Kurikulum Merdeka Belajar: Membersamai Siswa Meraih Cita-cita



Oleh Halimatus Sadiah, S.Pd.
Guru SMP Negeri 2 Batulicin

Laku anak yang beragam saat berada di sekolah sungguh menguras emosi. Pergulatan batin karena memiliki tanggung jawab sebagai seorang pendidik tak bisa dianggap sepele. Dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) digadang-gadangkan dalam kurikulum merdeka di semua jenjang akan diimplementasikan secara bertahap.  

Sosok tokoh pendidikan yang bernama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini memaparkan banyak pemikiran salah satunya ‘Menghamba pada Anak’. Namun, menghamba disini bukan dalam artian harfiah. Tetapi membersamai anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Perangkat literasi di sekolah yang minim, kadang menggelitik jiwa guru sebagai seorang pendidik. Apalagi saat ini gempuran kecanggihan teknologi seolah tak terbendung. Beragam aplikasi yang disuguhkan dari gawai menyebabkan sebagian anak lalai akan tugasnya sebagai pelajar. 

Hal inilah yang melatarbelakangi sebagian guru di SMPN 2 Batulicin untuk memfasilitasi para peserta didik agar bisa mengembangkan kreativitasnya melalui media berupa  blog yang bernama Majalah Online SMPN 2 Batulicin’.

Dengan adanya majalah online tersebut diharapkan para siswa termotivasi untuk membaca keadaan di sekelilingnya yang tertuang dalam konten-konten di majalah online sekolah tersebut. Bisa jadi, anak yang lalai dalam pembelajaran menjadi objek dalam konten tersebut. Tapi, tentunya objek yang positif dan inspiratif karena setiap anak pasti mempunyai kelebihan masing-masing.

 Selain itu, SMPN 2 Batulicin juga memfasilitasi para siswa  dengan channel youtube yang diberi nama SMPN 2 Batulicin. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik mereview kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan di sekolah. 

Jadi, anak yang suka membaca disuguhkan dengan majalah online. Sedangkan anak yang sukanya hanya menyimak tayangan berupa video maka suguhannya adalah konten dari channel youtube SMPN 2 Batulicin.

Sebagai pendidik tentunya berharap fasilitas yang telah disediakan oleh pihak sekolah mampu mengembangkan anak berpikir kritis dan menumbuhkan kreativitasnya selain mengenyam ilmu saat di sekolah. 

Selain fasilitas di atas, kegiatan keagaamaan juga diterapkan di sekolah sebelum pembelajaran dimulai selama kurang lebih 30 menit. Semua warga sekolah rutin untuk melaksanakannya. Awal mula kegiatan keagamaan di SMPN 2 Batulicin kegiatan keagamaan dipandu oleh guru yang secara bergiliran. Setelah berjalan hampir enam bulan lamanya, perwakilan dari peserta didik sendiri yang mampu memandu kegiatan tersebut.

 Namun, tetap dilakukan kontrol oleh  kepala sekolah dan semua guru yang ada di sekolah. Semua pihak berkolaborasi membersamai anak dalam kegiatan tersebut.  

Kegiatan ini merupakan bagian dari instruksi Bupati Tanah Bumbu. Hal ini untuk mendukung  wacana  Kabupaten Tanah Bumbu yang digadang-gadang akan menjadi Serambi Madinah. 

Tetapi karena dalam satu sekolah tidak hanya terdiri dari  siswa Muslim saja, maka untuk anak yang nonmuslim tetap diberi ruang untuk mereka beribadah sesuai agamanya.

Harapannya dari beberapa kegiatan di atas anak didik bisa menjadi generasi penerus yang berkarakter, unggul, dan melek teknologi. 

Keadaan di atas menurut hemat penulis sudah mencerminkan implementasi yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Seperti program yang  sedang booming  untuk menjadikan ‘Merdeka Belajar’ dalam kurikulum di sekolah.

Harus kita sadari  bahwa anak itu hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Guru hanya dapat menuntun untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri anak-anak tersebut. Sehingga mereka mampu memperbaiki perilakunya.

Guru atau pendidik diibaratkan sebagai petani atau tukang kebun. Anak-anak bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik, meskipun biji jagung tersebut bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) maka akan tumbuh dengan baik karena perhatian dan tangan dingin dari petani. 

Namun meskipun pertumbuhan tanamannya dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodratnya sebagai tanaman jagung. Ia tak dapat menjadikan jagung yang ditanamnya, tumbuh menjadi padi. Memang benar, ia dapat memperbaiki kualitas tanamannya. Tetapi, tetap tidak dapat mengubah jenisnya menjadi tanaman lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu sangatlah penting bagi kehidupan anak-anak. Walaupun hanya dapat ‘menuntun’ mereka ke arah yang lebih baik tanpa mengubah potensinya.

 Peran guru saat ini sangat besar dan tak bisa dipandang sebelah mata.  Guru berperan sebagai pamong yang berkewajiban mengajar serta mendidik. Menuntun gerak pikir anak dan menjadikan anak yang beradab (memiliki keluhuran budi) dan bersusila (memiliki kehalusan budi).

Apapun yang ingin diterapkan di sekolah dalam merealisasikan kurikulum yang ada, pasti ada tantangannya. Baik berupa dukungan dari warga sekolah, derasnya arus perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga akan memengaruhi perilaku anak didik.

 Seorang guru memang tak mungkin selalu mengikuti gaya murid, namun setidaknya bisa menyeimbangkan diri dengan mereka. Hak ini akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, namun tak lepas dari tujuan pendidikan. 

Budi pekerti sangatlah penting pada tumbuh kembang anak. Pendidikan memerdekakan manusia bisa dikatakan berhasil jika memenuhi tiga poin penting. Poin tersebut adalah jika lahir dan bathinnya tiada terperintah, mampu berdiri di atas kekuatan sendiri, dan mampu mengatur tertibnya hidup sendiri.

Pendidik hanya sebagai aktor, motivator, serta fasilitator bagi peserta didiknya. Konsep ‘Merdeka Belajar’ diterapkan dengan pembelajaran yang bertujuan memberikan keselamatan dan kebahagiaan sesuai minat serta bakat yang dimiliki anak tanpa adanya intimidasi. 
Dengan begitu peserta didik tidak merasa terbebani, dan cita-cita yang hendak diraih bisa tercapai.






 

Post a Comment

Previous Post Next Post