Oleh Mulyaningsih
(Pemerhati Masalah Anak, Remaja, dan Keluarga)
Remaja adalah generasi penerus bangsa dan sebuah peradaban. Baik buruknya di masa depan ada di tangannya. Sehingga wajar saja kita perlu memikirkan bagaimana kondisi dan situasi remaja saat ini. Apakah ia condong pada arah kebaikan yang insyaAllah membawa pada sebuah peradaban gemilang? Ataukah ia terjerat dalam lingkaran kesenangan yang bersifat dunia semata.
Menjadi utusan alias duta menjadi salah satu upaya yang dilakukan agar mereka memahami serta mengerti akan permasalahan yang ada saat ini. Berikut ia mungkin bisa menelaahnya dengan baik sampai pada kondisi mampu untuk bergerak melakukan sesuatu agar terpecahkan persoalan tadi. Atau bisa jadi ia cuma terpaksa atau demi menaikkan rating dia ke sesamanya. Memang wajar, karena bisa jadi sedang mencari eksistensi dirinya. Ingin semua mengetahui siapa sebenarnya dirinya.
Berbicara soal duta alias utusan tadi, ada perhelatan yang digelar oleh pemerintah Kalimantan Selatan. Acara tersebut adalah Road Show Duta Damai Kalimantan Selatan
Masa Depan Bangsa Ada di Tangan Generasi Muda. Tema yang sangat menarik dan tentunya diminati oleh para generasi milenial saat ini. tentunya bagi mereka yang gemar akan pembaharuan, perubahan, dan melek politik.
Dikutip dari website resmi dutadamaikalimantanselatan.id, mereka bekerja sama dengan beberapa kampus di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) dan UKM Kosema STIA Amuntai. Duta damai Provinsi Kalimantan Selatan melakukan agenda road show kedua pada akhir Mei lalu. Pada acara tersebut mengusung tema “Peran Mahasiswa dalam Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme di Media”. Peserta yang hadir pada acara road show tersebut sebanyak 70 mahasiswa. Panitia berharap agar peserta dapat memahami dan waspada akan paham radikal yang bertebaran di media sosial yang ada. Berikut dapat menyampaikan bahayanya kepada teman sejawat ataupun keluarga.
Sebelumnya, duta damai Kalsel telah melakukan road show yang pertama pada April 2022. Acara tersebut digelar di Kabupaten Tabalong. Road show sendiri dipilih karena memiliki jangkauan kemana-mana dan tentunya dapat menjelaskan terkait dengan sesuatu yang berhubungan dengan kepemudaan alias generasi penerus. Duta damai Kalimantan Selatan sendiri diprakarsai oleh BNPT Kalimantan selatan. Secara aktif berkerja sama dengan berbagai perguruan tinggi, instansi, dan forkominfo.
Melihat fakta terkait dengan hal di atas, satu hal yang bisa kita katakan adalah generasi memang harus melek pada situasi dan kondisi yang terjadi pada lingkungannya. Termasuk juga ia harus mulai melihat bgaimana perkembangan dunia maya saat ini. karena tak bisa kita hindari, seluruh akses pemberitaan alias informasi yang ada begitu cepat tersebar lewat jejaring media sosial. Bahkan kita pun mampu membaca dan melihat bagaimana kondisi di wilayah lain bahkan bagian negara yang lain. Sungguh kemajuan teknologi membuat kita makin mudah untuk mengaksesnya.
Terkait dengan perkembangan media sosial tadi, maka generasi seharusnya mempunyai filter yang kuat sebagai pijakan. Sehingga ia mampu mengambil sikap dan menafsirkan semuanya. Jangan sampai ia telan mentah-mentah seluruh informasi yang ada di berbagai media sosial. Seperti merebaknya isu terkait dengan radikalisme. Remaja alias generasi penerus harus mampu mengetahui maksud dari informasi terkait dengan radikalisme. Arti, maksud, dan arah yang tertuju harus mereka ketahui dengan jelas. Jangan sampai mereka akhirnya salah tafsir terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
Dikutip dari al waie’.id (01/01/2018), radikalisme berasal dari pemahaman Barat. Kata radikalisme sendiri berasal dari kata dasar ‘radical atau radix’. Artinya sampai ke akarnya atau sama sekali. Dalam Bahasa Latin ‘radix, radicis’, artinya akar; (radicula, radiculae: akar kecil) sedangkan dalam kamus (Inggris-Indonesia) susunan Surawan Martinus kata ‘radical’ sinonimnya adalah ‘fundamentalis dan extreme’.
Memikirkan istilah radikalisme ini memang harus sampai pada berpikir secara mendalam. Jika tidak, kita dapat terjerumus dan salah dalam mengartikannya. Merujuk pada beberapa konten yang ada, bahwa makna radikalisme ditujukan Barat kepada kaum muslim yang ingin menjalankan ajarannya secara menyeluruh. Baik dengan jalan kebaikan atau keburukan menurut pandangan manusia. Seperti aksi teror atau bom bunuh diri yang terjadi di negeri ini merupakan bagian dari pemahman radikal.
Berikut ketika seorang Muslim melaksanakan ajaran Islam tadi dicap juga sebagai bagian dari pemahaman tersebut.
Misalnya saja para bapak yang memakai celana ngatung (3/4) dan berjenggot merupakan bagian dari kaum radikal. Termasuk pada muslimah yang memakai jilbab dan kerudung besar serta bercadar merupakan bagian darinya pula. Nah, itulah stigmatisasi yang sengaja dikeluarkan kepada masyarakat. Dan ini tentunya diberikan stempel berbahaya bagi bangsa karena dapat merusak keutuhan negeri ini.
