Akankah Konflik Ukraina dan Rusia Berakhir Perang Dunia III?


Oleh. Lina Ummu Dzakirah

The Bread Basket of Europe alias 'keranjang roti Eropa', julukan yang tertua dan bahkan julukan ini masih berlaku hingga saat ini. Ia adalah julukan bagi negara Ukraina. Sebab Ukraina merupakan negara yang agraris yang menjadi penghasil gandum, biji-bijian dan sebagainya. Bahkan bisa disebut dengan istilah lumbung padi yang dialamatkan pada negara-negara penghasil beras didunia. Namun, julukan itu tidaklah ada artinya semenjak munculnya konflik bersenjata di wilayah Ukraina. Bahkan konflik itu sangat membahayakan keselamatan rakyat serta berdampak bagi perdamaian di kawasan sekitar. 

Rusia melancarkan serangan udara, darat, dan laut ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Selama  Presiden Vladimir Putin telah menyangkal bahwa dia akan menyerang tetangganya.

Namun, dia membatalkan kesepakatan damai dan mengirim pasukan melitansi perbatasan di utara, timur, dan selatan Ukraina. Seketika hal tersebut menjadi perbincangan dunia. Warganet bertanya-tanya apa penyebab Rusia menginvasi Ukraina. Mereka juga mengkhawatirkan akan kemungkinan Perang Dunia ke-3 atau WW3. (Kompas.com 26/02/2022).

Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadi Sugiono, Rusia menyerang Ukraina karena Ukraina adalah benteng terakhir yang memberikan ruang kosong antara Rusia dengan NATO. Sementara itu, Amerika Serikat, China, dan negara Eropa telah memberikan sikapnya. Pun demikian, Presiden Jokowi juga sudah merespon.

Rusia resmi menyerang Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Aksi Rusia langsung menyasar kota besar Ukraina seperti Kyiv, Odessa, Kharkiv dan Mariupol. Sejumlah negara mengkritik keras tindakan Rusia tersebut, termasuk Indonesia. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menilai aksi Rusia meningkatkan eskalasi konflik senjata dan membahayakan keselamatan masyarakat serta berdampak bagi keamanan kawasan. Indonesia mendesak agar negara-negara terkait menghormati aturan hukum yang berlaku.

“[..] mengecam setiap tindakan yang nyata-nyata merupakan pelanggaran wilayah teritorial dan kedaulatan suatu negara,” kata Faiza dalam keterangan secara daring, Kamis (24/2/2022). Indonesia menegaskan kembali agar semua pihak mengedepankan perundingan dan diplomasi untuk menghentikan konflik dan mengutamakan penyelesaian damai. Apalagi, Indonesia berhubungan baik dengan Rusia maupun Ukraina. (Tirto.id, 26/02/2022)

Indonesia tak berhenti berupaya untuk meyakinkan kedua negara yang sedang berkonflik untuk mengambil jalan tengah yaitu perdamaian dengan jalan diplomasi. Indonesia menyebut perang ini akan menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia. Namun, mereka lebih memilih bersikap netral alias cari posisi aman. Seraya menegaskan agar semua pihak mengedepankan perundingan dan diplomasi untuk menghentikan konflik dan mengutamakan penyelesaian damai. Hal ini karena Indonesia dikenal berhubungan baik dengan Rusia maupun Ukraina.

Meski mengecam, Indonesia tidak berani mengambil langkah spesifik baik pemberian sanksi atau pun sikap lain terhadap Rusia. Pemerintah malah menyatakan akan melihat dinamika hubungan internasional akibat serangan Rusia ke Ukraina. Indonesia pun akan berupaya ikut membantu penyelesaian, meski tidak jelas seperti apa.
 
Menarik akar masalah Rusia dengan Ukraina

Dunia sedang mencari titik keseimbangan yang baru. Pada saat negara Rusia dan Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet, kedua negara ini merupakan negara terkuat dalam kesatuan Uni Soviet. Namun setelah negara Uni Soviet terpecah Amerika-NATO seolah tanpa tandingan dan semakin memperkuat diri dengan menambah anggotanya. 

Preaiden Vladimir Putin tampaknya berniat memutar kembali waktu lebih dari 30 tahun ketika Rusia mendominasi zona keamanan yang menyerupai kekuatan Moskow di masa Soviet. Dia ingin menarik Ukraina, negara berpenduduk 44 juta orang, kembali ke orbit Rusia. Hal terpenting dari keinginan itu adalah jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan NATO.

Motif nya Putin adalah menginginkan Ukraina tetap berada di wilayah Rusia. Ukraina bagaikan harga matinya Rusia. Jika Presiden Ukraina pro dengan Amerika serikat atau bergabung dengan NATO ini akan membahayakan Rusia. Posisi Rusia bisa menjadi perebutan kekuasaan oleh negara sekitarnya.

