Lansia Tidak Sejahtera, Peringatan Satu Hari Tiada Guna


Oleh Retno Purwaningtias, S.IP
(Pegiat Literasi)

29 Mei telah ditetapkan bersama menjadi sebuah hari peringatan. 26 tahun yang lalu Presiden Soeharto secara resmi mencanangkan hari tersebut sebagai Hari Lanjut Usia Nasional. Hal itu lantaran untuk menghormati jasa Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya memimpin sidang pertama BPUPKI. Hingga saat ini 29 Mei menjadi peringatan Hari Lansia. (rri.co.id, 29/5/2022).

Melansir dari suara.com, (28/5/2022), penetapan Hari Lansia diungkap sebagai wujud kepedulian dan penghargaan kepada manusia lanjut usia. Tak luput daripada itu, pemerintah membentuk Komnas Lansia (Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia) yang bertugas sebagai koordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia.

Apakah betul dengan ditetapkannya Hari Lansia bisa membuat mereka sejahtera? 

Fakta membuktikan bahwa hari ini masih banyak kehidupan lansia yang terlantar. Mereka menderita, jauh dari kata sejahtera. Kasus-kasus balada lansia banyak yang tidak tersorot media. Tidak sedikit dari mereka yang menjadi pengemis, pemulung, bahkan ada  anak yang dengan ringan tangan menitipkan orang tua yang telah berusia lanjut ke panti jompo. Ada juga lansia yang tinggal di gubuk reyot tanpa listrik, tanpa makanan, berdampingan dengan kandang ternak bahkan bekas toilet.

Berkaca pada fakta tersebut, tentu kita mestinya bertanya, "di mana peran negara?" Bukankah yang menggembar-gemborkan terkait kesejahteraan lansia ialah negara? Tentu saja, harusnya lansia diurus oleh negara apabila keluarga abai, agar tak mengalami derita di usia mereka yang telah senja. Dengan begitu, para lansia bisa mencapai kesejahteraan sepanjang hidup, bukan hanya sekadar perayaan seremonial belaka. 

Negara hari ini seolah-olah menunjukkan kepeduliannya saat Hari Lansia tiba. Memberi bantuan ini-itu. Seperti yang terjadi pada peringatan Hari Lansia tahun ini di Tasikmalaya, di mana Mensos Risma memberikan bantuan senilai Rp26,9 M. Selain itu, ada bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) lansia 355 rumah, bansos masker, hand sanitizer, dan perlengkapan ibadah 2.000 pak.

Tidak berhenti sampai di situ, melansir dari bandung.kompas.com, (29/5/2022), bantuan lain diberikan pada lansia saat memperingati Hari Lansia, yaitu berupa walker 50 unit, tripod 63 set, bantuan sembako lansia 13.309 KPM, bantuan sandang 14.246 paket, bantuan nutrisi 18.791 paket, bantuan obat-obatan 4.527 paket, bantuan kewirausahaan 445 orang, alat bantu dengar 2.963 set, kacamata 659 set, kruk 143 set, kursi roda standar 806 unit, dan kursi roda adaptif 36 unit.

Dari berbagai bantuan yang diberikan pada para lansia, kita bisa menilai bahwa upaya negara untuk mengurusi masalah lansia masih parsial, belum total. Hanya sekadar merayakan hari peringatan, memberikan bantuan, kemudian di-blow up ke media agar dilihat masyarakat bahwa pemerintah peduli. Padahal sebenarnya ini hanya upaya untuk meninabobokan masyarakat agar tidak ada yang mengkritik terkait fakta penderitaan lansia selama ini yang tidak disorot media.

Berbicara ihwal kesejahteraan para lansia, negara memiliki peran yang teramat penting--walau di lain sisi keluarga juga punya peran yang sama. Negara adalah pelayan rakyat, mengatur urusan rakyatnya, mulai kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan juga berupa kebutuhan dasar berupa kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Akar permasalahan mengapa hari ini negara tidak memainkan peran sebagaimana mestinya adalah karena menjadikan kapitalisme sebagai ideologi kehidupan. Paham-paham yang lahir diterapkan sehingga menyebabkan kehancuran dan penderitaan, khususnya yang dialami oleh para lansia. 

Anak yang ringan tangan membawa orang tua yang telah renta ke pantai jompo akibat tumpulnya nurani sebagai anak pun sebagai manusia. Tidak lagi memiliki bakti. Tidak memikirkan hari setelah berakhirnya kehidupan dunia. Ini akibat pendidikan dalam kapitalisme yang tidak mengajarkan akan kewajiban birrul walidain.

Lansia yang menempati rumah tidak layak akibat masyarakat yang individualis. Mementingkan diri sendiri. Tidak peduli penderitaan yang dialami manusia lain bahkan yang dialami saudara seimannya. Karena dalam kapitalisme diajarkan bahwa kebahagiaan berbanding lurus dengan materi yang diperoleh.

Anak dan masyarakat yang abai, tidak memiliki nurani adalah bentukan dari kapitalisme. Bukankah kehidupan sekarang serba mahal? Kebutuhan perut per harinya pun diusahakan dengan keras. Sehingga, kasus lansia seperti yang diungkap lumrah terjadi. Hal ini diperparah dengan negara yang menihilkan perannya sebagai pelindung dan pengatur urusan rakyatnya.

Adanya peringatan Hari Lansia pun merupakan solusi khas tambal sulam kapitalisme dalam mengatasi permasalahan negara. Dengan memberikan bantuan di Hari Lansia, negara sudah merasa menyelesaikan masalah lansia dalam satu hari. Padahal ini adalah bentuk perayaan formalitas saja. Masyakat pun dibodohi dengan pencitraan yang ditayangkan media, seolah-olah negara benar-benar menyejahterakan para lansia, tetapi berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Sungguh miris.

Sangat berbeda dengan Islam ketika menyelesaikan masalah. Islam tidak memberikan solusi parsial, tetapi solusi total. Dimulai dari tataran individu. Sejak dini anak diajarkan kewajibannya sebagai hamba, anak, orang tua, istri/suami, tetangga, dan lainnya. Maka, saat orang tua telah renta, mereka memosisikan diri layaknya orang tua mereka dahulu, yakni merawat. Karena mereka sadar betul akan kewajiban dan juga pertanggungjawaban di pengadilan-Nya kelak.

Kemudian di level masyarakat. Karena individunya sudah terbentuk menjadi hamba yang bertakwa, maka masyarakat pun akan terbentuk menjadi masyarakat yang bertakwa, peduli dengan sesamanya, terutama saudara seakidahnya. Tidak individualis.

Selanjutnya di level negara. Negara bertugas meriayah masyarakat. Semua kebutuhan pokok akan dipenuhi oleh negara tanpa memandang strata sosial. Para lansia akan benar-benar dipenuhi kebutuhannya. Tidak hanya satu hari saja, tetapi seumur hidup mereka akan sejahtera. Tidak akan ada lagi LSM-LSM yang mengurusi para lansia karena ini adalah sepenuhnya tugas negara. 

Jelas bagi kita. Perayaan satu hari dalam memperingati sesuatu tidak ada gunanya. Itu hanyalah trik kapitalisme untuk meredam masyarakat agar tidak bangkit. Membuat masyarakat lupa akan akar permasalahan negara sesungguhnya. 

Lantas mengapa masih diam? Islam sudah memberikan solusi tuntas. Negara akan dihujani rahmat di tiap sudut semesta yang menerapkan aturan-Nya. Semuanya akan sejahtera di bawah naungan Islam, termasuk para lansia.

Post a Comment

Previous Post Next Post