Oleh: Erlita Nur Safitri
Alumnus Universitas Pancasila
Belakangan ini harga tempe, tahu dan
olahan kedelai lainnya mengalami kenaikan harga. Hal ini disebabkan tingginya
harga kedelai dan persediannya juga minim. Menurut Menteri Perdagangan Muhammad
Lutfi menjelaskan dua penyebab harga kedelai impor mahal di Indonesia, yakni
cuaca buruk El Nina di Argentina, Amerika Selatan, yang mengakibatkan harga
kedelai dari 12 dolar AS menjadi 18 dolar AS dan permintaan kedelai tinggi,
terutama dari Cina (kompas.com 19/2/2022).
Begitu juga Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul
Yasin Limpo angkat suara, pihaknya
kesulitan menggenjot produksi kedelai dalam negeri karena anggaran yang dipangkas imbas akibat
kebijakan refocusing akibat pandemi
Covid-19. Faktor lainnya yang membuat harga kedelai tinggi, karena petani dalam
negeri tidak terlalu tertarik untuk menanam kedelai akibat harga jual yang
murah. "Kenapa impornya lebih besar karena harga di luar jauh lebih murah,
sementara petani kita baru bisa untung kalau dibeli di atas Rp 6 ribu sampai Rp
7 ribu per kilo, barulah dia akan untung," katanya (suara.com 14/02/2022)
Ketua Umum Gabungan
Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syafiruddin pun menyampaikan jika kualitas produksi
kedelai lokal mampu memenuhi standar mutu tahu dan tempe maka akan dibeli
dengan harga Rp9.000- Rp9.500 per kilogram. Mutu yang dimaksud antara lain umur
panen yang sesuai, keseragaman warna, tidak tercampur kotoran, dan sebagainya
sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan di lab uji. Lalu pemerintah
membatasi impor kedelai GMO/Transgenik maksimum 2 juta ton. Karena kebutuhan 1
juta ton diharapkan nantinya dapat terpenuhi dari target produksi kedelai
lokal. Hal ini menurutnya dapat dilakukan secara bertahap sesuai kapasitas
produksi kedelai lokal (suara.com 28/02/2022).
Menurut Adh, 2021 ini
hingga semester I investasi industri makanan dan minuman meningkat 84%, dan ini
menunjukkan kebutuhan bahan baku semakin besar dan meningkat. Jika pemenuhan
bahan baku di hulu tidak sinkron dengan kebutuhan maka Indonesia akan semakin
tergantung dengan impor (cnbcindonesia.com 5/8/2022).
Fakta
di atas diketahui bahwa saat ini kita masih sangat tergantung pada impor.
Nyaris semua bahan pangan seperti jagung, kedelai, susu, gula hingga garam pun
semuanya serba impor. Di level internasional, Indonesia pun didapuk sebagai
peringkat ketiga negara terbesar pengimpor pangan. Namun, benarkah kedelai
mahal, dampak refocusing anggaran
Covid-19? Dalih refocusing anggaran
Covid-19 sebagai salah satu alasan mahalnya harga kedelai terdengar kurang bijak
terlontarkan. Betapa tidak, kedua masalah tersebut merupakan urusan yang wajib
pemerintah selesaikan, yakni menangani wabah dan menstabilkan harga. Bahkan
situasi pandemi masih saja dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan
mendapatkan keuntungan maksimal, seperti kasus korupsi bansos Covid-19 oleh
Mensos.
Dengan berbagai kisruh
bahan pangan ini membuktikan bahwa pemerintah tidak serius mengatur dan membuat
solusi atas permasalahan yang terjadi. Pemerintah telah gagal menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik, khususnya mewujudkan ketahanan dan
kedaulatan pangan. Penguatan sektor pangan, khususnya di tengah pandemi,
menjadi hal yang sangat krusial. Pemerintah semestinya menjadikan agenda ini
sebagai fokus utama. Bukan justru sibuk mengurus proyek IKN dan membangun
infrastruktur yang faedahnya tidak langsung dirasakan masyarakat, bahkan justru
menambah berat beban keuangan negara.
Berbeda jika adanya
penerapan sistem pemerintahan Islam. Sistem pemerintahan Islam dijalankan dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT. Dalam menjalankan roda pemerintahannya semua
berdasarkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di dalam Islam, seorang pemimpinnya
pun haruslah amanah dalam menjalankan kewajibannya dalam mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan. Semua dilakukan harus dilandasi keimanan kepada
Allah SWT, sehingga setiap perbuatannya akan kembali lagi ke jalan Allah SWT.
Islam telah menetapkan
seperangkat aturan yang menjamin negara mewujudkan ketahanan, bahkan kedaulatan
pangan. Sistem ekonomi Islam memiliki konsep yang khas tentang kepemilikan,
pengelolaan, dan distribusi kekayaan. Semuanya bertumpu pada prinsip keadilan
hakiki, yang memperhatikan ‘nasib’ orang per orang, yang berbeda dengan
kapitalisme neoliberal yang menuhankan prinsip kebebasan.
Dengan rusaknya sistem
sekuler demokrasi kapitalisme ini tampak dengan jelas bahwa Islam lah
satu-satunya solusi yang dapat menyelesaikan segala macam permasalahan. Sudah
saatnya kita menegakkan syariat Islam. Sebab ketika Islam diterapkan, Allah
akan melimpahkan keberkahan dari langit dan bumi.[]
Post a Comment