Pemuda identik dengan karakter yang dinamis, optimis, dan bergejolak. Memiliki ciri fisik yang kuat dan terus berkembang, emosi yang belum stabil, serta pendirian yang labil. Di pundak mereka tersimpan harapan sebagai generasi penerus bangsa. Namun, apa jadinya jika para pemuda ini justru gemar tawuran?
Seperti yang terjadi di Bekasi beberapa waktu yang lalu. Dua kelompok remaja bentrok di wilayah Kompleks TVRI-Poris, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondokmelati. Bahkan aksi tawuran tersebut sampai menyebabkan kebakaran. Dinas kebakaran Kota Bekasi pun harus turun tangan dengan mengirimkan 4 unit mobil damkar ke lokasi. Akibat dari kejadian ini diperkirakan kerugian mencapai 100 juta rupiah. (bekasi.pojoksatu.id, 5/3/2022)
Aksi tawuran antar remaja yang teridentifikasi sebagai pelajar sekolah menengah pertama (SMP) juga terjadi di Jalan Poris Indah, Kelurahan Poris Gaga, Kecamatan Batu Ceper, Kota Tangerang pada Ahad (6/3/2022). Insiden ini menyebabkan tiga orang terluka akibat sabetan senjata tajam (sajam) dan dilarikan ke Rumah Sakit Sari Asih Cipondoh. Kepolisian Metro Tangerang Kota telah meringkus enam orang atas peristiwa tersebut. (republika.co.id, 7/3/2022)
Penyebab Utama Maraknya Tawuran
Tawuran merupakan bentuk kekerasan antar geng, baik di kalangan pelajar atau masyarakat urban. Motif yang melatarbelakanginya pun beragam. Mulai dari salah paham yang menyebabkan suatu kelompok terhina, dendam yang mengakar, serta ingin menunjukkan kemampuan untuk eksistensi.
Banyak faktor yang menyebabkan tawuran. Seperti latarbelakang keluarga. Dimana keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi setiap individu. Di dalam keluargalah ditanamkan pemahaman agama, akhlak, dan budi pekerti. Selain itu keharmonisan dan kasih sayang dari orang tua akan mempengaruhi psikis seseorang. Apabila dia merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari keduanya, maka dia akan mencari perhatian di luar dan bisa tenggelam dalam pergaulan yang salah.
Tidak hanya itu, sistem pendidikan di negeri ini yang berlandaskan sekularisme menjadi penyebab utama maraknya tawuran. Ketika pendidikan hanya berorientasi pada transfer ilmu yang kelak akan memudahkannya mencari kerja, maka orang-orang yang dihasilkan dari pendidikan seperti ini akan minim akhlak. Karena sekularisme merupakan paham pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga tidak tertanam pada jiwa-jiwa pelajar rasa takut kepada Sang Maha Pencipta.
Alih-alih menghasilkan generasi yang dapat membangun bangsa dan berakhlakul karimah, justru lahir generasi-generasi bermental preman yang merusak dan tidak beradab. Inilah akibat dari sekulerisme yang diterapkan di negeri ini. Masa depan bangsa menjadi tak pasti.
Solusi Islam Mencegah Tawuran
Dalam sistem pendidikan Islam ditanamkan akidah dengan sangat kuat. Mulai dari level sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sehingga muncul pemahaman dalam diri bahwa Allah SWT akan melihat dan mengetahui semua perbuatan mereka. Allah SWT juga akan meminta pertanggungjawaban atas semua aktivitas kita selama di dunia. Sehingga timbul ketaatan dan ketundukan pada Rabb-nya.
Dengan begitu aksi tawuran dan kriminalitas lainnya dapat dicegah. Karena ketaatan yang dimiliki para individunya. Namun, tidak cukup sampai di situ. Kontrol masyarakat juga berperan penting. Apabila ada yang berencana untuk melakukan aksi tawuran atau tindak kriminalitas, maka masyarakat akan mengingatkan dan mencegahnya.
Negara pun akan bertindak tegas. Untuk mengantisipasi terjadinya tawuran, maka polisi akan berpatroli di seluruh wilayah. Tanpa melihat wilayah yang sepi atau ramai aktivitas masyarakat. Negara juga akan memberikan sanksi yang tegas dan membuat jera para pelaku.
Inilah solusi Islam dalam mencegah terjadinya aksi tawuran. Sehingga tercipta kehidupan yang aman dan tentram. Serta muncul generasi-generasi penerus bangsa yang berbudi pekerti, berakhlak baik, dan cerdas.
Post a Comment