Dibalik Paduan Respon Apatis Dunia atas Ancaman Genosida Muslim India


Oleh: Pilar Bela Persada

Dalam beberapa tahun belakangan, terjadi peningkatan signifikan kasus kekerasan fisik dan psikologis secara komunal terhadap muslim India, di negara demokrasi terbesar di dunia itu. [1]

Yang terbaru, pelaku yang menyerukan aksi genosida terhadap Muslim India, secara resmi pada Senin (17/01) dijatuhi hukuman yang sangat ringan, hanya 14 hari penjara, dari ancaman maksimal 5 tahun penjara. Seruan itu terjadi dalam sebuah acara pertemuan tertutup, konferensi aktivis nasionalis hindu sayap kanan di Haridwar, Uttarakhand, pada 17-19 Desember 2021. Yang kemudian video rekamannya viral dan menyulut kemarahan publik secara luas. [2]

Keheningan yang memekakkan telinga

Secara tidak mengejutkan, bungkamya pemerintahan Modi banyak ditafsirkan sebagai sinyal dukungan diam-diam terhadap seruan kebencian dan aksi kekerasan yang ditujukan untuk Muslim India.

Pun sejauh ini, juga belum ada tanggapan resmi baik dari PBB maupun AS. Mengingat posisi penting India dalam lanskap geo-strategis, membuat AS yang kerap memuji dirinya sebagai penegak HAM, secara selektif telah mengabaikan masalah ini. Sebaliknya ia memilih untuk semakin mesra dengan India dalam Aliansi Quad, untuk melawan pengaruh ekonomi China yang terus meningkat.

Indonesia? Keseriusan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia benar-benar diuji. Namun, diprediksi sikap business as usual tetap mendominasi, mengingat eratnya hubungan dagang RI-India.

Ditambah, nihilnya respon dari pemimpin negeri muslim lain, semakin memperlihatkan potret borok wajah pemerintahan dunia hari ini. Yang rela membuang rasa kemanusiaannya serta mengorbankan saudaranya demi keberlangsungan kepentingan mereka.

Penutup

Atmosfer islamofobia yang ditebar barat secara tersistematisasi telah nyata mengancam kehidupan umat Islam. Untuk menyelesaikan permasalahan setingkat potensi genosida terhadap muslim, tidak cukup hanya dengan mengutuk ataupun aksi-aksi masyarakat secara sporadis, sementara pemimpinnya terpolarisasi di kutub yang berlawanan. Maka, hanya dengan kehadiran kepemimpinan Islam-lah yang nantinya dapat benar-benar melindungi umat.

“Sesungguhnya seorang Imam (penguasa) itu (bagaikan) perisai. Orang-orang berperang di belakangnya, dan juga berlindung dengannya. Maka jika ia memerintah (berdasarkan) takwa kepada Allah Ta’ala dan berlaku adil, maka baginya pahala. Akan tetapi jika ia memerintah tidak dengan (takwa kepada Allah dan tidak berlaku adil) maka ia akan mendapatkan balasannya.” (HR Muslim No. 3428)

Wallahu a'lam bishawab

 

Referensi:

[1]        T. Tirta, “Nestapa Warga Muslim Saat Modi Bawa India Semakin Hindu-sentris,” tirto.id. https://tirto.id/nestapa-warga-muslim-saat-modi-bawa-india-semakin-hindu-sentris-f5Hn (accessed Jan. 25, 2022).

[2]        “Hindu monk in India charged over call for ‘genocide’ of Muslims.” https://www.aljazeera.com/news/2022/1/18/india-hindu-monk-yati-narsinghanand-genocide-muslims-haridwar (accessed Feb. 01, 2022).


Post a Comment

Previous Post Next Post