Oleh Wanti Ummu Nazba
Muslimah Peduli Umat
Tahu dan tempe sudah menjadi makanan pokok rakyat Indonesia saat ini, karena tahu tempe dipilih sebagai makanan alternatif pengganti protein hewani seperti daging sapi, daging ayam dll. Hidup di bawah sistem sekuler kapitalis saat ini memang dirasa sangat Sulit. Harga bahan makanan pokok dirasa setiap hari semakin melejit,mulai dari harga cabai, minyak goreng, bahkan sekarang kedelai pun ikut melejit, membuat rakyat jelata semakin terhimpit.
Dampak dari naik nya harga kedelai membuat para pengerajin tahu tempe kelimpungan, karena bahan pokok untuk membuat tahu tempe naik.
Ibu ibu rumah tangga pun di buat pusing tujuh keliling, karena kenaikan harga kedelai,yang imbasnya membuat harga tahu dan tempe menjadi naik akibat naik nya harga kedelai.
Dilansir dari Liputan6.com, Jakarta - Para perajin tempe dan tahu di Pulau Jawa akan melakukan aksi mogok produksi selama 3 hari yaitu 21 hingga 23 Februari 2022. Aksi mogok membuat tahu dan tempe ini sebagai bentuk proyek kenaikan harga kedelai yang tak terkendali.
Harga kedelai naik hingga Rp 11.300 per kilogram (kg). Sangat jauh di atas harga yang ditetapkan pemerintah di tahun lalu yaitu maksimal Rp 9.000 per kg. Bahkan, harga kedelai di luar Jawa lebih tinggi lagi yaitu mencapai Rp 12.500 per kg.
Tahun lalu sudah ada ketetapan dari pemerintah harga kedelai dijual Rp 7.000 sampai Rp 9.000 per kilogram, tetapi pergerakan harga terakhir Rp 11.300 per kg," kata Ketua Pusat Kopti DKI Jakarta, Sytarto saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (20/2/2022).
Sungguh ironis, tahu tempe yang kita konsumsi selama ini ternyata hasil impor kedelai dari luar negeri. Kementerian Pertanian mencatat sekitar 86,4% kebutuhan kedelai Indonesia berasal dari impor. Hingga 2020, dalam catatan BPS, terdapat impor kedelai sebesar 2,48 juta ton dengan nilai mencapai US$1 miliar. (katadata.co.id).
Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengungkapkan keran impor kedelai terbuka deras sejak 1998. Berdasarkan kesepakatan dalam Letter of Intent (LoI) antara Indonesia dengan IMF, peran Bulog sebagai pengelola persediaan kebutuhan pokok (termasuk kedelai) harus dilepaskan. Ini karena saat Indonesia meminta IMF membantu mengatasi masalah krisis ekonomi, IMF mengajukan syarat agar Indonesia membuka pasarnya.
Terbukanya keran impor dari luar negeri juga akibat produksi kedelai dalam negeri yang tidak mencukupi. Produksi kedelai nasional cenderung turun dari 907 ribu ton pada 2010 menjadi 424,2 ribu ton pada 2019.
Namun, bagaimana mungkin Indonesia sebagai negara agraris bisa kekurangan produksi kedelai dalam negeri? Rupanya, transformasi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian menjadi penyebab utama penurunan produksi kedelai tersebut. Menurut laporan Kementan, luas lahan panen yang terus menyusut dari 660,8 ribu ha (2010) menjadi 285,3 ribu ha (2019) adalah akibat tuntutan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu, karena lahannya berkurang, petani kedelai juga tidak mendapatkan subsidi pupuk dan bibit kedelai varietas unggul sehingga biaya produksi yang dikeluarkan cukup tinggi.
Yah begitulah kalau kita hidup di jaman sekarang, jaman dimana syariat Islam tak lagi digunakan dalam sistem pemerintahan.
Sangat berbeda dengan Islam.
Pada masa kekhalifahan, negara lah yang menjamin ketahanan pangan umat, termasuk selama pandemi dan setelah pandemi. Dalam Islam, negara adalah penanggung jawab utama yang mengatur kebutuhan pangan rakyatnya.
Rasulullah saw. menegaskan fungsi utama pemerintahan ini dalam sabdanya, “Imam (khalifah) raa’in (pengurus hajat hidup rakyat) dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR Muslim dan Ahmad)
Dengan menyadari kewajiban utama ini, negara tidak akan mudah membuka keran impor bahan pangan dari luar negeri. Kemandirian sektor pangan akan dilakukan dengan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian.
Selain itu, sistem ekonomi Islam yang terbukti mampu mensejahterakan rakyat dan mematikan terwujudnya segala kebutuhan Perkembangan tekhnologi dan kebutuhan pertanian.
Ya Allah,, kami rindu kembalinya sistem kehidupan islam yang terbukti mampu menjaga dan mensejahterakan rakyat. Wahai umat sadarlah, sudah saatnya kita hijrah kepada Islam kaffah agar hidup semakin berkah.
Wallahu'alam.
Post a Comment