Berani Melawan Islamophobia


Oleh : Sri Nawangsih
Ibu Rumah Tangga

Banyak orang mulai menyadari bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari persoalan harga kebutuhan pokok makin mahal, angka kemiskinan yang meningkat ditengah pandemik Covid-19, banyak BUMN yang bangkrut, proyek infrastuktur mangkrak atau terancam mangkrak bahkan tak berguna, penguasaan lahan dan SDA yang makin brutal oleh segelintir pemilik modal, korupsi semakin menjadi-jadi hingga utang luar negeri makin menumpuk. 

Ditengah keterpurukan ini, pemerintah malah mengesahkan rencana pemindahan Ibu Kota baru ke Kalimatan dengan rencana biaya ratusan triliun rupiah dari APBN. Tentu Sebagian dari utang dan pajak rakyat. 

Anehnya, ditengah berbagai persoalan yang melanda negeri ini yang selalu dipersoalkan adalah Radikalisme.  Seolah persoalan utama bangsa ini adalah radikalisme. Sebagaimana diketahui, kali ini nyanyian isu radikalisme kembali dimainkan. Misalnya, BNPT baru-baru ini merilis pernyataan ratusan pesatren dituding radikal dan berencana melakukan pemetaan terhadap masjid-masjid. Sebelumnya, kemenag juga aktif berbicara tentang pentingnya moderasi beragama, yang tentu tidak jauh dari rencana melawan radialisme. Korban dari isu radikalisme ini adalah Islam dan kaum Muslim. Karena itu sudah seharusnya kaum Muslimin tidak terkecoh. 

Isu radikalisme tidak menggambarkan fakta yang sesungguhnya. Isu ini jelas lebih bernuasa politis. Tujuannya adalah memperkokoh rezim dan melemahkan sikap kritis umat islam. 
Dengan dalih mencegah radikalisme, berbagai pihak kemudian mengkampanyekan moderasi agama. 
Moderasi agama secara garis besar adalah paham keagamaan yang moderat. Moderat adalah paham agama yang sesuai dengan nilai-nilai barat yang notabene sekular(memisahkan agama dari kehidupa). Sebaliknya radikal adalah paham keagamaan yang dilekatkan kepada kelompok Islam yang anti barat dan menolak sekularisme. Tentu, kedua istilah ini bukanlah istilah ilmiah tapi memiliki tujuan politis tertentu.

 Sejak peledakan Gedung WTC 11 september 2001, AS telah memanfaatkan isu terorisme sebagai bagian dari skenario globalnya untuk melemahkan Islam dan kaum Muslim.

Isu radikalisme sesungguhnya isu global. Isu ini merupakan kelanjutan dari isu terorisme yang telah gagal dalam mencapai tujuan negara- negara Barat, khususnya AS, untuk melumpuhkan perlawanan umat Islam terhadap penjajahan Barat. Narasi perang melawan terorisme, radikalisme dan ekstremisme dengan target memerangi Islam dan umat Islam inilah yang juga terus - menerus dikampanyekan oleh para penguasa Muslim, termasuk di negeri ini.Mereka terus -  menerus mengkampanyekan narasi- narasi kebencian terhadap Islam ( Islsmophobia ) dan kaum muslim, mengadu domba sesama kelompok - kelompok Islam. Mereka memanfaatka ulama - ulama yang tertipu untuk menyerang ajaran Islam kaffah. Tujuannya agar umat Islam jauh dari ajaran Islam kaffah dan mengokohkan penjajahan negara- negara Barat atas Dunia Islam.

Lalu, bagaimana seharusnya sikap Umat Islam? Dalam QS at- Taubah (9) : 32) Allah SWT mengingatkan bahwa musuh Islam tidak pernah melewatkan satupun kesempatan untuk menyerang dan melemahkan umat Islam. 

Karena itu kaum Muslim tidak boleh menjadi lemah. Harus tetap kuat dalam melakukan perlawanan terhadap rezim anti Islam. Tentu tanpa harus melakukan aksi- aksi kekerasan.

WalLahu a'lam bi ash-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post