(Pemerhati Sosial)
Rentang waktu menuju gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 setidaknya masih dua tahun lagi, namun geliat untuk memenangkan pesta demokrasi itu sudah terlihat.
Termasuk pula tiga partai politik yang tergabung dalam koalisi kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin: PPP, Golkar, dan PAN.
Tiga parpol yang bagian dari pendukung pemerintah saat ini itu sudah curi start dengan membentuk kemitraan jelang pemilu bernama Koalisi Indonesia Bersatu.
Hal tersebut disepakati ketum tiga parpol tersebut dalam pertemuan pada Kamis (CNNIndonesia,12/5/22).
Akankah Membawa Perubahan?
Pembentukan koalisi untuk menjalankan pemerintahan merupakan hal yang lazim dalam sistem pemerintahan parlementer. Dalam sistem parlementer terdiri dari dua kelompok, yakni koalisi dan oposisi.
Pembentukan koalisi bertujuan untuk memenuhi ambang pencalonan sekaligus memenangkan pemilihan umum presiden 2024.
Sementara itu, oposisi berwenang untuk mengawasi pemerintahan yang dijalankan oleh kabinet bentukan koalisi.
Umat harus menyadari bahwa aspirasi penegakan syariat mustahil diwujudkan di kancah politik demokrasi. Banyak partai politik terjebak dengan berebut menduduki kursi kekuasaan dan terlibat langsung dalam pemerintahan demokrasi. Mereka menganggap bisa membawa perubahan yang lebih baik ke arah Islam.
Akan tetapi faktanya setelah mereka menduduki jabatannya maka janji yang pernah diucapkan untuk membawa perubahan seakan sirna dengan kekuasaannya.
Inilah titik kesalahannya dimana partai politik menjadikan demokrasi sebagai tangga untuk meraih kekuasaan. Pada akhirnya bukan mereka yang merubah akan tetapi merekalah yang berubah mengikuti sistem yang ada.
Partai Politik Dalam Islam
Partai politik Islam adalah partai yang berideologi Islam, mengambil dan menetapkan ide-ide, hukum-hukum dan pemecahan problematika dari syariah Islam, serta metode operasionalnya mencontoh metode (thariqah) Rasulullah Saw.
Tujuan partai Islam ini, tentu bukan untuk meraih suara dalam Pemilu atau berjuang meraih kepentingan sesaat, melainkan partai yang berjuang untuk merubah sistem sekular menjadi sistem yang diatur oleh syariah Islam. Orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisisr menjadi satu kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama semuanya haruslah didasarkan dan bersumber dari Islam.
ketika Rasulullah Saw. ditawari oleh para Pemuka Quraisy untuk meninggalkan dakwah dan bergabung dengan “Parlemen” Makkah Bani Quraisy, serta-merta Rasulullah saw. menolak, dan bersabda:
Demi Allah, seandainya matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya hingga agama ini tegak atau aku mati karena (membela jalan)-Nya. (HR. Ibn Hisyam, dalam As-Sirah an-Nabawiyah)
Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran:104)
Untuk itu, tidak dibenarkan ada Parpol Islam yang ingin menegakkan Islam dalam konstitusi pemerintahan mengambil jalan kompromi dengan ikut berebut kursi kekuasaan dikancah demokrasi. Hal ini menjadikan tidak terjaganya fikrah Islam dan menyimpang dari thariqah/metode dakwah Rasulullah.
Saatnya parpol Islam untuk menyatukan tujuan, visi, dan misi kemudian mencerdaskan, dan mengikat umat menjadi satu kesatuan. Membangun kekuatan umat untuk kebangkitan Islam dan meraih kekuasaan sesuai dengan metode syar'i yang diridhai Allah dan Rasul-Nya.
Wallahua'lam
Post a Comment