Di Balik Konvoi Khilafah


Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Opini Bela Islam AMK

Beredarnya video konvoi  pengendara motor yang membawa tulisan khilafah berwarna hijau dan bendera bertuliskan tauhid, viral di media sosial. Dalam video tersebut terlihat salah satu tulisan yang berbunyi, "Sambut Kebangkitan Khilafah Islamiyah."  Khilafah adalah ajaran Islam merupakan solusi tuntas permasalahan umat Islam. Video yang sempat terekam di daerah Cawang, Jakarta Timur, akhirnya bikin heboh.

Menurut Amir Khilafatul Muslimin DKI Jakarta, Abudan menjelaskan bahwa kegiatan konvoi motor sudah berlangsung sejak tahun 2016 lalu. Abudan berceritera sesungguhnya pawai motor ini diselenggarakan oleh Khilafatul Islam merupakan rentetan pra acara yang digelar untuk menyambut kegiatan acara besar yang bertajuk: "Syiar Kekhilafahan Islam Dunia di Jakarta." (CNNIndonesia.com, 2/6/2022)

Otomatis konvoi tersebut mendapat perhatian pihak berwajib. Tim Densus 88 Antiteror Polri dikerahkan untuk menyelidiki konvoi beratribut khilafah yang melintas di beberapa daerah. Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar mengungkapkan ada selebaran yang disebar oleh kelompok yang menamakan diri Khilafatul Muslimin di Jabar, seperti di Cimahi  Sukabumi, dan Cianjur. Dari selebaran diketahui konvoi dilakukan sejak 2016 silam dan kelompok tersebut berpusat di Bandar Lampung yang dipimpin oleh Abdul Qodir Hasan Baraja, berakhir dengan dilakukan penangkapan pimpinannya pada tanggal 7/6/2022.

Seperti biasa, aksi konvoi tersebut dikait-kaitkan dengan tuduhan radikalisme, terorisme, pemecahbelah NKRI, dan lainnya. Sebagaimana penggiringan opini oleh Mantan Menteri Negara Riset dan Tehnologi era Gus Dur, yakni Muhammad A.S. Hikam yang menuding UI, ITB, IPB, UGM, ITS adalah target utama dari pengembangan ide-ide radikalisme, kata Hikam dalam seminar yang digelar Universitas Paramadina (3/6/2022).

Menurut Hikam, mahasiswa tidak hanya menjadi target penyebaran paham radikalisme, tetapi karena jumlahnya yang besar dan bisa menyampaikan aspirasinya ke ranah publik. Oleh sebab itu, akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Weda Kupita mengungkapkan bahwa penanggulangan penyebaran paham radikal atau radikalisme dan terorisme di kampus dinilai perlu regulasi (UU) yang mampu menindak tegas mahasiswa yang terpapar radikalisme.

Nyata benar, konvoi Khilafatul Muslimin oleh penguasa dijadikan alasan untuk membuat aturan lebih keras lagi terhadap ajaran Islam (khilafah) atas nama perang melawan radikalisme. Lebih dari itu, konvoi ini oleh pihak-pihak tertentu yakni Barat dan antek-anteknya dijadikan momen untuk membajak potensi pemuda muslim yang merupakan garda terdepan ujung tombak perubahan. Seiring dengan penderasan arus kapitalisme potensi pemuda, pemuda Islam dialihkan menjadi pemuda sekuler yang produktif untuk mendongkrak ekonomi kapitalis. Tampak semakin jelas, bahwa isu radikalisme sesungguhnya diciptakan oleh sistem demokrasi sekuler kapitalis untuk mengebiri semangat kaum muslim dalam mempelajari Islam kafah dan menegakkan khilafah.

Tak henti-hentinya Barat dan antek-anteknya terus mengadang tegaknya khilafah. Dengan memberikan
stigma buruk yang selalu disematkan kepada pemuda-pemuda yang aktif menjalankan syariat Islam dengan sebutan radikal, intoleransi, anti-Pancasila dan lain-lain. Apalagi Khilafah ajaran Islam dianggap monster oleh rezim dan sebagian umat Islam. Menurut Wakil Presiden Ma'ruf Amin, khilafah di Indonesia tertolak karena memang tidak bisa masuk. Memang khilafah itu Islam. Bukan karena Islami atau tidak Islami, akan tetapi karena menyalahi kesepakatan nasional, NKRI. Hal tersebut disampaikan Ma'ruf Amin saat menghadiri seminar peserta sekolah staf dan pimpinan tinggi (Sespimti) Polri di The Tribata, Jakarta Selatan. (Liputan6.com, 8/11/2019)

Ironisnya, pada saat yang sama penguasa membiarkan promosi massif terhadap ajaran sekuler yang sudah nyata-nyata merusak seperti LGBT. Gurita korupsi yang memiskinkan dan menyengsarakan rakyat dibiarkan. Pun demikian dengan sepilis yakni (sekularisme, pluralisme, liberalisme)  merupakan ide kufur. Sebab, sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan), pluralisme (paham semua agama sama benar), liberalisme (paham kebebasan), ini jelas-jelas merusak akidah umat Islam dan biang kerok akar permasalahan umat. Namun, dalam sistem demokrasi justru sepilis tumbuh subur. Hal ini wajar, demokrasi merupakan anak emas kapitalisme. Sekularisme inilah dijadikan alat penjajahan bagi Barat di negeri-negeri muslim.

