MENGAPA ISLAMFOBIA MAKIN MARAK

Oleh :Junari S.I.Kom

Islam semakin digencarkan, banyak sekali yang menyoroti dari berbagai pandangan hingga memutuskan jalan tengah memakai Islamfobia di negeri yang mayoritas muslim. Yang seharusnya Islam ditetapkan sesuai pada hakikat yang sebenarnya.

Hasil dari adopsi Islamfobia menghasilkan banyak kesakitan yang di rasakan umat Islam. Berbagai tudingan dilontarkan kepada umat muslim di seluruh penjuru wilayah. Menganggap remeh terkait kepercayaan sehingga dimana mana pusat ibadah bahkan kitab dihancurkan dan menyakiti ulama, ustadz, kyai yang menjadi tiang keistiqomahan umat muslim.

Persoalan ini kemudian menimbulkan letupan sosial dalam berbagai bentuknya seperti pembakaran Al Qur'an, penghancuran masjid, sampai pada pembunuhan orang-orang yang sedang melakukan ibadah di masjid, karena dieksploitasi oleh para politisi. (Rmol.id, 02/10/2020).

Adanya Islamfobia hasil dari pertimbangan yang semestinya lahir dari minoritasnya umat beragama Islam dan pemicu dengan adanya perbedaan antar budaya, adat, ras, agama dalam satu wilayah atau negara sehingga lahirnya Islamfobia.

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan pada sidang Majlis Umum PBB ke-75, dalam pidatonya menyinggung masalah Islamophobia yang dialami minoritas muslim di berbagai negara, seperti India, Myanmar, Eropa, dan negara-negara Barat lain termasuk New Zealand dan Amerika. (Rmol.id, 02/10/2022)

Akan tetapi pada kenyataannya Islamfobia tidak mengenal tempat, mayoritas ataupun minoritas umat Islam. Di seluruh dunia Islamfobia menjadi akar rusaknya pemahaman, kepercayaan. Sebab Islamfobia lahir dari kurangnya kesadaran umat untuk mencegah pemicu hal tersebut.

Fahmi Salim menyebut bahwa fenomena Islamfobia ini tidak bisa dilepaskan dari agenda politik besar yang dilakukan oleh negara-negara yang khawatir keadidayaannya digeser oleh Islam atau negara-negara dengan penganut Islam terbesar. (kabardamai.id, 09/04/2022)

Rupanya Islam menjadi pusat perhatian dunia, lahir dari kekhawatirannya akan meledaknya umat Islam yang besar hingga mengancam kepentingan.

Mudahnya Islamfobia masuk ke wilayah mayoritas umat Islam seiring dukungan sistem kapitalis sosialisme akar dari rusaknya pemikiran umat muslim. Maka wajar jika pada kenyataannya sekarang Islamfobia tidak mengenal tempat mayoritas maupun minoritas. Memiliki senjata nuklir ataupun tidak Islamfobia telah masuk, seiring dengan masuknya sistem yang rusak yakni kapitalisme sosialisme maka sistem inilah yang memberi ruang atau jalan hingga memuluskan jalan Islamfobia itu sendiri.

Dalam konteks umat Islam Indonesia yang berjumlah mayoritas, kata Fahmi Salim, peran-peran untuk menangkal fenomena islamofobia seharusnya lebih bisa dimaksimalkan. Di mata dunia Islam, presentase melimpah umat Islam yang dimiliki oleh Indonesia merupakan harapan. Dengan menampilkan Islam tengahan sebagai rahmat bagi seluruh alam berlandaskan al Qur’an dan Hadist. (kabardamai.id, 09/04/2022).

Untuk mencegah penyebaran Islamfobia, muslim seluruh dunia menyadarkan hari internasional untuk menghentikan serta partisipasi dalam pemberitahuan bahwasannya bahayanya Islamfobia yang sudah terlanjur menyebar di seluruh penjuru negeri, maka dirayakan hari Anti islamfobia.

Pada medium Maret 2022 lalu masyarakat muslim seluruh dunia merayakan Hari Internasional untuk Memerangi Islamafobia, tepatnya pada 15 Maret. Perayaan ini dilakukan untuk mengecam meningkatnya intoleransi dan diskriminasi terhadap Muslim dan minoritas lain di Barat, India dan bagian lain dunia. (Kabardamai.id, 09/04/2022).