Jika melihat pada realita yang ada di atas, ternyata sematan radikalisme ini adalah upaya serius yang dilakukan Barat untuk menekan dan menghadang pergerakan dari kaum Muslim. Termasuk pula siasat yang mereka hembuskan di tubuh kaum Muslim agar terpecah belah dan menjauhkannya dari ajaran yang seharusnya. Semua itu dilakukan Barat untuk mempertahankan serta menumbuhsuburkan ideologi yang mereka bawa. Agar ia tetap hidup dan tumbuh di seluruh negara dunia.
Ditambah lagi, Barat telah mempetakan kaum Muslim menjadi beberapa bagian. Yaitu radikal (fundamental) dan moderat. Kaum Muslim yang termasuk pada fundamental ini adalah mereka yang menjalankan ajaran Islam dan ingin menerapkannya.
Sedangkan moderat adalah mereka yang mau menerima pemahaman di luar Islam (Barat).
Bagi Muslim moderat akan dirangkul erat oleh Barat dan fundamental akan didepak jauh-jauh. Itulah yang terjadi saat ini, umat membenci saudaranya sendiri dan diadu domba sehingga tak tahu mana sebenarnya lawan yang harusnya mereka hadapi. Mereka tak menyadari akan musuh kaum Muslim sebenarnya.
Saat ini, paham radikalisme mulai mendekat ke kaum remaja sebagai generasi penerus. Tentu ini menjadi sesuatu yang telah dipikirkan secara mendalam oleh Barat. Karena sejatinya remaja adalah tonggak penerus peradaban. Mereka sengaja dicekoki oleh paham-paham Barat yang notebenenya di luar Islam. Kembali lagi, agar hegemoni mereka makin tertancap kuat terutama di negeri muslim. Indonesia sendiri merupakan negeri Muslim terbesar di dunia. Sehingga wajar, jika mereka selalu membidik negeri ini agar tetap memakai sistem yang mereka pakai juga.
Sejatinya berbagai persoalan telah mendera bangsa ini. Segala lini kehidupan pasti kita temui permasalahan. Pendidikan yang karut marut, ekonomi yang morat marit, dan berbagai macam lainnya. Bahkan persoalan utama remaja yaitu narkoba, seks bebas, L967 (Lagibete) yang kian menjamur, aborsi, dan masih banyak yang lain belum ada solusi tuntasnya. Inilah kemudian yang seharusnya menjadi perhatian dan pemikiran generasi penerus bangsa.
Jika mereka konsentrasi penuh pada narasi radikal, maka yang terjadi remaja Muslim akan kehilangan identiasnya (jati diri). Mereka akan takut akan ajaran agamanya sendiri sehingga menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang berkaitan dengan Islam. Sehingga nantinya akan menjadi sama antara muslim dan Barat, tak ada pembedanya. Sejatinya itulah yang diinginkan oleh Barat. Menjauhkan kaum Muslim dari ajarannya yang benar serta memakai pemahman yang mereka bawa kapitalis seluler dengan liberalismenya pula.
Kita tak dapat membayangkan bagaimana nasib bangsa ini ke depannya jika para penerusnya seperti ini. Maka yang harus dilakukan adalah segera menghentikan narasi ini agar umat tidak terjebak oleh buatan Barat (tipuan). Jangan memperbudak generasi di bawah kapitalisme sekuler yang saat ini dengan masif dilakukan.
Kaum Muslim harus segera beranjak dan bangkit untuk menunjukkan ajaran Islam nan mulia. Perankan remaja sebagai penerus peradaban dan agen perubahan yang akan membawa Islam berjaya dan bangsa ini keluar dari sisi kelamnya karena kapitalisme-liberalisme.
Kita masih ingat akan luar biasanya remaja ketika Islam diterapkan dalam kehidupan. Bahkan duta alias utusan dari Rasulullah saw. adalah seoarang pemuda. Sebagaimana
Mush’ab bin Umair yang menjadi duta Rasulullah untuk menyampaikan Islam ke Kota Madinah. Hampir seluruh penduduk Madinah masuk Islam berkat jasa seorang pemuda hebat Mus’ab bin Umair. Deretan kata yang keluar dari mulutnya mampu membius semua orang untuk mau mendengarkan penjelasannya.
Seharusnya posisi pemuda saat ini seperti Mush’ab, menjadi duta untuk menyebarkan dan menyampaikan Islam terpercaya nan hebat. Begitu pula dengan panglima penakluk konstantinopel, Muhammad Al Fatih. Beliau dengan gagah berani memimpin pasukan kaum muslim untuk berperang dan merebut konstantinopel.
Sudah saatnya kita kembali pada Islam dan menerapkannya agar mampu mencetak generasi tangguh dan kuat serta cerdas. Tentunya mampu mencipatakan peradaban gemilang seperti kala Islam diterapkan dalam kehidupan dunia selama 1300 tahun lamanya.
Semua itu terjadi karena ada sebuah sistem yang menaunginya dan institusi yang kuat. Dengannya mampu menerapkan ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh sehingga menghasilkan Muslim yang tangguh. Apalagi negeri ini akan mendapatkan bonus demografi generasi pada 2030.
Sudah seharusnya kita menyambut serta bersegera untuk melakukan pembenahan agar para generasi mampu membawa bangsa ini keluar dari sisi kelam dunia menuju cahaya yang terang benderang, Islam. Mulai sekarang, bagi para orang tua harus mengkaji Islam secara kafah agar mampu menyampaikan kepada para generasi mendatang. Sebagai bekal dan pondasi mereka melakukan sesuatu. Agar narasi radikal tenggelam termakan oleh waktu.
Wallahu a’lam bishawwab
Post a Comment