Gangguan mental Bipolar, Akar masalah dan Solusinya



Oleh : Echa Darmawan, Amd.
(Aktivis Dakwah)


Pastinya setiap manusia itu menginginkan seluruh kebutuhan nya terpenuhi. Baik kebutuhan jasmani berupa kesehatan fisiknya dan kebutuhan psikis nya berupa ketenangan hidupnya. Siapapun yang terpenuhi dua hal ini, maka itu merupakan suatu nikmat dan karunia  dari Allah SWT yang seharusnya kita syukuri, dengan  jalan melakukan segala bentuk ketaatan kepada Dzat yang Maha memberi karunia. 

Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah
Nasional tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, rohani dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya dan memelihara serta mengembangkannya.

Begitu pentingnya kesehatan sebagai nikmat Illahi yang tidak ternilai mahalnya, sampai-sampai digambarkan bahwa kesehatan adalah kerajaan yang tersembunyi bagai mahkota di atas kepala si sehat yang hanya bisa dilihat oleh orang sakit. 

Namun kini, miris melihat fenomena yg sekarang terjadi tentang penyakit bipolar yg  menjadi malah dianggap trend. Kok sakit bangga sih? Ada apa dibalik itu?

Konon, ada selebritas yang mengklaim memiliki penyakit bipolar, namun nyatanya dimanfaatkan untuk menutupi kesalahannya, agar ia tidak terjerat dari hukum yg berlaku, nah loh,, kok bisa sih?
Lantas, bagaimana tanggapan islam dalam melihat fenomena gangguan mental ini ?

Menurut dr. Pittara dari alodokter, gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan yang drastis pada suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa sangat bahagia kemudian berubah menjadi sangat sedih.

Berdasarkan data World Health Organization di tahun 2017, ada sekitar 45 juta orang di seluruh dunia yang menderita gangguan bipolar. Gangguan ini merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia.

Fenomena ini, hakikatnya akibat sistem hidup yang makin sekuler kapitalistik, yang jauh dari nilai agama. Kehidupan yang makin serba materialistis, yang kaya makin kaya, yang miskin makin tak berdaya. 

Nilai kebahagiaan pun dipersempit hanya dari sisi materi, sehingga seseorang akan mudah mengalami gangguan mental seperti bipolar, stres dan depresi saat nilai kebahagiaan -yang sempit- tersebut tidak tercapai. 

Ditambah lagi tekanan ekonomi saat ini yang semakin berat akibat kebijakan ekonomi liberal, biaya kehidupan makin melangit, juga situasi budaya yang makin bebas, kejahatan makin meningkat, situasi politik yang tak memihak rakyat, hal ini semakin menambah rumitnya hidup rakyat di negeri ini.  Pada titik ini, seseorang yang kurang menjaga kewarasan hati dan pikirannya, bisa-bisa mengalami gangguan kejiwaan seperti bipolar, dan hal ini bisa memicu stress, depresi, hingga bunuh diri.

Disinilah kita sebagai kaum muslim harus mampu menyikapi fenomena ini sesuai pandangan islam.  
Rasulullah SAW bahkan memberi teladan agar kaum muslim tidak hanya wajib menjaga kesehatan fisik tapi juga kesehatan mentalnya. 

Menjaga Kesehatan Mental Seorang Muslim

1. Kuatkan keimanan. Yaitu dengan senantiasa menambah tsaqafah/pemahaman islam yang bisa meningkatkan pemikiran islam juga mengasah nafsiyah/pola sikap yaitu dengan  melakukan berbagai ibadah baik perkara wajib maupun yang sunah yang dapat meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT. Dengan begitu pembentukan iman yang kokoh ini diharapkan menjadi benteng dari segala persoalan apapun  yang dihadapi.

2. Senantiasa bertawakkal kepada Allah. Yaitu sikap menggantungkan segala sesuatu kepada Allah, sehingga saat apapun persoalan hidup mendera, ia akan selalu ingat ada Allah yang maha perkasa yang akan menguatkannya.

Allah berfirman :

 وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ

_"Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupkannya"_
(Ath thalaq : 3)

3. Senantiasa bersyukur kepada Allah

Allah SWT telah mengingatkan untuk senantiasa memiliki hati yang bersyukur. 

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
( Surat Ibrahim : 7)

Selain dijanjikan bertambah nikmat dari Allah, rasa bersyukur itu akan menimbulkan hati yang selalu merasa cukup. Hal ini tentu sangat kondusif dalam menjaga kesehatan mental. Hati yang bersyukur tidak mudah iri dan panas hati dengan orang di sekitarnya. Ia akan senantiasa ridho terhadap apa yang Allah takdirkan kepadanya. 

4. Berada dalam komunitas orang-orang sholeh. 
Lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap pola pikir dan pola sikap seseorang. Rasul memberi perumpamaan mengenai hal ini.

"Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.”
(HR. Muslim)

Seseorang yang sering bergaul dengan orang sholeh, tentu akan merasakan suasana ketakwaan, amal sholeh, dan akan senantiasa saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Dan hal ini tentu akan memberi efek positif bagi mental seseorang, menjadi lebih bergairah dalam hidup, tidak merasa sendiri dan positif thinking. 

Catatan @echadarmawan03

Post a Comment

Previous Post Next Post