G20: INDONESIA DISERET BERPERAN LEBIH BESAR UNTUK KAPITALIS GLOBAL

Oleh : Nurul Rabiatul Adawiyah

G20 itu merupakan sebuah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara. Ada negara maju dan juga ada negara berkembang, yang dimana tujuan dari pertemuan forum G20 itu akan membahas bagaimana cara mereka berupaya mencari solusi terhadap krisis keuangan global. Selain itu di forum tersebut akan mempresentasikan terkait dengan populasi bumi, perdagangan global dan juga PDB dunia.

Jadi dalam pertemuan forum tersebut melibatkan negara-negara yang memiliki penghasilan menengah dan juga memiliki pengaruh sistemik. Bahkan tahun ini Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tepatnya di Bali dan Bandung.

Karena memang G20 ini tidak memiliki pemimpin tetap. Karena kepemimpinan tersebut dijalankan fungsinya presidensi yang dimana dipegang oleh salah satu anggota negara selama satu tahun.

Manteri Luan Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, memuji kepemimpinan Indonesia di G20 dinilai bahwa Indonesia selalu berupaya mengeluarkan hasil yang konkrit pada berbagai pertemuan termasuk pertemuan luar negeri (FMM) G20 minggu ini, "Indonesia dalam kepemimpinanya di G20 menempatkan isu-isu penting dan mendesak untuk dibahas oleh negara-negara yang berpengaruh di perekonomian dunia". Dikutip (Bali JPNN.Com, minggu 10/07/22).

Indonesia telah memainkan peran penting selama Presidensi G20. “Amerika Serikat sangat menghargai upaya Indonesia. Kami (AS) sangat berterima kasih," ujarnya.

Blinken percaya rangkaian pertemuan G20, termasuk KTT yang akan dihadiri para pemimpin dunia pada November 2022 nanti, dapat memberikan hasil yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat global.

“Negara-negara anggota G20 perlu mengambil langkah-langkah yang akan mendukung penyelesaian isu-isu global dan ekonomi, krisis pangan, krisis iklim, dan lonjakan harga energi, “ tambahnya.

Menurut Blinken tidak ada satu negara pun yang dapat menyelesaikan masalah itu sendiri. Oleh karena itu, kata dia, pertemuan G20 berfungsi sebagai sarana dan momentum untuk menemukan strategi guna menyelesaikan masalah global tersebut.

Pujian berbagai pihak dan khususnya AS terhadap Indonesia sebagai presidensi G20 dimungkinkan menjadi skenario agar Indonesia berperan ‘konkrit’ dan lebih banyak lagi untuk mengeksploitasi kekayaan dan potensinya untuk mewujudkan kepentingan negara besar.

Jadi seharusnya tidak usah terlalu besar kepala terhadap pujian-pujian tersebut. Pujian dan peringkat yang dunia berikan untuk Indonesia hanyalah kamuflase semata. Kenapa bisa seperti itu? Karena Kalau secara politik posisi Indonesia tetap lemah di hadapan para negara adidaya seperti AS, Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, dan Tiongkok. Jadi mereka lah sejatinya penyetir di forum G20 dan global. Indonesia dan negara berkembang lainnya itu hanyalah “tim hore” alias pelaksana dari kesepakatan-kesepakatan internasional.

Bagi Indonesia, forum G20 berdampak baik bagi perekonomian negara. Para pemangku kekuasaan mengklaim gelaran G20 itu akan menciptakan kontribusi sebanyak Rp7,4 triliun bagi PDB Indonesia, meningkatkan konsumsi domestik, menyerap tenaga kerja, mengenalkan pariwisata sehingga jumlah wisatawan mancanegara meningkat, serta mendorong investasi global pada UMKM dalam negeri, mengingat 80% investor global berasal dari negara-negara G20. Disisi lain keberadaan UU Cipta Kerja seakan mengabulkan harapan para negara kapitalis global terhadap gelaran G20.

Hal ini mengindikasikan bahwa posisi dan daya tawar Indonesia akan selalu mengikuti arahan kepentingan kapitalis global. Indonesia harus berperan lebih besar di kancah global. Ya, berperan untuk memenuhi kehendak kapitalis global. Inilah pesan tersirat yang perlu diwaspadai.

Apa lagi Indonesia itu memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah seperti batu bara, minyak, gas nikel, emas dan komoditas tambang lainnya. Jadi tidak heran bila banyak negara ingin bekerja sama dengan Indonesia.

Bagi negara kapitalis global, Indonesia hanyalah pasar bagi perekonomian mereka. Sedangkan rakyat makin menderita akibat kebijakan kapitalistik yang selalu menguntungkan dan mementingkan para korporasi kapitalis.

Oleh karenanya, untuk menjadi negara hebat, kuat, dan mandiri, harus melepaskan diri dari ikatan-ikatan perjanjian internasional yang mengekang. Kekuatan adidaya haruslah dilawan dengan kekuatan sepadan, yakni negara yang berideologi kuat. Walhasil, Khilafah Islamiah adalah kekuatan seimbang jika ingin melawan imperialisme global.

Dengan penerapan ideologi Islam, Khilafah mampu mengusir kekuatan asing yang merongrong negeri-negeri muslim. Khilafah juga akan memberdayakan secara optimal pengelolaan SDA untuk kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Tidak boleh ada swastanisasi atau privatisasi SDA untuk kepentingan pribadi maupun korporasi. Pemilik kekayaan SDA adalah rakyat, maka negara hanya bertugas sebagai pengelola dan mendistribusikannya secara murah dan mudah kepada rakyat.

Negara Khilafah juga akan menghentikan dominasi dolar AS dengan menggunakan emas dan perak sebagai mata uangnya. Seperti kita ketahui, saat ini hegemoni dolar AS telah menjerat banyak negara dalam tumpukan utang dan krisis. Oleh karenanya, mata uang yang dapat melawan dominansi dolar AS hanyalah emas dan perak atau yang lebih dikenal dengan sebutan dinar dan dirham.

Emas dan perak merupakan mata uang mandiri dan memiliki nilai intrinsik dan stabil. Dapat dicetak tanpa harus disandarkan pada mata uang apa pun. Emas dan perak harus menjadi mata uang perdagangan dalam dan luar negeri.

Selain itu, Khilafah akan membangun ekonomi dari sektor hulu ke hilir. Artinya, pembangunan ekonomi harus dimulai dengan mewujudkan industri berat dan strategis lebih dulu. Jika sudah terwujud, proses pembangunan ekonomi di sektor yang lebih ringan tentunya lebih mudah untuk dilakukan.

Negara juga akan menata pilar pembagian kepemilikan harta (kepemilikan individu, umum, dan negara) sesuai ketentuan syariat Islam.

Wallahualam bishawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post