Rekaman CCTV memperlihatkan belasan remaja mengejar seseorang yang berlari masuk dalam kawasan SPBU. Di lokasi kejadian, korban seorang remaja terkepung, dihajar para pelaku. Sekelompok remaja tersebut ada yang memukul serta menendang korban. Kejadian pengeroyokan ini terjadi di SPBU Makam Pahlawan, Jalan Jenderal Sudirman, Kemuning, Palembang.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 23.00 WIB itu viral di media sosial. Pengeroyokan berhenti setelah para karyawan SPBU bantu melerai kejadian tersebut. Saat kasus pengeroyokan ditangani Jatanras Polda Sumatera Selatan. (inewssumsel.id, 16/6/2022)
Dunia remaja sekarang semakin tak terarah demi mendapatkan eksistensi diri. Seperti berita di atas, tak segan-segan melakukan pengeroyokan dengan memukul dan menendang korban tanpa memperdulikan belas kasihan. Sungguh mengerikan, generasi sekarang semakin nyata kerusakannya. Mudah tersulut emosi akibat tak bisa mengendalikan naluri, padahal faktor penyebabnya hanya hal sepele.
Beginilah kerusakan generasi hari ini semakin tak terkendali, bukan cuma terjadi sekali dua kali kasus seperti ini, bahkan sudah berulang kali. Memang sih setiap manusia pasti mempunyai naluri, contohnya naluri baqa' (naluri mempertahankan diri), tapi kalau mudah tersulut emosi, ini bukanlah suatu hal yang bisa dimaklumi sebagai bentuknya naluri, justru ini merupakan cermin kegagalan dalam mengendalikan naluri.
Nah sikap mudah emosi itu mengerikan, apalagi kalo sampai berujung pengeroyokan dan pembunuhan, karena jadi tindak kriminal.
Nah mengapa kondisi remaja hari ini mudah tersulut emosi? itu karena mereka tak paham akan jati diri mereka. Padahal kan, remaja yang emosian bukanlah jati dirinya seorang Muslim. Islam mengajarkan bagaimana cara mengendalikan naluri dan menjauhi perkara yang bisa menimbulkan naluri ini berkembang. Ya ginilah kalau remaja tidak mengkaji Islam. Mereka akan minim pengetahuan tentang pengaturan Islam, sehingga menyebabkan dangkalnya keimanan.
Ketika keimanan masih dangkal bisa berujung dengan ketidakpahaman terhadap standar perbuatan. Makanya banyak remaja sekarang ini tak mempedulikan halal dan haram. Bersikap cuek meskipun tindakannya tersebut merugikan orang lain, yang penting tujuan mereka terpenuhi yaitu mempertahankan diri walau dengan menimbulkan korban, naudzubillah min dzalik.
Begitu berapi-apinya semangat para pemuda meluapkan emosi mempertahankan eksistensi diri. Benar ternyata, bahwa masa remaja merupakan masa di mana energi masih powerfull. Harusnya orang tua mengarahkan energi pemuda untuk dimanfaatkan menjadi pembela dan penolong agama. Kalau seperti ini namanya pembajakan potensi generasi.
Seharusnya yang membuat remaja tersulut emosi itu ketika melihat agama Allah disingkirkan bahkan diinjak-injak oleh para musuh Islam.
Namun kita tidak perlu heran, namanya juga hidup di sistem sekuler-liberal, potensi pemuda dibajak, dengan terjauhkannya aturan Islam hingga melahirkan generasi sekuler dan liberal bukan hal yang mustahil. Kalau syariat saja terjauhkan dari kehidupan, bagimana bisa menciptakan generasi pejuang yang beriman. Jangankan menjadi pejuang Islam, mengendalikan naluri baqa' ini aja gagal.
Jadi semestinya pemuda harus sadar bahwa generasi kita semakin terancam. Jika terus dibiarkan maka akan semakin hancur masa depan, karena para pemuda. Padahal mereka merupakan aset berharga yang akan melanjutkan memperjuangkan Islam, sehingga perlu diarahkan dengan pemahaman Islam mulai dari sekarang.
Sudah saatnya generasi muda mengkaji Islam secara utuh, apalagi kita lihat hari ini syariat Islam tidak diterapkan dalam kehidupan bernegara. Maka penting sekali untuk kita mendekat kepada aturan Allah dengan mengkajinya dengan dalam.
Dengan kita mengkaji Islam juga akan membuat kita sadar akan kesempurnaan aturan Islam, dan menjadi dorongan yang seharusnya kesempurnaan Islam digunakan untuk dijadikan asas peraturan dalam bernegara. Tidak bisa terbayangkan alangkah bahagianya jika Islam sudah diterapkan dalam kehidupan, tentunya masyarakat selalu dibekali dengan keimanan.
Kalau keimanan sudah tertanam dalam diri setiap individu, maka tidak akan ada para pemuda seperti kasus di atas. Justru para pemuda berlomba-lomba melakukan kebaikan. Para pemuda akan berlomba untuk menjadi generasi emas pewaris peradaban.
Wallahu a'lam bishawwab
Post a Comment