Say No To Valentine Day Because I Am A Muslim


Oleh Ummu Uwais
Pegiat Bina Remaja Muslimah

Reportase Kajian Remaja Muslimah Probolinggo,
Selasa (1/2/2022), Komunitas SWI (Smart With Islam) Probolinggo menyelenggarakan kopdar (kopi darat) di lantai 2 aula Pantai Duta, Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Dengan mengusung tema ”Say No To Valentine Day Because I Am A Muslim”, sejumlah 71 peserta yang berasal dari Paiton, Pakuniran, Binor, Gending, Kraksaan dan sekitarnya hadir dalam kegiatan ini. 

Tentunya dengan tetap berusaha menerapkan protokol kesehatan, di antaranya memakai masker dan menggunakan hand sanitizer. Selanjutnya acara dimulai dengan perkenalan antar sesama peserta yang dipandu oleh Ustadzah Fitri dan Ustadzah Eka. Setelah itu, untuk mencairkan suasana, peserta diajak untuk bermain game "naik turun" yang dipandu oleh Ustadzah Echa dan Ustadzah Diah. Peserta mengikuti games dengan penuh semangat dan antusias. Tak lupa pemenang game mendapat doorprise yang menarik dari    panitia penyelenggara. 

Kemudian acara dibuka oleh host, lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alqur’an oleh Fatin Azzahro dari desa Bucor Kulon dan  terjemahnya oleh Firda Noviana dari desa Jabung Sisir. Barulah kemudian Ustadzah Adibah menyampaikan materi terkait “Say No to Valentine Day”. 

Pada awalnya, pemateri menyampaikan sejarah kelam di balik perayaan Valentine yang selama ini telah disalahartikan oleh banyak orang terutama remaja. Sebenarnya, Valentine Day sendiri merupakan peringatan kematian dari seorang pendeta bernama Saint Valentine yang berasal dari Roma.
Valentine sendiri memiliki kisah cinta yang tragis dan meninggal dengan cara yang mengenaskan. Selain itu, Valentine Day merupakan ritual Kaum Pagan Roma yang berlangsung mulai tanggal 13 hingga 18 Februari.  Selain diisi dengan beberapa ritual, peringatan Valentine Day kala itu juga diisi dengan pemujaan kepada Dewa Lupercalia agar terlindungi dari gangguan srigala dan roh jahat. Karenanya jelas sekali bahwa Valentine sama sekali bukan budaya Islam. Bahkan perayaan Valentine di seluruh dunia identik dengan kegiatan pemuasan seksual, seperti festival ciuman bersama yang dihadiri 5.112 pasangan di Filipina. Hal serupa juga terjadi di Mexico dengan dihadiri 40.000 pasangan pada tahun 2009. 

Sayangnya, peringatan yang bukan tradisi Islam ini dibingkai seindah mungkin, agar banyak orang yang mau mengikuti tradisi ini terutama remaja muslim. Tentu dengan tujuan agar generasi muslim rusak dan jauh dari agamanya. Bahkan di Indonesia, perayaan Valentine identik dengan penjualan alat kontrasepsi, kampanye giat berpacaran, promo penginapan yang menargetkan pasangan pacaran, dan lainnya. Jadi sudah jelas sebagai muslim kita seharusnya tidak latah mengikuti tren yang jelas jauh dari agama Islam tersebut. Apalagi Rasulullah SAW bersabda:

“ Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”.[HR Abu Daud]

Di akhir materi, Ustadzah Adibah membagikan tips kepada peserta agar tidak ikut-ikutan tren yang bukan dari Islam. Yaitu dengan menghadiri majelis-majelis ilmu dan mencari tahu hukum sebuah perbuatan, sehingga bisa memahami ilmu tentang perbuatan tersebut, baru kemudian melakukannya.

Pemateri juga menambahkan bahwa budaya jahiliyah seperti ini tidak akan dapat diberantas melainkan dengan 3 hal, individu yang bertakwa, kontrol dari masyarakat, hingga peran serta negara untuk menjaga pergaulan rakyatnya terutama para remaja. Jangan sampai rakyatnya terutama remaja latah mengikuti perayaan Valentine Day, hingga akhirnya terjerumus pada zina.

Setelah pemaparan materi selesai semua peserta diberi kesempatan untuk rehat sejenak, menikmati snack yang dibagikan. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta sangat aktif bertanya terkait materi, ada  8 peserta yang mengajukan pertanyaan. Untuk menghargai keaktifan peserta, panitia juga memberikan hadiah kepada peserta yang  bertanya. Salah satu peserta bernama Sika dari desa Gending menanyakan tentang bagaimana caranya mengingatkan teman-teman yang ikut Valentine. Ustadzah Adibah menyarankan untuk memberi tahu teman tersebut dengan baik, atau dengan membagikan postingan dakwah terkait perayaan ini.

Sebelum acara berakhir kembali panitia mengajak peserta untuk aktif dalam permainan interaktif "benar salah". Permainan ini kembali dipandu oleh Ustadzah Echa dan Ustadzah Diah. Suasana pun menjadi sangat ramai karena peserta bersemangat dalam mengikuti arahan dari pemandu acara. 

Di sela-sela acara Putri Nuraini dari Maron menyampaikan rasa  terima kasih pada panitia yang telah mengadakan acara kajian say no to valentine ini. Karena peserta akhirnya bisa lebih mengetahui sejarah di balik Valentine Day yang sebenarnya. Ditambah acaranya  dikemas dengan interaktif membuat acara menjadi sangat menyenangkan. Akhirnya sekitar jam 11 acara ditutup dengan doa oleh Ustadzah Yanik. 

Tidak lupa sebelum peserta pulang, semua peserta dan panitia berfoto bersama sambil meneriakkan yel-yel acara “Remaja Muslimah? Itu Kita" dan "Ready smart with Islam? Yes Iam ready, Allahu Akbar."

Post a Comment

Previous Post Next Post