Nilai di Ujung Pena




Oleh Rusmila, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 1 Simpang Empat, Tanah Bumbu)

Sejak dulu hingga saat ini pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam sendi-sendi kehidupan. Salah satu aspek yang memegang peran besar dalam perjalanan hidup seseorang sebagaimana slogan yang sering kita dengar yaitu “pendidikan adalah jendela masa depan”. 

Secara harfiah pendidikan dapat diartikan sebagai usaha secara sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa mendatang baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.

Di era digital saat ini pendidikan tidak hanya didapatkan dari sekolah formal tapi bisa pula didapat dari berbagai sumber. Semisal kelas online, seminar, kursus di berbagai bidang atau sekolah-sekolah swasta yang diperuntukkan khusus untuk mengasah minat dan bakat.

Entah disadari atau tidak, sebenarnya pendidikan seseorang sudah dimulai jauh sebelum ia duduk di bangku sekolah dasar. Ya benar sekali. Sejak dalam rahim ibu pun kita telah mendapatkan hal tersebut, dilanjutkan dengan bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua.

 Lingkungan dimana anak itu tumbuh juga  akan memberikan anak tersebut pelajaran-pelajaran mendasar tentang alam dan sekitarnya.

Mungkin banyak dari kita menganggap pendidikan di sekolah saja sudah sangat cukup untuk anak, namun nyatanya hal tersebut sangatlah keliru. Masih ada berbagai hal yang harus di ajarkan pada anak diluar dari banyaknya mata pelajaran wajib seperti matematika, bahasa, IPA atau IPS. Pendidikan tersebut adalah bagaimana cara bersosialisasi,  menghormati serta menghargai orang lain.

 Meskipun demikian seperti yang kita lihat saat ini, nampaknya lebih banyak orang tua yang cenderung mementingkan angka yang berbaris rapi di setiap lembar rapor tanpa terlebih dulu menelaah lebih dalam tentang bagaimana hasil tersebut mempengaruhi masa depan  anaknya.

Sering kali tejadi saat pembagian rapot pada tiap semester, ada saja keluhan dari orang tua atau wali murid mengenai nilai putra putrinya yang mungkin tidak sesuai harapan. Dapat dipastikan hal tersebut akan terus berlanjut sampai ke rumah. Bahkan yang lebih parahnya lagi si anak sampai mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan baik secara verbal maupun fisik yang mana sebenarnya hal tersebut tidak akan  memperbaiki nilai si anak. Namun justru akan membuat anak menjadi trauma dan merasa tidak berharga. 

Padahal setiap anak memiliki porsinya tersendiri dalam berbagai hal yang tidak hanya terfokus pada nilai akademik sekolah. Namun ada pula sebagian orang tua yang tidak mempermasalahkan sama sekali perihal tinggi rendahnya nilai raport tersebut.

 Di sinilah salah atu peran penting tenaga pengajar untuk sedikit demi sedikit memberikan pengarahan kepada orang tua untuk sama-sama memahami karakteristik, mengenali bakat dan minat anak sekaligus menjadi jembatan penghubung antara orang tua dan anak di seputar kegiatan belajar sehari-hari.

Sebelum berargumen lebih jauh mari kita pahami bawa nilai rapor merupakan hasil pengakumulasian dari nilai tugas dan tes objektif baik teori maupun praktik  yang merupakan dua aspek utama kemudian ditambah dengan penilaian dari aspek lain seperti frekuensi kehadiran siswa, keaktifan serta perilaku  yang mana hal ini bersifat subjektif. 

Untuk mengurangi tingkat subjektifitas tersebut  tenaga pengajar akan  meminimalisirnya dengan menggunakan rubik penilaian. 
Lantas pentingkah nilai rapor untuk masa depan anak? Benarkah angka raport hanya sebatas tulisan nilai di ujung pena? Atau malah menjadi penentu masa depan si penerima?
 Tentunya hal ini memiliki banyak pandangan dari berbagai kalangan.

 Perlu ketahui bahwa eksistensi  kekuatan nilai raport itu sebenarnya tidak berlaku di sekolah lain, artinya kemampuan anak yang nilai matematikanya 88 pada sekolah X belum tentu lebih baik dari kemampuan bermatematika dari anak yang memperoleh nilai 75 di sekolah Y. ini terjadi karena di setiap sekolah tentunya memiliki standar kemampuan  dan sistem yang berbeda baik siswa maupun tenaga pengajar. 

Nilai memang bukan segalanya, tapi nilai sangat dibutuhkan di berbagai situasi. Namun  bagaimana pengaruh nilai terhadap masa depan anak kembali lagi kepada bagaimana definisi sukses bagi tiap pandangan individu dan rencana masa depan yang telah disiapkan. 

Sebagai contoh si A ingin melanjutkan pendidikan di salah satu universitas bergengsi tentunya nilai raport dari tiap semester sangat membantu untuk mempermudah jalan menuju rencananya tersebut atau contoh lain si C ingin melamar di sebuah perusahaan yang menjadikan nilai UN atau IPK  minimal sebagai persyartan. Tentunya ia akan secara otomatis tereliminasi jika nilainya tidak memenuhi persyaratan. 

Lain halnya dengan si B yang  mempunyai skill atau keunggulan di bidang tertentu dan berencana untuk langsung terjun ke dunia kerja atau bahkan merintis suatu usaha yang mungkin mengesampingkan nilai-nilai akademis yang ia miliki.

Jadi sebelum kita terburu-buru menetapkan nilai sebagai pencapaian tertinggi atau sebaliknya mengaggap nilai itu tidak penting, akan lebih baik jika kita fokus menggali potensi anak yang tentu saja diimbangi dengan pengarahan untuk membentuk kepribadiannya sejak dini agar tetap terarah. 

Dengan begitu potensi anak akan berkembang dengan optimal, namun anak tidak merasa terbebani dengan tuntutan orang tua harus bisa mendapatkan nilai sempurna. Hal ini tentu memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dengan guru, sehingga kedua belah pihak bisa bersinergi mengantarkan anak pada puncak kesuksesan.





Post a Comment

Previous Post Next Post