Anggota Kelompok Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Diberi pengarahan tentang proposal OKI untuk mempresentasikan rancangan resolusi yang menetapkan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk memerangi Islamofobia di bawah agenda Budaya Damai,” tulis Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Abdulla Shahid dalam akun Twitter resminya, dikutip di Pakistan Observer, Rabu, 16 Maret 2022. (Kabardamai.id, 09/04/2022).

Islamofobia tidak bisa dihentikan dengan penetapan PBB Hari anti Islamofobia, namun butuh difahami akar masalah yang terjadi untuk menuntaskan solusi pada hakikat yang sebenarnya.

Hari internasional untuk memerangi Islamfobia di bawah agenda Budaya Damai bukan perlawanan yang tepat pada kerusakan yang terjadi yang dibuat oleh kapitalisme sosialisme. Perayaan hari Anti ini bukan solusi yang tepat untuk menuntaskan problem yang ada. Akan tetapi mencari sumber kerusakan itu sendiri agar mampu diatasi dan mencari sampai pada titik yang mengakibatkan seperti kanker ganas.

Jika kapitalisme sosialisme akar dari Islamfobia ini muncul. Maka penuntasannya harus menghilangkan penyakit yang sudah menjadi kanker yang ganas ini. Sebab pada dasarnya kapitalisme sosialisme bukanlah dasar dari Islam itu sendiri. Islam terikat dengan Syariah yang wajib di patuhi dan di taati. Walhasil berstandar pada syariat adalah penuntasan pada permasalahan yang terjadi.

Islamfobia marak, dikarenakan era saat ini yang di pertarungkan yaitu pemikiran serta benturan peradaban. Sehingga umat Islam tidak memiliki pelindung yang menjadi perisai atas beragam serangan. Karenanya berbagai pihak memanfaatkan untuk melampiaskan kebencian dan memenangkan kepentingan politik dan ekonomi untuk mengekalkan kebusukan peradaban yang secara batilnya.

Para pemimpin muslim hendaknya tidak hanya mengecam islamofobia tapi bertindak nyata mewujudkan kepemimpinan Islam agar umat memiliki Kembali kepemimpinan khilafah yg terbukti mampu menjadi perisai Islam dan kaum muslim selama 13 abad lamanya.

Kebangkitan untuk menyatukan pemikiran umat muslim tidak mampu berdiri sendiri tanpa ada yang mengayomi kebangkitan itu sendiri. Maka kesadaran umat bukan saja sadar terpisah dengan negara harus sadar berjamaah menerapkan syariat sebagai pegangan kokoh ideologi Islam. Maka kekokohan Islam akan mampu mempengaruhi lingkungan serta memperkuat pemikiran umat Islam. Dalam hal ini apapun bentuk dari yang menganggu Islam itu sendiri tidak mudah di goncangkan dari berbagai pandangan yang luar dari Islam beserta syariat.

Ketiadaan institusi politik umat Islam saat ini yang menjadi pelaksana syariah Islam secara kaffah dan pelindung kaum muslim menjadikan negeri negeri kafir penjajah dengan sangat leluasa menjajah dunia negeri-negeri kaum muslim. Mereka menjajah dunia Islam dengan berbagai cara politik, militer, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya dan lain sebagainya. Sebagai dampak dari penjajahan tersebut. Kaum muslim terpuruk di berbagai aspek kehidupan.

Pasalnya sebuah wilayah akan mampu menerapkan syariat apabila seorang pemimpin sadar atas kerusakan kapitalis sosialisme yang menjadi akar problem saat ini. Harus ada pemimpin yang sadar bahwasannya Islam bukan saja mengatur ibadah, puasa, haji, akan tetapi Islam agama yang mengatur segala aspek, mulai dari sosial, ekonomi, hukum, pergaulan, bernegara, ibadah, sangsi, dan lainnya.

Maka Islam hadir sebagai solusi untuk menuntas problem yang ada. Sebab Islam sempurna, seorang pemimpin harus mengambil andil dalam penerapan syariat agar umat Islam ada benteng untuk menjadi rujukannya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (Ali-Imran [3] :118).

Sistem yang sumber atau dijadikan rujukan harus sistem yang rahmatan bagi seluruh Alam. Debab Islam ialah agama yang sempurna yang datang dari sang maha pencipta sempurna adanya. Maka umat yang jauh dari standar syariah harus merujuk pada Islam apabila hukum Allah diterapkan syariah sebagai pedoman maka segala permasalahan akan dituntaskan.

Wallahualam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post