Silaturahmi dalam Balutan Demokrasi


Oleh Lafifah
(Ibu Rumah Tangga dan Pembelajar Islam Kaffah)
 

Dilansir oleh tirto.id - Momen Hari Raya Idul Fitri 1443 H menjadi ajang bagi para politikus untuk bersilaturahmi Lebaran. Kegiatan bernuansa politik berbalut silaturahmi mulai dari hari H hingga masa libur Lebaran dimanfaatkan untuk saling berkunjung. Meski ada kegiatan yang dinilai tidak bernuansa politik, tetap ada saja pihak-pihak yang menggunakan simbol-simbol yang mengarah kepada persiapan menuju Pemilu 2024. Dalam pantauan Tirto, sejak 10 hari terakhir Ramadan hingga Kamis (5/5/2022) malam, setidaknya ada dua tokoh yang rajin tampil di muka publik. Keduanya termasuk kandidat kuat calon presiden 2024 di beberapa hasil survei publik, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Tradisi silaturahmi dan saling maaf-maafan lazim dilakukan muslim Indonesia di hari lebaran. Meski tidak ada hadis khusus tentang silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri, tradisi baik tersebut tidak menyalahi aturan agama.

Mengapa masyarakat menilai bahwa silaturahmi kedua tokoh tersebut dianggap mengandung unsur politik Pilpres 2024, sementara silaturahmi sendiri hal yang di bolehkan dalam agama?
Artinya ini ada pandangan negatif ditengah-tengah masyarakat dalam agenda Pilpres yang merupakan agenda 5 tahunan negeri ini, meski yang dilakukan adalah hal bersifat positif pun masyarakat menilai nya ada udang di balik batu. Politik yang berbumbu silaturahmi dengan racikan tepat momen Hari Raya.

Namun sadarkah mereka para elit politik yang jauh-jauh hari mencuri star untuk kekuasaan, sadarkah apa tujuan dari menjabat sebagai penguasa, negeri ini butuh perubahan yang menyeluruh dalam seluruh aspek.

Rakyat sudah jenuh dengan semua janji-janji kampanye yang diobralkan ketika mencalonkan menjadi penguasa. Adakah perubahan pada setiap pergantian kepemimpinan negeri ini? Tidak ada.

Maka silaturahmi yang dilakukan oleh para elit politik seharunya membawa keberkahan bagi terlaksananya kehidupan bernegara yang lebih baik, dengan seperangkat aturan yang baik, tetapi hal ini tidak akan terjadi di sistem yang menerapkan demokrasi kapitalisme yang mengedepankan kemanfaatan dan keuntungan kelompoknya.

Di dalam Islam silaturahmi kerapkali dilakukan juga dengan memberikan nasihat kepada kerabat yang melakukan keburukan atau menyimpang dari ajaran Islam, silaturahmi bisa menjadi sarana dakwah untuk mengajak keluarga dan kerabat taat pada syariat. Tentu dilakukan dengan cara dan waktu yang tepat agar tidak mengganggu suasana akrab dan menyenangkan, demikian lah seharusnya, silaturahmi nya para elit politik harus berdampak pada perubahan yang menyeluruh dalam menerapkan aturan Allah untuk kesejahteraan seluruh rakyat dan menjadi bukti nyata akan pentingnya silaturahmi, sebagaimana tertuang jelas dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 36 yang artinya:
"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, Ibnu Sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
 
Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post