Elit Politik Sibuk : Ancaman Kesehatan Rakyat Terabaikan


Oleh : Firda Faradilah

Beberapa waktu belakangan ini Asia Tenggara tidak terkecuali Indonesia sedang menghadapi tren baru dari peningkatan covid-19 yang dimana varian ini di duga akan menimbulkan gelombang baru covid-19. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi yang memprediksi puncak varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 maksimum akan mencapai 25.000 kasus perhari. Sebelumnya juga, ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah mengingatkan bahwa Omicron bukan akhir dari pandemi Covid -19, sehingga negara-negara dan masyarakat dunia diminta untuk tetap waspada, fokus mengalahkan covid dan tidak menyepelekan varian-varian covid-19 yang bermunculan. (Suara.com, 16/6/2022).
Jika kita menengok kebelakang, gelombang pertama covid-19 (varian alpha) di Indonesia terjadi saat awal-awal kasus covid-19 yang ditemukan di Wuhan dan masuk ke Indonesia pada Maret 2020. Lalu gelombang kedua, terjadi pada Juni 2021 dengan varian delta. Gelombang ketiga terjadi pada Januari 2022 ketika varian omicron. Dan subvarian BA.4 dan BA.5 diyakini bakal menimbulkan gelombang baru Covid-19. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 membuat situasi kasus Covid-9 di Indonesia kembali melonjak. Dalam sehari, sejak ditemukannya 20 kasus subvarian tersebut di tanah air, kasus Covid-19 melebihi seribu kasus sehari. Dan para ahli memprediksi kasus Covid-19 di tanah air bisa menembus 20 ribu sehari dan memicu gelombang keempat. Seperti yang di sampaikan oleh Epidomologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman bahwa “ BA.4 dan BA.5 memicu gelombang keempat di Indonesia. Akan ada peningkatan kasus infeksi itu bisa diprediksi.” (JawaPos.com, 17/16/2022).
Dicky juga menambahkan bahwa situasi saat ini berbahaya sebab banyak kelompok yang rentan terkena virus ini seperti lansia dan anak-anak belum divaksinasi lengkap atau booster. Dia menjelaskan bahwa “ketika situasi ini terjadi banyak masyarakat yang tak terdeteksi dibiarkan, sehingga kelompok yang rentan terhadap virus ini berkemungkinan akan ikut terjangkit dan yang akan bergejala, bisa jadi angka kematian di rumah sakit akan meningkat. Dan ini harus disadari.” Dia menambahkan lagi “Apabila periode gelombang BA.4 dan BA.5 tak dilakukan mitigasi dan tak direspon dengan cepat, maka pemerintah akan keteteran”.
Pernyataan dari Dicky tersebut menunjukan bahwa kesehatan rakyat masih terancam dari virus pandemi. Oleh karena itu sudah semestinya kondisi ini sudah menjadi alarm keras untuk masing-masing individu terutama pemerintah untuk lebih cekatan dalam menangani wabah agar tidak semakin meningkat dan tidak terkendali seperti ketika awal pandemi merebak, yang menyebabkan ribuan nyawa terenggut dan juga kestabilan perekonomian memburuk. 
Jika melihat kondisi belakangan ini, sangat terlihat para penguasa menunjukan ketidak pedulian nya terhadap gelombang virus baru yang mulai merebak. Mereka seakan abai dan menganggap enteng virus yang baru ini. Tidak nampak usaha para penguasa melakukan mitigasi dalam rangka pencegahan merebak nya virus. Malah yang nampak, justru sejumlah penguasa (elit politik ) sedang sibuk bermanuver politik, melakukan koalisi untuk mendapatkan dukungan dari partai politik lain. sibuk bergerilya dan melakukan safary politik ke berbagai tempat dalam rangka memikat hati rakyat untuk menyambut pesta demokrasi thn 2024 yang tujuan nya tentu saja untuk mengamankan kekuasaan mereka di singgasana kursi pemerintah.

