Institut Literasi dan Peradaban
Diberitakan, Presiden Joko Widodo bersama para menteri dan gubernur bermalam di calon Ibukota baru, Paser Panajam dengan membuat tenda kemping. Tepatnya lokasi Presiden dan ibu Iriana akan bermalam berupa area perkemahan yang berada sekitar 2,7 kilometer dari titik nol. Di area perkemahan juga terdapat tenda-tenda untuk para menteri dan rombongan yang turut bermalam.
Namun, ada yang satu acara yang mengusik hati rakyat yaitu ritual pengumpulan tanah dan air dari seluruh daerah Indonesia. Jokowi menyampaikan terima kasih kepada sejumlah kepada daerah yang hadir di IKN Nusantara. Jokowi mengatakan prosesi tanah dan air itu sebagai bentuk kebinekaan dan persatuan dalam membangun Nusantara. Beliau sekaligus menekankan pentingnya kerja sama dari semua pihak dalam membangun IKN Nusantara.
Namun ada enam gubernur absen di prosesi penyatuan tanah dan air di kawasan IKN Nusantara dengan alasan kesehatan,"Kondisi kesehatan yang kurang mendukung," kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono kepada wartawan, Senin (detik.com,14/3/2022).
Jelas prosesi penyatuan tanah dan air di IKN Nusantara memantik kontroversi di media sosial, bahkan ada yang menyebutnya sebagai acara klenik. Jejak digital Presiden Joko Widodo yang kerap mengeluhkan pejabatnya masih percaya tahayul sementara beliau tidak , semakin membuat masyarakat ragu. Seperti saat pembekalan kepada kader PKB di Muktamar PKB, Surabaya. Jokowi mengutip tulisan Mochtar Lubis soal enam ciri orang Indonesia, salah satunya adalah percaya akan takhayul (merdeka.com, 1/9/2014).
Kemudian saat menerima para direktur program televisi di Istana Merdeka, Jakarta. Beliau mengatakan,"Jangan sampai kita memandu publik menjadi konsumtif dan percaya akan tahayul. Seharusnya justru mengedukasi masyarakat dan memberikan pola pikir positif serta membangun," (antaranews.com, 21/8/2015). Mengapa justru mengawali pembangunan IKN dengan ritual sebagaimana ketika beliau meresmikan mobil SMK?
Anehnya, tidak ada yang menolak ritual tersebut, pun Gubernur Anis Baswedan yang digadang bakal menjadi pemimpin baru harapan rakyat Indonesia. Sebab dinilai sosoknya cerdas dan religius. Kantor Staf Presiden (KSP) Wandy Tuturoong, merespons anggapan ada ritual klenik tersebut dengan berbicara mengenai kegiatan simbolik dalam budaya. Yang penting dilandasi dengan niat baik. Kemudian, dia menganalogikan dengan proses wisuda yang menggunakan baju toga. Itu juga simbolik. Dan itu baik-baik saja. Jadi kita perlu punya dugaan baik dan menghilangkan prasangka buruk (detik.com,14/3/2022).
Sungguh miris, negara dengan penduduk mayoritas Muslim mengawali sesuatu justru dengan percaya tahayul, ritual klenik yang jelas-jelas itu adalah perbuatan syirik. Menduakan Allah SWT Sang Pemilik Alam semesta. Pantas saja persoalan di negeri ini tak kunjung selesai pun rakyatnya tak kunjung sejahtera. Sebab, mereka membuang akidah dan justru mengatur urusan rakyat dengan syahwat.
Sebagai pemimpin negara, seharusnya berada di garda terdepan melindungi akidah rakyatnya. Bukan membebek dengan budaya yang tak ada akarnya dalam agama. Allah SWT berfirman yang artinya,"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. as-Syu’ara’: 21).
Ibnul Qoyim mengatakan, Tidak ada jenis keharaman yang lebih parah di sisi Allah melebihi berbicara atas nama Allah tanpa ilmu, dan lebih berat dosanya dari pada tindakan ini. Karena ini adalah sumber segara kesyirikan dan kekufuran. Dan semua bentuk bid’ah dan kesesatan juga dibangun karena pelanggaran ini. Semua bid’ah yang menyesatkan dalam agama, asasnya adalah berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. (Madarij as-Saikin, 1/372)
Dalam hadis riwayat Bukhari dari Abdullah bin Mas'ud dikatakan, ''Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang manusia untuk mengambil hasil jual beli anjing, mahar hasil zina, dan bualan manis para dukun peramal nasib.''Suatu ketika, Rasulullah SAW ditanya soal dukun peramal nasib. Kata beliau, ''Mereka tidak ada gunanya.''''Ya Rasulullah, bukankah apa yang mereka katakan terkadang menjadi kenyataan?'' tanya beberapa sahabat lebih lanjut. Rasulullah SAW menjawab, ''Itu sebetulnya berasal dari kabar berita jin yang sudah bercampur dengan ratusan kebohongan. Setelah itu, ia membisiki para dukun peramal nasib.'' (HR Bukhari dari Aisyah).
Sangatlah jelas larangan As- Syar'i ( pembuat hukum, Allah SWT) tentang percaya tahayul berikut mempraktikkan ritual kleniknya, meski dengan menggabungkan dengan budaya setempat. Sebab artinya itu adalah menyandarkan nasib pada kekuatan lain selain Allah SWT. Bukankah secara akidah kita hanya dibolehkan percaya bahwa rezeki dari Allah dan Allah-lah satu-satunya pemberi rezeki.
Rasulullah bersabda,"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia (Allah) akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung, ia (burung) keluar di waktu pagi dalam keadaan perut kosong dan pulang pada waktu sore dalam keadaan kenyang.”
Rupanya penguasa kita belum kenyang dengan kezaliman yang mereka lakukan kepada rakyat, hingga tak cukup mengesahkan banyak kebijakan yang tidak pro rakyat hingga masih ditambah dengan kesyirikan. Hal ini karena kita ada dalam sebuah kesyirikan yang lebih besar lagi, yaitu sistem demokrasi yang diklaim menjamin kebebasan manusia berpendapat, berperilaku, memiliki dan beragama. Wajar! asas demokrasi adalah pemisahan agama dari kehidupan. Ketika kaum Muslim diperintahkan untuk memahami Islam sekaligus mempraktikkannya secara keseluruhan dalam kehidupannya, yang terjadi adalah sebaliknya jelas sekali kita tak akan menuju pada keberkahan hidup.
Demi Allah, ini hanya akan mengerucut pada bencana yang terus berkelanjutan di segala lini, hanya mengundang azab Allah yang lebih besar lagi. Apakah ini yang kita inginkan? Benarkah hidup di dunia hanyalah untuk mendapatkan kesulitan demi kesulitan? Bahkan tak ada kesejahteraan dan ketenangan sama sekali? Marilah kita renungkan, benarkah Allah hanya ingin memberikan kita kesengsaraan?
Kita memang salah urus, sehingga judulnya bagai anak ayam mati di lumbung sendiri. Kekayaan alam yang melimpah, banyaknya jumlah kaum Muslim nyatanya tak mampu membawa kaum Muslim kepada kejayaan. Tak ada bekas Khoiru Ummah, umat yang terbaik. Maka, solusinya hanyalah kembali kepada penerapan syariat dengan menegakkannya. Memberitahukan kepada seluruh kaum Muslim, fokus kita adalah menerapkan syariat mencabut sistem kufur buatan manusia ini. Membangun ketakwaan bukan kesyirikan. Wallahu a'lam bish shawab.
Post a Comment