Aktivitas yang berlangsung saat ini bisa dikatakan belum sepenuhnya normal. Akan tetapi tawuran di kalangan remaja masih saja terjadi. Di Bekasi tawuran remaja terjadi di wilayah Komplek TVRI-Poris, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, menyebabkan kebakaran. Kebakaran melanda sebuah kios bensin yang berada di kompleks TVRI, dekat dengan lokasi tawuran. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi, Aceng Solahudin, menjelaskan kebakaran pada kios bensin dan tabung gas sendiri berasal dari aksi tawuran remaja yang menggunakan petasan. “Ada dua kelompok remaja melakukan aksi tawuran yang menggunakan petasan. Percikan dari petasan itu sendiri menyambar kios bensin,” ucap Aceng kepada Pojokbekasicom, Sabtu 5 Maret 2022. Aksi tawuran itu terjadi menjelang subuh hari, ketika warga masyarakat sedang tertidur pulas. Selain menyambar kios bensin, kebakaran menyebabkan satu kendaraan bermotor milik warga juga hangus terbakar. Beruntung kejadian ini sendiri tidak menimbulkan korban jiwa, hanya saja kerugian material diperkirakan mencapai Rp. 100 juta rupiah.
Kejadian ini begitu memprihatinkan, ketika remaja yang seharusnya sibuk dengan aktivitas mencari ilmu untuk bekal hidupnya, malah sibuk dengan aktivitas tidak bermanfaat yang membahayakan hidupnya. Lalu apa sesungguhnya penyebab masih maraknya tawuran remaja?
Tawuran Remaja Tuntas dengan Islam
Penyebab masih maraknya aksi tawuran remaja adalah longgarnya kontrol keluarga, masyarakat, dan negara. Masa remaja yang krusial, yang ingin menunjukkan eksistensi diri, sedang sangat membutuhkan arahan dan bimbingan orang tua untuk menjadikan mereka generasi yang berkepribadian mulia. Untuk itu Islam mewajibkan seorang ibu sebagai ummu warobbatul bayt mengurus, mendidik, dan membina anak-anaknya. Anak-anak dibekali dengan keimanan yang kuat hingga terbentuk ketakwaan dalam dirinya. Sehingga ia tidak mudah terbawa arus sekularisasi dan liberalisasi yang membawanya pada perbuatan maksiat.
Faktor lingkungan pun sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian generasi. Karena lingkungan adalah tempat anak-anak tumbuh dan berkembang. Jika masyarakat hidup dalam lingkungan sekuler yang menjadikan agama bukan lagi pedoman hidup secara mutlak, maka anak-anak akan mencontoh dan menirunya. Islam tidak lagi menjadi standar dalam menilai perbuatan. Akibatnya, pergaulan remaja menjadi bebas nilai. Gaya hidup liberal dan hedonis pun menjadi standar gaya hidupnya. Maka tawuran, pacaran, berzina , hamil diluar nikah, hingga aborsi tidak asing lagi di kalangan remaja.
Untuk itu negara berkewajiban melindungi generasi dari paparan ideologi sekuler kapitalisme yang merusak kepribadian mereka. Dalam bidang pendidikan, negara wajib menyelenggarakan kurikulum berbasis akidah Islam. Fasilitas pendidikan dan kesejahteraan serta peningkatan kualitas para guru pun dijamin oleh negara. Sehingga akan terbentuk generasi yang tidak hanya berilmu tapi juga memiliki kepribadian Islam yang baik. Disamping itu amar ma’ruf nahi munkar pun ditumbuh suburkan dalam lingkungan bermasyarakat dan bernegara, sehingga tercipta suasana taat yang menghasilkan ketakwaaan.
Begitulah Islam menyelesaikan masalah tawuran yang tak kunjung usai. Islam sebagai agama sempurna dari yang Maha sempurna memerintahkan keluarga, lingkungan, dan negara menjalankan perannya sebagaimana mestinya agar para remaja khususnya tetap dalam kondisi taat dan takwa sehingga menjadi generasi terbaik penerus perjuangan ummat. Generasi terbaik hanya akan lahir dalam sistem yang baik pula yaitu sistem Islam. Maka sudah saatnya negara menerapkan sistem Islam yang akan melahirkan generasi terbaik yang bukan hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas emosional dan spiritual. Wallahu a’lam bishshawab.
Post a Comment