TUDUHAN RADIKAL MEMBUKA MATA UMAT


Oleh : Ima Amalia

Daftar penceramah radikal beredar. Pro kontra bermunculan. Baik di media sosial maupun elektronik. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris)  menegaskan tidak pernah merilis daftar penceramah radikal. Akan tetapi hanya merespon  dengan mengeluarkan ciri-ciri penceramah radikal . BNPT berpendapat bahwa pernyataan Presiden harus ditanggapi serius juga oleh seluruh kementrian, lembaga pemerintahan  hingga masyarakat. Direktur Pencegahan BNPT Ahmad Nurwakhid menyampaikan bahwa  strategi  kelompok radikalisme ialah bertujuan menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi yang menanamkan doktrin dan narasi ke tengah masyarakat.

Ciri-ciri yang dikeluarkan oleh BNPT pada akhirnya menjadi blunder bagi BNPT sendiri karena semakin menunjukkan kearah mana tuduhan radikalisme ini  dan semakin nampak bagaimana cara pandang BNPT serta yang dipahami tentang Islam itu sendiri.

Seradikal apa sih para ulama ini? Apa saja ciri-cirinya?  Nurwakhid mengurai beberapa indikator yang bisa dilihat dari isi materi yang disampaikan bukan tampilan penceramah.
Setidaknya, menurut Nurwakhid, ada lima indikator:
1. Mengajarkan ajaran yang anti-Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional.
Selama ini Pancasila selalu dipertentangankan  dengan Khilafah, padahal ini adalah hal yang berbeda dan memang tidak untuk dipertentangkan.  Pancasila merupakan rumusan dan nilai-nilai dan norma dasar dalam bernegara. Sedangkan Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam, yang bersumber dari Allah SWT. Khilafah adalah sebuah konsep system pemerintahan dalam Islam,  yang dengan system ini maka seluruh apa yang telah Allah perintahkan baik yang wajib atau yang haram akan dapat  ditegakkan secara menyeluruh dan sempurna. 
Maka bukanlah sebuah kesalahan  ketika kaum muslim belajar dan mengajarkan tentang khilafah atau system pemerintahan dalam Islam. Sebagai seorang muslim,  Allah memerintahkan bagi umat Islam  untuk menjadi hamba yang bertaqwa yaitu dengan mempelajari seluruh ajaran Islam agar nantinya dapat menjalankan apa  yang telah Allah perintahkan tanpa pilih-pilih.

2. Mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain yang berbeda paham maupun berbeda agama.
Di dalam Islam, orang-orang yang bukan bagian dari umat Islam disebut orang kafir. Istilah ini sudah ada di dalam Al Qur'an dan hadits-hadits Nabi SAW serta sudah ada sejak zaman Nabi SAW. Bahkan Nabi juga menyebut orang-orang yang tidak memeluk Islam dengan sebutan Kafir. Penyebutan kafir juga bukanlah diskriminasi  atau bentuk kekerasan ataupun penghinaan. Bahkan di  dalam Alquran ada penyebutan 525 kata kafir. Lantas apa yang salah dengan menyebut mereka yang non muslim dengan sebutan kafir ?

3. Menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan yang sah. 
Pernyataan ini harusnya dibedakan,  antara anti pemimpin/anti pemerintahan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dengan mengkritisi kebijakan pemimpin atau pemerintah. Jika anti pemimpin/anti pemerintah,  maka setiap  kebijakan yang keluar dari pemerintah meskipun baik dan benar akan tetap ditolak. 
Ini tentunya berbeda dengan mengkritisi atau mengoreksi kebijakan pemerintah.  Mengkritisi kebijakan adalah hal yang berbeda dengan menghina atau menghujat. Islam sendiri dengan tegas melarangnya sebagaimana sabda Rasulullah Saw : 
"Orang Muslim itu saudara sesama Muslim. Dia tidak menzalimi dan tidak menghinanya, dan tidak meremehkannya. Takwa itu disini, takwa itu disini, nabi sambil menunjuk ke arah dada. Cukuplah seseorang jahat apabila orang itu meremehkan saudaranya sesama Muslim, setiap Muslim bagi Muslim lainnya haram darahnya (tidak boleh disakiti apalagi dibunuh), haram kehormatannya (tidak boleh dihina, direndahkan), dan haram hartanya (tidak boleh dirampas)" ( HR Muslim) . 

4. memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). 
Allah SWT berfirman :
(1) Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!
(2) aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
(3) dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
(4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
(5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
(6) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
(QS. Al Kafirun : 1 - 6) 
Berdasarkan dalil ini, salahkah jika umat islam  berpegang teguh pada ajarannya? Upaya-upaya pembelokan aqidah semakin masif dilaksanakan. Arus moderasi beragama semakin digalakkan dan membuat umat perlahan terjauhkan dari syariat Islam, pada  akhirnya terbentuk Islam moderat dan Islam radikal. 

5. Memiliki pandangan antibudaya ataupun antikearifaan lokal keagamaan.
Seorang mukmin wajib meyakini kebenaran hanya dari Allah SWT dan hanya Allah lah tempat bergantung. 
Apabila ada suatu budaya yang bertentangan dengan Islam, misalnya mempercayai dan membenarkan perkataan dukun atau tukang ramal, lalu seorang penceramah menyampaikan hadits Nabi atas kufurnya amal tersebut :
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” 
(HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Apakah juga disebut sebagai antikebudayaan dan anti kearifan lokal keagamaan?


Narasi radikal yang dikembangkan seolah-olah mendiskreditkan dakwah Islam, juga ada dugaan upaya melakukan stigma negatif atas penceramah Islam yang kritis atas berbagai kedzaliman dan berpegang teguh kepada ajaran Islam. Ini sama saja menghalangi dari jalan Allah SWT. Dan tidaklah orang-orang yang menghalangi dari jalan Allah SWT kecuali mendapatkan ancaman azab. Na'udzubillah min dzalik!

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata, "Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka." Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang dzalim. (yaitu) Mereka yang menghalangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang yang tidak percaya adanya hari Akhirat. Mereka tidak mampu menghalangi (siksaan Allah) di bumi, dan tidak akan ada bagi mereka penolong selain Allah. Azab itu dilipatgandakan kepada mereka. Mereka tidak mampu mendengar (kebenaran) dan tidak dapat melihat-(Nya)." 
(QS. Hud : 18 - 20)

Dari Tamim ad-Dari, Rasulullah SAW bersabda, “Agama adalah nasihat.” Para sahabat bertanya “Untuk siapa wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan kalangan umum".

Hal ini semakin membuka msta dan memberikan pemahaman kepada masyarakat  khususnya kaum muslim untuk  tidak takut  mempelajari Islam secara kaffah. Islam mempunyai konsep pengaturan yang utuh dalam kehidupan ini, bukan hanya mengatur manusia dalam  menyembah Allah Swt tetapi juga mengatur bagaimana dalam kehidupan bermasyarakat. Saling mengingatkan adalah  tanda saling mencintai karena Allah. Semoga Islam sebagai Rahmatan lil’alamin dapat segera terwujud.
_Wallahu'alam bishshowab_

Post a Comment

Previous Post Next Post