Jika diteliti kembali, tampak bahwa Ukraina sejatinya telah lama menjadi medan persaingan bagi negara-negara adidaya. Tidak hanya Rusia, di sana berkecimpung pula kepentingan Amerika melalui Uni Eropa, bahkan Cina sebagai sekutu politik dan ekonomi Rusia.

Dari sisi geostrategi, Ukraina memang memiliki wilayah terbesar kedua di Eropa setelah Rusia. Posisinya ada di Eropa Timur bagian tengah, bersisian dengan Laut Hitam dan Laut Avoz, serta beberapa negara Eropa Timur lainnya seperti Polandia, Slovakia, Hongaria, Belarus, Rumania, dan Moldova.

Sebagaimana sudah disebutkan, Ukraina bagi Rusia merupakan harga mati dan menjadi benteng atau garis merah, sekaligus teras depan yang bisa melindunginya dari ancaman Uni Eropa dan NATO (AS). Apalagi saat dalam pangkuan Soviet, Ukraina menjadi gudang penyimpanan nuklir terbesar setelah Rusia.

Sementara dari sisi ekonomi, kekayaan alam yang melimpah ruah di Ukraina, serta posisinya sebagai jalur pipa gas ke Eropa, menjadi catatan tersendiri mengapa Rusia begitu serius mempertahankan Ukraina pada orbitnya.

Itulah sebab Ukraina pun menjadi incaran para pesaing politik Rusia, terutama Amerika yang kini masih berposisi sebagai negara pertama dan menginginkan pengaruhnya kian kukuh di kawasan Eurasia. Apalagi sebelumnya Rusia diketahui berkolaborasi dengan Cina menggoyah kekuatan ekonomi Amerika. Rusia membuka wilayahnya untuk proyek jalur sutra dan menggunakan uang lokal dalam perdagangan di antara keduanya.

Amerika pun terus berusaha mencegah pengaruh Rusia dengan cara mendekati dan memanfaatkan Ukraina. Amerika terus menggelontorkan dana untuk membantu ekonomi dan militer, serta mendorong demokratisasi di Ukraina. Ketika Rusia pada KTT Amerika-Rusia (7/12/2021) menuntut banyak hal tentang Ukraina, seperti meminta Amerika mengakui garis merah yang dirumuskannya di Ukraina, akan tetapi Amerika tidak menggubrisnya.

Rusia pun seperti kehilangan akal sehatnya. Ia justru mengambil risiko besar dengan menyerang Ukraina. Sebuah keputusan yang diprediksi akan merugikan Rusia dan justru diinginkan Amerika. Selain akan menguras biaya dan energi, situasi ini akan mudah dimanfaatkan oleh Amerika melalui NATO untuk membawa kembali Uni Eropa ke dalam pangkuannya dengan dalih melawan agresi Rusia. Amerika juga bisa menekan Rusia untuk mengurangi hubungan baiknya dengan Cina yang kini sedang menjadi ancaman bagi ekonomi Amerika.

Tentu saja melihat dunia Muslim yang berkembang pesat, kaum Muslim perlu menyikapi yang pertama adalah bahwa perang antara Rusia atau perang dingin antara Rusia dengan Ukraina tidak lebih perang antar negara kapitalis melawan negara kapitalis. Perang antar negara imperialis melawan negara imperialis. Sehingga kaum muslimin tidak perlu khawatir dan harus tegas dalam bersikap. Kedua, tidak ikut-ikutan dalam dukung mendukung pro Rusia atau pro Amerika serikat karena kedua negara ini cukup genting dikawasan regional Rusia khususnya di Ukraina. 

Ketiga juga kaum muslimin harus memiliki kesadaran atau pemahaman kusus tentang pandangan politik internasional khususnya adalah hubungan internasional antar negara. Jangan sampai undang-undang internasional atau konstelasi politik yang berkembang ini ditafsirkan  secara keliru sehingga menghasilkan kesimpulan yang keliru. Misalkan saat Ukraina ditindas lalu masyarakat menginginkan agar Ukraina sebaiknya pro nato sajalah biar aman dari Rusia. Padahal ini keliru, justru akan masuk perangkap Amerika serikat jika nanti gabung nato. Secara empiris NATO terbukti melakukan penjajahan didunia Muslim. 

Keempat, agar kaum muslimin tidak terjebak kepada narasi yang disampaikan oleh media barat seakan-akan Ukraina ini adalah korban murni korban, lalu Amerika adalah pahlawan atau murni Rusia ini penjahat lalu Ukraina ini adalah pahlawan. Yang benar adalah bahwa dunia Muslim hari ini tidak boleh terlibat mensukseskan pesta politik yang dimainkan oleh barat dari pihak Eropa, baik dari pihak rusia, maupun dari pihak Amerika serikat. Kaum muslimin harus memiliki independensi dari sisi ideologi maupun dari sisi pilihan politik. 

Secara nas Al-Quran, keberadaan orang-orang kafir itu sebenarnya tidak benar-benar bersatu.  sebagaimana firman Allah SWT :
لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ
Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti. (TQS Al Hasyr : 14)
Wallahua'lam bishshawab.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post