Saat kondisi kesehatan rakyat sedang terancam dengan wabah virus baru, para penguasa (elit partai) malah menyibuk kan diri perihal capres dan cawapres yang masih akan berlangsung 2 tahun lagi. Terlihat pesta demokrasi yang menjadi prioritas utama bagi mereka. Bahkan Reshuffle kabinet beberapa waktu lalu, yang menyimpan berbagai macam harapan rakyat untuk memperbaiki nasib mereka kedepan seakan menjadi angin lalu, yang terlihat malah Reshuffle kabinet dijadikan sebagai kendaraan yang paling effektif untuk meraih kursi di pemerintahan bagi para elit partai yang ingin memperkuat kekuasaan.

Akibatnya, penguasa semakin abai terhadap berbagai problematika kesehatan yang sedang dihadapi rakyatnya saat ini. Wabah yang sudah menggerogoti kehidupan rakyat hampir 3 tahun, penderita rakyat karena wabah yang tak kunjung usai, ditambah dengan berbagai macam polemik akibat dari kebijakan yang hanya memihak kepentingan pihak tertentu sudah cukup menambah penderitaan rakyat. Kehidupan rakyat yang sudah sulit semakin dipersulit, kehidupan yang sejahtera masih jauh dari angan rakyat dalam negeri ini. Malah problematika kesehatan masyarakat tidak lagi menjadi fokus utama, karena mengamankan kekuasaan dan jabatan lebih utama saat ini dan mendapatkan cuan juga jauh lebih penting.

Dari sini sudah jelas, penanggulangan pandemi secara keseluruhan memang hanya bisa dilakukan berdasarkan pengaturan sistem yang sesuai fitrah kehidupan dan yang bersumber dari aturan sang pemilik kehidupan, yaitu Allah Ta'ala. Aturan tersebut tentu saja adalah aturan Islam Kaffah. Penanggulangan pandemi berdasarkan Islam sudah sangat terperinci, yakni dengan karantina wilayah dan pasien penderita wabah. Selama masa karantina, kebutuhan pokok rakyat disubsidi dan didistribusikan oleh petugas yang disediakan oleh penguasa, tidak semata-mata mengandalkan aksi gerakan sukarela maupun relawan dari kalangan masyarakat sendiri. Dan pasien yang di karantina akan dirawat dan diobati sebaik-baiknya hingga sehat secara keseluruhan.
Mekanisme penanggulangan pandemi menurut Islam hanya bisa diselesaikan oleh sistem pemerintahan yang menerapakan satu aturan yaitu Islam Kaffah. Yang dimana aturan didalamnya bersumber dari Al-quran dan Hadis, disini penguasa dengan sadar dan ikhlas mengamalkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alayhi wa Sallam. Penguasa negara Islam paham bahwa amanah nya sebagai penguasa adalah mengurusi urusan umat. Penanggulangan pandemi juga termasuk salah satu dari amanah tersebut. Sehingga dengan format pemerintahan dan penanggulangan pandemi yang demikian, sudah tentu penjagaan kesehatan tidak sebatas generasi muda maupun kalangan beresiko tinggi covid-19 saja, melainkan termaksud kalangan lainnya.

Oleh karena itu, penguasa Islam sangat sadar untuk menjamin kesehatan rakyat mejadi sebuah kewajiban, rakyat menjadi salah satu prioritas utama bagi penguasa di negeri Islam. Hal ini karena rakyat khususnya generasi muda merupakan aset negara yang produktivitasnya sangat besar, generasi muda akan menjadi penerus yang akan menggantikan estafet kepemimpinan dalam hal mengurus dan membangun negeri. Mereka sebagai konstruktor peradaban memilki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan peradaban, sebagai penerus masa depan Islam. Sehingga menjadi penting bagi negara untuk menjaga generasi muda agar eksistensi peradaban Islam tidak tergerus dan ternodai oleh pemikiran para kapitalis.

Post a Comment

Previous Post Next Post