Generasi Muda: Mau Dibawa ke Mana?


Oleh: May Sinta
Mahasiswi Universitas Indonesia

Generasi muda saat ini semakin meresahkan dan mengkhawatirkan. Hingga saat ini, sudah tidak terhitung lagi berapa banyak kasus yang melibatkan generasi muda terkhususnya para pelajar yang masih duduk di bangku sekolah. Mulai dari melanggar aturan sekolah seperti merokok dalam lingkungan sekolah, perundungan hingga masalah yang seolah tidak kunjung terselesaikan seperti tawuran antarpelajar. 

Baru-baru ini, sebanyak delapan siswa SMP yang berasal dari wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang diamankan oleh anggota Satlantas Polres Semarang karena hampir terlibat aksi tawuran dengan sesama siswa pelajar dari wilayah yang sama (Republika.co.id, 15/02/22). 

Di wilayah lain, tim Patroli Presisi Polres Metro Depok juga berhasil menangkap tujuh anak muda (ABG) yang diduga akan melakukan aksi tawuran. Para ABG tersebut ditangkap pada saat sedang mencari lawan tawuran di Jalan Cagar Alam, Kota Depok (detiknews.com, 27/02/22). 

Sesungguhnya kita dapat menduga sebenarnya masih banyak lagi kasus serupa, hanya saja tidak semua dilaporkan dan diberitakan. Sebenarnya apa tujuan dari sekolah atau pendidikan kalau bukan untuk membimbing dan mencetak generasi muda yang tidak hanya pintar tetapi juga berakhlakul kharimah? Sungguh sangat memprihatinkan kondisi pendidikan saat ini. Di saat seharusnya generasi muda mulai membangun karya untuk peradaban tetapi kita masih sibuk dengan masalah-masalah tersebut.

Tentu rasanya kita perlu mengetahui sebenarnya apa saja yang menjadi akar permasalahan dari bobroknya pendidikan kita. Kita tidak bisa menyalahkan hanya dari satu sisi saja seperti menyalahkan orang tua si anak yang bermasalah. Pasalnya, orang tuanya pun pasti tidak ingin anaknya terlibat oleh suatu permasalahan dan mereka juga sudah berusaha untuk mendidik anaknya semaksimal mungkin agar berakhlak baik. Namun, perlu diketahui bahwa permasalahan akhlak setiap individu generasi muda bukan hanya menjadi tanggung jawab orang tua saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara sistem pendidikan. 

Bahkan, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk mencetak generasi penerus peradaban dan agama. Tidak hanya dari aspek fasilitas, biaya serta infrastruktur saja yang menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga aspek penyelenggaraan dan kurikulum merupakan hal yang utama. Penyelenggaraan dan kurikulum pendidikan kita belum berhasil mencetak generasi yang pintar sekaligus berakhlak, sebab tidak ada peranan agama di dalamnya. 

Pemerintah kini hanya fokus mencetak generasi yang siap untuk bekerja (seperti jargon pemimpin negara kita “kerja, kerja, kerja”) dan bersaing secara ekonomi. Sementara itu, peninjauan terhadap akhlak setiap individu generasinya tidak terlalu diperhatikan dan tidak menjadi aspek utama dari sebuah pendidikan. Tolak ukur keberhasilan pendidikan pun hanya sebatas seberapa banyak generasi muda yang bekerja di perusahaan dan sukses secara ekonomi. Pemerintah seolah lupa bahwa misi utama pendidikan yaitu membentuk akhlak dan patuh kepada norma agama dan sosial. Jika sudah begini, generasi muda, mau dibawa ke mana?

Sistem pendidikan yang saat ini diterapkan merupakan sistem pendidikan sekuler berdiri atas landasan sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Perlu diketahui dalam sistem sekularisme, peranan agama dalam mendidik generasi muda disingkirkan sejauh mungkin. Pemerintahan yang menerapkan sekularisme menganggap agama merupakan penghalang kemajuan. Padahal sebaliknya, tidak adanya peranan agama, pendidikan malah menjadi bobrok. Sebut saja seperti kasus tawuran yang semakin banyak. Begitu pula dari sistem pendidikan sekuler, banyak pemuda yang pintar tetapi melakukan pelecehan, mabuk-mabukan, LGBT dan lain-lain. 

Sistem pendidikan sekularisme dan kapitalisme bukanlah sistem yang baik atau bahkan sistem yang buruk untuk diterapkan. Sudah saatnya, kita mengganti sistem pendidikan kita yang mampu mencetak generasi yang tidak hanya pintar tetapi juga berakhlak mulia dengan menerapkan sistem Islam. Umat Islam saat ini, tidak tahu bahwa Islam bukan hanya sebagai agama yang mengatur ibadah setiap individu, agama juga merupakan sebuah sistem yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Islam mengatur sistem ekonomi, sistem sosial, sistem politik termasuk sistem pendidikan. 

Penerapan sistem Islam merupakan solusi terbaik bagi seluruh permasalahan. Apabila kita mengacu pada sejarah, bangsa Arab yang dahulu sangat jahiliyah (menyembah berhala dan musyrik) berkembang menjadi bangsa yang maju karena diterapkannya sistem Islam. Nabi Muhammad SAW merupakan rasul sekaligus pemimpin negara Islam mampu membangun peradaban Islam yang agung hingga bertahan hingga 14 abad lamanya. 

Peradaban Islam mencetak generasinya sebagai generasi yang hebat, yang mampu menjadi ilmuan, ulama bahkan cendikiawan yang tidak hanya pintar perkara dunia namun juga berakhlak mulia. Bahkan sepeninggal rasul, risalah Islam tetap tersebar dan menerangi hingga 2/3 dunia karena generasi mudanya seperti Muhammad al-Fatih yang membebaskan Kota Konstatinopel pada usia sangat muda. Hanya saja kini peradaban tersebut telah runtuh dan umat Islam kembali kepada masa kelam lagi.

Dengan demikian, marilah kita berpegang teguh kepada agama Allah dan risalah rasul. Sebagaimana dalam firman-Nya surah adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. 

Menerapkan sistem Islam merupakan salah satu bagian dari ketaatan kita kepada Sang Maha Pencipta dan Pengatur kehidupan manusia yaitu Allah SWT. Menerapkan sistem Islam akan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam sistem pendidikan saat ini. Bahkan, dapat membentuk peradaban yang agung dan mencetak generasi terbaik yang berakidah Islam dan berakhlakul karimah seperti pada masa dulu ketika peradaban Islam berdiri. 

Oleh karenanya, marilah kita ubah, dengan peradaban Islam yang agung ini. Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka Mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS ar-Raad: 11).[]

Post a Comment

Previous Post Next Post