Pada hakekatnya, Barat dan antek-anteknya terus melakukan pengadangan terhadap tegaknya khilafah dengan mengadu domba umat Islam. Skenario mereka di antaranya dengan mengkotak-kotak umat Islam menjadi Islam moderat, Islam sekuler, Islam tradisional, dan Islam radikal. Kemudian dibentur-benturkan. Tentu saja yang dimenangkan adalah Islam yang dimaui Barat yang bisa diajak kompromi, yakni Islam moderat dan Islam sekuler. Sedangkan Islam yang diberi label radikal oleh mereka adalah Islam yang memperjuangkan diterapkannya syariah dan khilafah, maka akan dimusuhi dan dikriminalisasi. Padahal, Islam itu satu yaitu Islam tidak ada embel-embelnya. Khilafah ajaran Islam yang merupakan warisan Rasulullah saw. dalam sistem demokrasi tertolak bahkan dituduh macam-macam dan diberikan stigma buruk sehingga memunculkan islamofobia. Umat Islam ketakutan bahkan membenci agamanya sendiri. Inilah yang sedang terjadi di negeri-negeri muslim termasuk negeri ini. 

Jika Indonesia mengaku negara hukum seharusnya negara tidak berwenang melarang siapapun untuk menyampaikan gagasan dan ide-ide. Apalagi Islam adalah agama yang diakui dan konstitusi memberikan jaminan untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya berdasarkan pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Oleh karena itu, siapun yang menyudutkan ajaran Islam, termasuk khilafah maka menurut Chandra Purna Irawan SH MH, Ketua LBH Pelita Umat, dapat dikategorikan tindak penistaan agama. Artinya, sebagai ajaran Islam khilafah tetap sah dan legal untuk didakwahkan di tengah-tengah umat.

Perlu diketahui, khilafah adalah ajaran Islam. Khilafah bukan ideologi seperti yang dituduhkan oleh para pembenci Islam. Melainkan, khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dilahirkan oleh ideologi Islam.

Menurut Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhni Rahimahullah dalam kitabnya Al Khilafah disebutkan, "Khilafah adalah kepemimpinan umum seluruh dunia untuk menegakkan syariat Islam secara kafah dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia." Menurut beliau, khilafah mempunyai subtansi sama dengan imamah, artinya khilafah dan imamah memiliki arti yang sama (kepemimpinan). Khilafah tidak bisa diterapkan oleh sebuah kelompok atau komunitas tertentu. Namun, khilafah hanya bisa diterapkan oleh negara yang memenuhi syarat tententu.

Khilafah adalah bisyarah kabar gembira dari Rasulullah saw. Beliau bersabda, " ... Kemudian akan muncul kembali khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." (Hudzaifah berkata): Kemudian beliau diam (HR. Ahmad dan al-Bazzar)

Jadi, sebagai umat Islam seharusnya meyakini dan menyongsong tegaknya khilafah. Umat Islam harus bersatu dan berjuang bersama-sama dengan barisan dakwah ideologis. Sebab, kelompok dakwah ideologis ini mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. dan menjadikan akidah Islam sebagai dasar pergerakannya. Kelompok dakwah ideologi memiliki fikrah dan thariqah yang jelas dan murni, serta mempunyai tahapan dakwah sebagai berikut:
Tahapan pertama, membina umat Islam agar memiliki akidah yang kuat dan kokoh sehingga menjadi insan takwallah, yakni melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah Swt.

Tahap kedua, melakukan interaksi dengan umat, aktivitasnya dakwah pemikiran, tanpa kekerasan. Mereka dengan berani akan membongkar kebusukan sistem kufur demokrasi sekuler kapitalis dan makar jahat penguasa. Sehingga umat menyadari kebobrokan sistem kufur yang dianut selama ini dan dengan suka rela kembali dalam sistem Islam. Sampai pada akhirnya aktivitas thalabul nushrah pada pemilik kekuasaan terjadi.

Tahap ketiga, penerapan Islam secara kafah dalam institusi negara.

Metode tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. yakni ketika masih berada di Makkah, Rasulullah mengutus Mus'ab bin Umair ke Madinah, pada akhirnya Saad bin Muadz sang ahli nushrah menyerahkan kekuasaannya kepada Rasulullah tanpa syarat.

Saatnya demokrasi sekuler kapitalis dicampakkan, diganti dengan sistem Islam (khilafah). Caranya dengan berjuang bersama-sama mendakwahkan Islam secara kafah dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. Dengan demikian tidak lama lagi khilafah akan tegak memimpin dunia, takbir.

Allah Swt. berfirman:

مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti." (QS. Ali -Imran [3]: 118)

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post