Sudah dua tahun lebih kita dihadapkan dengan Pandemi,dimana seluruh dunia terjangkiti virus yang bernama Covid 19 atau Corona virus yang bisa mengubah dunia menjadi hampa dan tak berkutik,
Berbagai aktivitas manusia total dihentikan.seperti sekolah,kerja,Bahkan ibadah harus dari rumah, sungguh "inilah fenomena yang terjadi sampai hari ini dengan berbagai macam kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanganinya.
Seperti yang kita tahu diawal kemunculan virus covid19 ini, pemerintah dinilai lambat dalam merespon dan menangani,terbukti sudah banyak nyawa manusia yang hilang akibat virus ini.
Namun berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah bahkan dunia untuk menghentikan penyebaran nya dengan di diluncurkan berbagai cara baik itu dari masa karantina wilayah, PSBB,PPKM dan hal lain yang menunjang untuk mencegah penularan termasuklah dengan vaksin.
Namun pada faktanya begitu besar dampak bagi masyarakat selama masa Pandemi ini, berbagai kericuhan dan ketidakadilan yang menyertai sepanjang tahun, ditambah lagi dengan munculnya varian baru Covid 19 yang kini malah mengganas tingkat penularannya.
Seperti yang dilansir dari TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Nasional Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengingatkan agar masyarakat menunda perjalanan ke luar negeri untuk mencegah penularan Covid-19 varian Omicron.
"Salah satu peran kunci masyarakat dalam mencegah meluasnya penularan Covid-19 adalah dengan menunda perjalanan ke luar negeri yang tidak mendesak," kata Wiku dalam konferensi pers daring di Jakarta, Kamis, 20 Januari 2022. Kalaupun terpaksa ke luar negeri, wajib menjalani karantina terpusat saat kembali ke Indonesia.
Wiku menjelaskan, memberi ruang bagi virus untuk menular sama dengan memberi kesempatan bagi virus untuk bermutasi menjadi varian baru. Sebab itu, memberi celah penularan sama saja menempatkan kelompok rentan dalam risiko yang lebih tinggi.
Dalam kepulangan jemaah umrah perdana pada 17 Januari 2022, Wiku mengatakan, sebanyak 20 persen jemaah positif Covid-19. "Terlepas apapun varian yang masuk ke Indonesia, pada prinsipnya penularan sekecil apapun harus segera dikendalikan supaya tidak meluas dan menimbulkan lonjakan kasus," katanya.
Dari wacana yang disampaikan beliau agaknya ini tidak serta Merta digubris oleh sebagian masyarakat.
Nyatanya masih banyak orang orang yang lalu lalang pulang pergi ke luar negri dengan dalih mereka taat prokes. Begitu juga yang terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia banyak yang tidak mengindahkan aturan untuk memakai masker,jaga jarak apalagi mencuci tangan.
Seperti adanya konser musik,pertunjukan barongsai di mall sampai antrian membeli minyak goreng yang mengundang kerumunan.
Dari sini sangat jelas bahwa konsep yang dibuat pemerintah tidak bisa terlepas dari sisi kapital yang hanya mementingkan materi dan manfaat semata.
Bisa dibayangkan sepanjang perjalanan Pandemi ini tidak bisa dielakkan bahwa banyak bisnis yang bangkrut dan banyak juga bisnis yang justru meroket tajam.
Ya bisnis vaksin seperti yang dilansir dari Liputan6.com, Jakarta Keuntungan dari suntikan vaksin Covid-19 menciptakan para orang terkaya atau miliarder baru. Setidaknya 9 orang menjadi miliarder baru di dunia.
Total kekayaan para miliarder ini menembus USD 19,3 miliar atau setara Rp 278 triliun.
Tidak hanya membuat geleng kepala ditengah sibuknya soal Covid yang belum usai, pemerintah malah sibuk pindah ibu kota baru di Kalimantan, tak habis pikir bahwa kapitalisme sedang menjarah negri ini dengan gesit.tentu tak terlepas dari tekanan dari luar yang sibuk juga agar mereka terus bisa eksis dalam roda ekonomi.
Lantas bagaimana nasib rakyat?
Terabaikan! "rakyatlah yang menjadi tumbal dari semrawutnya sistem kapitalis sekuler. Sistem yang tidak mengutamakan kepentingan dan keselamatan rakyatnya.bahkan rakyat terus digenjot dengan berbagai kondisi dan kebijakan ngawurnya,sungguh sistem ini hanya akan mengantarkan pada kesusahan dan ketidakadilan.
Jelas ini sangat berbeda sekali dengan aturan dari konsep Islam, dimana selalu yang menjadi skala prioritas adalah rakyat atau umat,bukan pribadi.
Dalam hal kesehariannya saja umat diperhatikan apalagi saat terjadi musibah, seperti yang dahulu pernah terjadi Pada zaman Rasulullah SAW, pernah terjadi wabah penyakit kusta atau lepra. Mereka yang mengidap penyakit ini kulitnya akan mengkerut dan berubah bentuk akibat bakteri yang menggerogoti bagian tubuh. Penularan penyakit terjadi melalui cairan yang keluar dari hidung si penderita.
Mengenai wabah penyakit ini diriwayatkan dalam sebuah hadits, “Dari Anas Ibn Malik bahwa Nabi SAW pernah berdoa dengan: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari penyakit buruk lainnya.” (HR. Abu Dawud)
Dalam mengindari wabah kusta yang terjadi, Rasulullah memberikan solusi untuk menghindari wilayah yang terkena wabah dan tetap berada di wilayah tempat kita tinggal. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”
Sehingga wabah tidak terus meluas dan menimbulkan banyak korban.
Kendati demikian hak hak rakyat seperti kebutuhan pokok dijamin, kesehatan dan pemulihan bagi rakyat yang terkena akan dipantau dan diatur dengan baik. Sehingga rakyat berada dalam kondisi aman dan terjamin.
Begitulah jika sistem Islam ada ditengah umat keberadaannya akan selalu dinantikan oleh manusia yang sadar akan fitrahnya yang lemah dan terbatas, dibutuhkan sosok pelindung dan pengayom untuk mengatur segala bentuk kehidupan yang fana ini, dan ini akan didapati hanya dengan sistem Islam. Sistem yang langsung diturunkan oleh Allah SWT untuk kemaslahatan umat di dunia.
Wallahu a' lam biassawwab
Post a Comment