kurikulum pendidikan yang gonta-ganti tidak sesuai
tujuan. Apalagi pengayoman negara ini sudah lepas tangan begitu saja. Tidak ada
tanggung jawab sebagai pemimpin yang seharusnya memperdulikan pendidikan
masyarakat.
Saat ini, aku sebagai pendidik melihat banyak generasi yang kehilangan jati dirinya sebagai seorang Muslim. Banyak yang harus dievaluasi bersama agar peserta didik mendapatkan bekal ilmu agamanya terlebih dahulu untuk mendasarinya memiliki prinsip dasar yang kokoh yang menopang jati dirinya tetap utuh sebagai seorang Muslim ditambah daya dukung yang kuat.
Kompleksnya permasalahan pendidikan saat ini, tidak akan terjadi jika manusia mengambil sistem Islam. Di sistem kapitalis demokrasi pendidikan lebih asyik dibisniskan jika masih memberikan keuntungan dalam hal materi. Lebih diberdayakan untuk keuntungan semata. Alih-alih demi pembangunan negara, nyatanya tidak ada yang sesuai, hanya bisa tambal sulam sebuah masalah tak kunjung juga mendapatkan solusi.
Kita bisa lihat, begitu banyak tawuran antar pelajar antar sekolah. Salah satunya yang menimpa Rhaka (18 tahun), siswa SMK Kusuma Bangsa (Kuba) Kota Depok, menjadi korban keganasan tawuran, di Jalan Cipedak Raya, Srengseng Sawah Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (27/1) selepas pulang sekolah.
Semua itu tidak akan terjadi di sistem pemerintahan Islam. Sistem pemerintahan Islam, memberikan pendidikan berdasarkan syariah Islam yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan terjamin dari proses pencariannya hingga pengamalannya. Karena dalam sistem pendidikan Islam kurikulum standarnya dari Al-Qur’an berdasarkan akidah Islam dan berlandaskan keimanan, yakni wajib mengimani seluruh perintah Allah dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.
Di samping itu menggunakan bahan ajar dan metode pengajaran yang ditetapkan sesuai syariat Islam. Lalu strateginya membentuk cara berpikir (aqliyah) dan cara bersikap (nafsiyah) Islam. Semua bahan pelajaran yang hendak diajarkan disusun berdasarkan strategi Islam sehingga terbentuk kepribadian Islam.
Bahkan, pembelajaran agama dengan ilmu pengetahuan umum (misal matematika, fisika dan lainnya) waktunya harus seimbang. Ilmu terapan sains tidak mengenal peringkat pendidikan. Sedangkan tsaqafah Islam diajarkan pada tingkat pendidikan dasar hingga menengah atas dengan kurikulum pendidikan yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Tsaqafah Islam (Al-Qur'an, Hadist, Tafsir Al-Qur'an, Syarah hadist, Usul fikih, Fikih Sirah, Bahasa Arab dan sebagainya) wajib diajarkan untuk memahami akidah Islam. Akidah Islam melahirkan tsaqafah Islam yang khas.
Kemudian ilmu keterampilan, sebagai ilmu terapan dan sains, semua mubah diajarkan jika masih dalam batasan wajar. Kecuali jika mengandung tsaqafah yang bisa mempengaruhi pandangan hidup Islam seperti seni lukis, pahat, dan ukir, terlarang untuk dipelajari. Oleh karenanya, diperlukan program pendidikan yang seragam pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh negara. Dan program wajib belajar diberlakukan pada seluruh warga negara baik laki-laki dan perempuan. Mereka pun diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke level pendidikan tinggi secara cuma-cuma dengan fasilitas terbaik dan memadai.
Selain itu, harus tersedia tempat untuk kebutuhan belajar seperti perpustakaan, laboratorium, dan media belajar mengajar dengan lengkap berupa gedung sekolah dan fasilitas penelitian yang memadai. Sehingga akan tercapai banyak karya yang menampilkan keilmuan dengan pemikiran cemerlang.
Semua keberhasilan tersebut akan tercapai jika menerapkan sistem pendidikan Islam dalam kekhilafahan Islam. Selama 13 abad lamanya cukup memberikan bukti kekhilafahan Islam mampu memberikan yang terbaik bagi peradaban manusia.[]
Post a Comment