Self-Destructive Bukan Solusi Ketika Overpressure


Oleh: Saffanah Nurul

Mahasiswi/Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

 

 

Hai sobat, pernah dengar enggak sih ada yang memilih untuk merusak diri sendiri ketika ditimpa masalah? Perbuatan ini dinamakan self-destructive. Self dectructive adalah perbuatan menyakiti diri sendiri secara sengaja baik secara fisik maupun emosional. Biasanya perilaku merusak ini dilakukan ketika tertekan, stres berlebih, dan enggak bisa menyelesaikan masalah dirinya. Kalau menurut pendapat sebagai Muslimah, apa iya self-destructive ini jadi solusi terbaik ketika overpressure? Sayangnya ini terjadi di kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO pada 2019, setiap 40 detik ada seseorang yang bunuh diri. Hasil penelitian dari therecoveryvillage.com pada lebih dari 40 negara, ada sekitar 17% orang yang mencoba self-destructive dalam hidupnya. Mirisnya, perilaku ini dimulai di usia yang sangat muda yakni 13 tahun. Mengapa perilaku mengerikan ini justru banyak dipilih di kala tenggelam dalam gelap? Bukankah tiap masalah bila kita cari ujungnya, pasti akan menemukan solusinya?

Ternyata tidak semudah itu. Hidup hari ini sangat menekan manusia dari berbagai sisi. Enggak heran sih, soalnya hidup di sistem kapitalisme sangat mengagungkan materi. Segala hal dipandang dari fisik dan harta. Apalagi kebahagiaan itu dinilai dari pencapaian-pencapaian angka. Contohnya bila ingin bahagia, maka harus cantik, punya banyak uang, pintar, dan jabatan. Tambahan lagi, biaya hidup mahal, segala dipajakin dan enggak bisa bertahan hidup.

Seperti hukum riba, kalau enggak mampu meraih materi, cepat atau lambat akan merasa tertinggal lalu merasa putus asa dan berujung depresi. Kemudian, masyarakatnya juga masyarakat individualis yang tidak peduli satu sama lain dan lingkungan sekitar. Malahan masyarakat justru menambah beban pikiran dengan hujatan dan tuntunan materi juga.

Ditambah lagi negara juga kurang serius menanggapi masalah mental dan malah dianggap remeh. Ini jadi masalah besar yang banyak dialami anak muda sekarang. Belum lagi, kita itu berada di kehidupan sekuler yang jauh dari tuntunan agama. Ini mengakibatkan lemahnya keimanan dan ketakwaan manusia kepada Allah.

Maka self-destructive dirasa menjadi solusi yang terbaik. Astagfirullah.  Sistem kapitalisme ini melahirkan manusia rentan terhadap tekanan. Self-destructive ini bukti bahwa kapitalisme ini sistem yang enggak memanusiakan manusia. Itulah dampaknya kalau negara tidak menggunakan aturan dari Allah.

Padahal, Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam hadir ke dunia bertujuan memberikan solusi atas seluruh permasalahan hidup, termasuk depresi yang dialami manusia. Allah memberitahu kita bahwa bunuh diri begitu dilaknat dalam Islam dan menyakiti diri sendiri adalah perbuatan zalim.  Standar kebahagiaan dalam Islam itu bukan dicapai dari materi melainkan dari ridha Allah. Segala hal yang terjadi dalam hidup itu berasal dari Allah. Segala ketetapan Allah yang terbaik buat manusia.

Oleh karena itu, kita harus pahami dengan benar petunjuk-petunjuk Allah melalui kajian-kajian Islam.  Kita harus belajar Islam itu untuk diyakini, dihayati, dan diamalkan. Sehingga membentuk ketakwaan individu yang bisa menguatkan keimanan. Kita juga harus yakin Allah akan menolong kita. Berbagai kesulitan yang kita alami, maka dipandang sebagai ujian hidup. Kita pun juga selalu mengingat kampung halaman di surga, jadi enggak gampang depresi dan self-destructive.

Allah juga mengingatkan manusia dalam firman-Nya,“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberi petunjuk ke dalam hatinya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu(QS at-Tagabun: 11).

Tidak hanya itu,  kita juga butuh peran dari keluarga, masyarakat, hingga negara dalam menuntaskan masalah ini. Keluarga yang support  dengan aqidah Islam sejak dini, sebab keluarga adalah pendidik pertama.  Sehingga, kita tumbuh menjadi anak yang kuat keimanan dan berkepribadian Islam. Selain itu, masyarakat juga enggak boleh individualis. Masyarakat  harus peduli menciptakan atmosfer keimanan dan saling melakukan amar makruf nahi mungkar.

Di samping itu, peran negara juga sangat penting dalam menuntaskan masalah ini, yakni meriayah rakyatnya dengan benar dan memastikan setiap individu rakyatnya sejahtera. Negara juga wajib membina masyarakat dengan akidah Islam melalui sistem pendidikan Islam. Negara juga mengatur media massa hingga tidak menyebarkan budaya hedonistik dan materialistik yang bersumber dari ideologi kapitalisme atau sosialisme.

Negara akan menerapkan hukum Islam secara total serta mencampakkan akidah dan sistem kehidupan yang materialis dan sekuler. Negara seperti ini hanya terwujud dalam Khilafah Islamiyah. Hanya Khilafah yang mampu mencetak generasi yang bertakwa, bermental kuat dan tangguh dalam menjalani kehidupan. []


Post a Comment

Previous Post Next Post