Oleh: Kharimah El-Khuluq
Permasalahan terkait minyak goreng masih menjadi topik yang hangat di negeri ini. Betapa tidak, sejak awal munculnya kekisruhan ini belum ada titik terang hingga detik ini. Kebijakan demi kebijakan yang telah dikeluarkan oleh penguasa negeri ini. Akan tetapi hasilnya drama terkait migor masih tetap berlanjut. Kali ini penguasa hadir dengan solusi bahwa membeli migor menggunakan aplikasi.
Terlansir di detikfinance.com, 26/06/2022. Pembelian minyak goreng curah rakyat yaitu menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Lewat PeduliLindungi distribusi minyak goreng curah diklaim akan lebih mudah. Selain itu, PeduliLindungi dapat memberikan kepastian akan ketersediaan minyak goreng curah yang terjangkau.
Dengan adanya solusi bahwa membeli minyak goreng melalui aplikasi akan kah mampu meringankan beban rakyat. Atau malah menimbun rakyat dengan beban yang makin berat. Mengingat jika kita menggunakan aplikasi artinya kita harus paham terkait dengan penggunaan aplikasi tersebut. Sedangkan yang membutuhkan minyak goreng adalah semua lapisan masyarakat. Sedangkan tidak semua lapisan masyarakat memiliki gadget dan paham menggunakan aplikasi tersebut.
Sedangkan di sisi lain tidak ada jaminan bahwa membeli minyak goreng melalui aplikasi mampu mendistribusikan secara merata. Karena, bisa jadi dalam satu rumah tangga memiliki beberapa anggota keluarga dan anggota keluarga tersebut masing-masing memiliki aplikasi PeduliLindungi. Sehingga, dalam satu rumah bisa enam hingga tujuh orang sekaligus bisa membeli minyak goreng melalui aplikasi tersebut.
Kendati demikian, siapa yang bisa menjamin jika terjadi hal seperti ini. Belum lagi jika dipengaruhi oleh letak geografis. Masyarakat yang tidak terjangkau oleh signal dan kecanggihan teknologi seperti di pelosok-pelosok, kemungkinan besar mereka hanya bisa menikmati migor yang dijual oleh pengecer dengan harga yang luarbiasa menguras kantong.
Solusi yang ditawarkan malah bisa menimbulkan masalah baru, yaitu penimbunan migor oleh orang-orang yang memiliki NIK dan gadget yang canggih. Bisa jadi penimbun tersebut memanfaatkan peluang untuk menjual kembali migor tersebut ke orang-orang yang tidak paham terkait membeli migor melalui aplikasi dengan harga yang fantastik.
Sebenarnya perihal minyak goreng bukan menjadi masalah besar bagi negeri ini. Sebab kita ketahui bersama bahwa negeri ini adalah penghasil sawit terbesar. Artinya, untuk menyediakan migor dalam jumlah besar pun bisa dilakukan oleh negara, sehingga kebutuhan rakyat akan migor tercukupi. Tapi sayang, rakyat justru kesulitan mendapatkan migor. Kalaupun ada, harganya selangit karena mengikuti mekanisme harga pasar.
Hal ini disebabkan oleh kapitalisme yang mencengkeram kehidupan kita saat ini. Sistem ini menihilkan peran negara. Peran negara hanya sebatas sebagai regulator saja untuk memuluskan kehendak para pengusaha dan orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya. Membuka kran swastanisasi aset-aset dan kekayaan negara sesuka hati mereka. Sehingga, rakyat akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, karena semua harga dan distribusi kekayaan tergantung dari pihak swasta.
Maka dari itu, solusi yang ditawarkan oleh penguasa sangat tidak meringankan beban rakyat. Malah akan menimbulkan ketidakmerataan. Kita butuh solusi yang tidak diskriminatif dan tepat sasaran. Solusi itu datang dari Islam itu sendiri. Solusi yang ditawarkan oleh kapitalisme tentu berbeda dengan solusi yang ditawarkan oleh Islam. Karena dasarnya sudah berbeda, kapitalisme hadir dengan pemisahan agama dengan kehidupan sebagai asasnya, sehingga membuat para penguasa buta atau pura-pura buta terkait dengan amanahnya untuk mengurusi urasan rakyat. Sedangkan, Islam tidak hadir hanya untuk mengurusi urusan yang bersifat mahda saja melainkan meliputi segala urusan manusia.
Islam mengatur bahwa kebutuhan rakyat mesti dipenuhi oleh negara, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Negara menjalankan roda ekonomi dengan sistem ekonomi Islam. Bukan untuk meraih keuntungan semata melainkan guna pemenuhan kebutuhan rakyatnya.
Kemudian negara akan mengelola sendiri sumber daya alam, dan secuil pun tidak diswastanisasi. Sebab, itu adalah milik rakyat yang diamanahkan untuk mengelolanya. Peran negara tidak hanya mengendalikan produksi tetapi distribusi pun dikendalikan oleh negara dan tidak diserahkan kepada pihak swasta. Negara menindak tegas perilaku kecurangan, penimbunan, dan lain-lain yang bisa merugikan rakyat.
Jika supply barang berkurang yang mengakibatkan harga naik karena permintaannya besar. Maka, ketersediaan barang tersebut bisa diseimbangkan kembali oleh negara dengan menyuplai barang dari daerah lain. Kebijakan seperti ini pernah dilakukan oleh Umar bin Khatab, ketika wilayah Syam mengalami wabah penyakit, sehingga produksinya berkurang lalu kebutuhan barang barang disuplai dari Irak.
Dengan demikian hanya dalam sistem Islam lah yang mampu menamatkan drama migor ini. Tanpa mengulang episode demi episode yang berkepanjangan.
Wallahualam Bishawwab.
Post a Comment