Daun Kelor Naik Daun


Oleh Tati Ristianti
Komunitas Ibu Peduli Generasi

Latahnya masyarakat saat ini, memang tak bisa dimungkiri. Faktanya, ketika ada kabar minum susu itu baik untuk menjaga imunitas di tengah pandemi, mereka berbondong-bondong memborong. Sampai keberadaan susu langka dipasaran. Semenjak saat itu, susu menjadi naik daun.

Selanjutnya ada yang berpendapat bahwa untuk mengatasi stunting, mengkonsumsi daun kelor adalah solusi tepat bagi masyarakat yang bergizi buruk. Sehingga, pohon kelor yang dulunya tumbuh liar, saat ini sudah mulai jarang ditemukan. Sebab, jika dulu daun kelor hanya diolah menjadi bahan pemanis sayuran, kini banyak dicari untuk dijadikan herbal. 

Naik daunnya pohon kelor disosialisasikan oleh HaloPuan. Anggota DPRD F-PDI Perjuangan Kabupaten Bandung, Yayat Sumirat bertekad akan melakukan penanaman pohon kelor di seluruh desa, dan membawa gagasan daun kelor sebagai solusi makanan tambahan mengatasi stunting dalam sebuah kebijakan.

Sosialisasi ini dihadiri sekitar 200 warga terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur, calon pengantin, dan kader-kader posyandu. Hadir juga Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Kabupaten Bandung, Mochamad Luthfi Hafiyyan, kepala desa Pakutandang, Suryaji, Camat Ciparay, Gugum Gumilar, pejabat Dinas Kesehatan kabupaten Bandung Iis Aisjah, dan kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bandung, Muhammad Hairun.

Yayat menyebutkan dalam gerakan melawan stunting, HaloPuan memang membawa solusi memanfaatkan daun kelor, tanaman yang sebenarnya banyak tumbuh di tanah air tetapi kerap diabaikan. Untuk itu, dirinya bertekad untuk menggerakkan penanaman pohon di wilayah ini. “Ini salah satu bentuk kepedulian Mbak Puan Maharani kepada kabupaten Bandung, khususnya masyarakat di Ciparay.” (beritasatu.com, 17/02/2022)

Sebelum adanya virus corona, stunting, gizi buruk, masih menjadi masalah yang belum kunjung selesai. Berbagai solusi telah dirumuskan, namun stunting tetap saja tinggi. Bahkan, diprediksi akan mengalami krisis pangan terparah. Apapun yang diihktiarkan untuk mencegah stunting, ibarat pepatah jauh panggang dari api, yang ada hanya sebatas harapan. Penyelesaian pun hanya sekadar pragmatis, belum menyentuh akar persoalan. Sebab, tidak cukup hanya dengan daun kelor, bagaimana dengan suara perut kelaparan yang tak mampu dibekap. Adakah yang mendengar!

Kenyataannya tidak ada. Sebab, kesenjangan sosial menjadi penghalang antara si miskin dan si kaya. Negeri yang menganut sistem ekonomi kapitalis ini, selalu tidak tepat dalam menempuh jalan solusi. Tidak mengetahui kondisi yang diderita si pasien, baik penyakitnya, maupun sebab-sebabnya.

Permasalahan stunting terjadi akibat tidak terpenuhinya gizi masyarakat dan solusinya tidak akan selesai hanya dengan mengkampanyekan daun kelor sebagai makanan tambahan untuk mencegah stunting. Semua permasalahan yang kian menerpa umat saat ini, dikarenakan tidak diterapkannya syariat Islam sebagai satu satunya sistem yang hak. 

Sejatinya, persoalan ekonomi, kemiskinan, dan masalah ini harus dipandang sebagai masalah sistemis. Tidak cukup dengan melakukan perbaikan yang hanya bersifat parsial semata. 

Permasalahan negeri ini hanya dapat teratasi dengan mengubah akar masalah yaitu mengganti sistem kapitalis dan menerapkan syariat Islam. Islamlah satu-satunya harapan untuk memberantas stunting. Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, termasuk anak-anak.

Kuatnya negara Islam karena kelima sistem pendukung, yaitu sistem pemerintahan, pergaulan, pendidikan, politik, dan ekonomi. Kelima sistem tersebut dijalankan secara terintegrasi antara satu sama lain saling berkaitan dan dijalankan sesuai syariat Islam. Dalam sistem kesehatan Islam, negara menyediakan seluruh pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat secara cuma-cuma sehingga mampu memberantas stunting dengan tuntas, bahkan mampu mencegah berbagai permasalahan lainnya.

Wallahua'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post