Belajar Kepada Sri Lanka Yang Kini Tak Amboi Lagi


Oleh: Endah Nursari 
(Ummahāt Pecinta Islam Kāffah)

Sri Lanka didera krisis dan disebut bangkrut. Rakyatnya 7harus mengantri berhari-hari untuk mendapat bahan bakar. Dan disisi lain, Perdana Menteri dan Presidennya berjanji akan mundur dari posisi mereka.

Krisis di Sri Lanka disebut sangat serius. Negara tetangga India ini memiliki utang sebesar USD 51 miliar dan tak mampu membayar bunga dari pinjamannya yang sebagian besar dikucurkan IMF. Sementara sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi Sri Lanka, kolaps sejak aksi bom gereja di Kolombo tahun 2019 dan akibat pembatasan selama pandemi. Mata uang Sri Lanka pun terperosok hingga 80%. Nilai tukar yang lemah menyebabkan biaya impor semakin mahal dan membuat harga makanan melonjak hingga 57%.

Kini negara itu tak cukup memiliki uang untuk mengimpor bahan bakar minyak, susu, gas LPG, hingga kertas toilet. Belum lagi masalah korupsi yang semakin membuat rumit masalah ekonomi. Mereka memperkaya diri sendiri dan justru memperburuk perekonomian. Pada tanggal 25/7/2022 Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyatakan mundur dari kepresidenan. Dan pengunduran dirinya ini disambut sorak Sorai rakyat Sri Lanka.

Dari peristiwa Sri Lanka seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi negara negara yang saat ini mengalami krisis hampir serupa dengan Sri Lanka. Beberapa negara saat ini pun telah mengalami krisis ekonomi parah dan terancam bangkrut. Sebut saja Zimbabwe, Turki, Pakistan, Myanmar, Libanon, Laos, Afghanistan, Argentina dan Mesir.

Indonesia memang tidak termasuk di dalamnya, namun tetap saja harus waspada jangan sampai bernasib seperti Sri Lanka.

Krisis ekonomi parah di Sri Lanka dan sembilan negara lainnya menjadi sinyal kegagalan sistem ekonomi kapitalisme dalam mengelola dunia.

Menurut laporan PBB, terdapat 1,6 milyar orang di 94 negara yang menghadapi setidaknya salah satu dimensi krisis pangan, energi, dan sistem keuangan. (NCBC Indonesia,16/07/2022).

Ini pula yang di alami Sri Lanka pada krisis yang terjadi. Pertama, politik dinasti dan pemerintahan yang korup. 

Dinasti Rajapaksa telah berkuasa di Sri Lanka sejak 2004 ketika Mahinda Rajapaksa, Kaka Gotabaya Rajapaksa, di angkat menjadi Perdana Menteri. Mahinda Rajapaksa menjadi presiden  selama 1 dekade hingga 2015. Selanjutnya Gotabaya menjadi Presiden sejak 2019 hingga mengundurkan diri. Politik dinasti menjadikan kekuasaan berputar di kalangan tertentu, meski sebenarnya mereka tidak kapabel. Jadilah negara salah urus karena dipimpin orang yang tidak mampu memimpin.

Dari Abu Hurairah Radliyallāhu 'Anhu mengatakan, Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi Wasallam beliau bersabda, "Jika amanat disia-siakan tunggu kehancuran terjadi". Ada seorang sahabat bertanya, "Bagaimanakah maksud amanat disia-siakan?" Dan Nabi menjawab, "Jika urusan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu". (HR. Al-Bukhari no. 6015)

Kedua, ketergantungan kepada impor.

Sri Lanka sangat tergantung pada impor, terutama impor pangan dan energi. Ketika harga di tingkat global naik, salah satunya karena perang Rusia-Ukraina, biaya impor Sri Lanka pun ikut terbebani.

Ketiga, pembangunan infrastruktur mercusuar.

SriLanka berutang miliaran dolar AS ke Cina untuk proyek-proyek prestisilius seperti stadion kriket, bandara dan pelabuhan yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Proyek mercusuar ini akhirnya membebani APBN karena di danai dari utang luar negeri.

Keempat, doyan Utang.

Total utang Sri Lanka ke Cina mencapai USD 8 miliar. Akibatnya Sri Lanka masuk jebakan utang Cina sehingga gagal bayar utang senilai 51 miliar dolar AS (Rp 764,79 triliun), yakni mencapai 60,85% dari produk domestik bruto (PDB). Akibat jebakan utang ini, pada 2016, pengelolaan pelabuhan Hambanthota diserahkan kepada Cina.

Kelima, bergantung pada sektor pariwisata.

Atas berbagai sebab kebangkrutan Sri Lanka tersebut, Indonesia harus waspada. Apalagi faktor-faktor tersebut juga terjadi di Indonesia yakni bergantung kepada impor.

Saat ini, 65% dari energi fosil kita bergantung pada impor. Impor pangan juga makin gencar dilakukan, mulai dari beras, daging, kedelai dll.

Utang luar negeri Indonesia juga tinggi, yaitu saat ini mencapai Rp 6.094 triliun.

Politik dinasti, pemerintahan yang korup dan pembangunan infrastruktur mercusuar bermodal utang juga terjadi disini.

Sektor pariwisata andalan Indonesia pun rentan terhadap goncangan ekonomi dan politik. Indonesia sering berlindung dibalik rasio utang yang katanya masih aman. Namun, jangan lupa survei Bloomberg menunjukan bahwa Indonesia termasuk 15 negara di dunia yang terancam resesi. Kita tidak boleh lengah.

Dari bangkrutnya Sri Lanka ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil:

Pertama, kegagalan kapitalisme.

Sistem ekonomi kapitalisme terbukti gagal menyejahterakan manusia. Miliaran manusia hidup dalam kemiskinan akibat sistem ini.

Kedua, kebangkrutan melanda negeri Muslim.

Sungguh disayangkan, negeri Muslim yang kaya sumber daya alam seperti Afganistan, Turki, Pakistan dan Mesir justru masuk negara yang bangkrut.

Negeri muslim yang lain seperti Indonesia, meski tidak terkategori bangkrut tetapi juga tidak sejahtera. Padahal Allah telah mengarungiakan kekayaan alam luar biasa pada negeri negeri Muslim. Karena tidak dikelola dengan Syari'at Islam dan tidak adanya Institusi yang berlandaskan kepada Kitabullāh dan Sunnah Shallallāhu 'Alayhi Wasallam yang menjaganya, akhirnya kekayaan alam tersebut di ambil negara negara penjajah.

Ketiga, kekuasaan pasti berakhir.

Di muka bumi ini tidak ada kekuasaan yang abadi. Setiap tiran akan tumbang dengan menyedihkan. Tidakkah kekuasaan Fir'aun menjadi pelajaran bagi para penguasa? Setiap tindakan dzalim penguasa diminta pertanggungjawaban di akhirat, semua amal shalih mereka akan diberikan kepada orang orang yang di dzalimi. Jika kurang, dosa orang yang di dzalimi akan ditimpakan pada penguasa dzalim tersebut. 

Merekalah orang-orang yang bangkrut di akhirat.

Keempat, rakyat harus bangkit. 

Melihat fenomena tumbangnya penguasa tiran di Sri Lanka, rakyat harus sadar bahwa kekuasaan hanyalah milik Allāh dan titipan dari-Nya.

Sistem kapitalisme liberalisme dan penguasanya yang ada di dunia saat ini tidak mampu menyejahterakan umatnya, bahkan membuat sengsara umat ini. Oleh karenanya, umat harus bangkit dan menyadari serta segera mencampakan sistem kufur warisan kafir penjajah barat, dan segera beralih kepada sistem shahih warisan Rasulullah Shallallāhu 'Alayhi Wasallam demi terwujudnya Islam rahmatan lil 'ālamīn di semua lini kehidupan di seluruh muka bumi ini. Wallahu a'lam bishawwab.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post