Kapitalis Picu Pandemi Berulang



Oleh: Dewi Rohmah 

(Aktivis Muslimah)


Tidak terasa sudah tiga tahun Covid-19 hidup dan bermutasi ditengah-tengah kita, mulai dari varian Covid-19, Covid-19 Delta, hingga saat ini yang terbaru yaitu Covid-19 varian Omicron. Varian baru virus Corona, yakni Omicron sudah terdeteksi di beberapa negara sejak pertama kali ditemukan di Benua Afrika. Varian ini disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam menularkan virus.


World Healt Organitation (WHO) menyatakan varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari negara Afrika Selatan pada 24 November 2021. Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta (covid19.go.id / 01 Desember 2021).


Hingga akhirnya varian Omicron ini masuk ke negara Indonesia. Kementrian kesehatan RI sendiri juga telah melakukan pelacakan terhadap asal muasal masuknya virus ini, dan mereka menyatakan bahwa varian ini pertama kali terdeteksi di Indonesia diduga berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada tanggal 27 November 2021.


Adapun gejala yang diakibatkan varian ini tergolong lebih ringan dibandingan dengan varian Delta, sehingga varian Omicron ini cenderung disepelehkan oleh masyarakat, akibatnya infeksi akibat varian Omicron pun semakin bertambah. Kementrian republik Indonesia melaporkan hingga 05 November 2022 kasus yang terkonfirmasi akibat Omicron ini mencapai 4.415, dan sudah terdapat 588 pasien yang meninggal dunia dari tanggal 21 januari hingga 4 februari.


Dengan bertambahnya jumlah kasus serta tingginya angka kematian setiap tahunnya akibat Covid-19 ini membuat dunia kesehatan kewalahan. Tidak hanya itu masyarakat pun semakin kesulitan apabila mencari rumah sakit yang masih memiliki tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) akibat tingginya angka Covid-19 varian Omicron ini.


Tenaga ahli utama kantor staf presiden Abraham Wirotomo menuturkan bahwa keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di sejumlah rumah sakit di Jakarta mencapai 45 persen. “KSP sudah mulai menerima laporan warga yang kesulitan mencari rumah sakit” (Bisnis.com / 28 Januari 2022).


Saat lonjakan kasus Covid yang semakin tinggi dan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit semakin sedikit maka seharusnya sudah ada strategi penanganan yang efektif, mengingat semakin hari data kasus semakin bertambah. Akan tetapi sejauh ini jika ditelisik kembali nyatanya pemerintah hanya melakukan penanganan dari permukaan saja tanpa mengarah ke dalam serta tidak melakukan penanganan secara merata dan tuntas. Bahkan sejauh ini banyak sekali protokol kesehatan yang telah justru dilanggar oleh aparatur negara, seperti berkerumun, mengadakan ivent bagi-bagi kaos, pembukaan tempat-tempat besar seperti mall dan tempat wisata saat tahun baru, dan masih banyak lagi, padahal seharusnya protokol kesehatan masih harus tetap dijalankan. Mereka yang memerintahkan masyarakat mereka juga yang melanggar.


Miris memang, apalagi kita hidup diera kapitalis ini dimana segala keputusan serta strategi penanganan Covid akan diambil hanya berasaskan manfaat khususnya terkait perekonomian. Semua yang dilakukan untuk mengatasi Covid selama hampir tiga tahun terakhir ini tidak memuaskan, yang ada justru semakin menyengsarakan, seperti kebijakan PPKM yang berjilid-jilid hingga menyebabkan perekonomian di tengah masyarakat terpuruk. Pemerintah sendiri tidak mengambil alih dalam menghidupi rakyatnya, alhasil masyarakat bagaikan anak yang ditinggalkan orang tuanya tanpa diberi bekal apapun.


Berbeda dengan sistem Islam dimana dalam menyusun strategi ataupun dalam mengambil keputusan serta kebijakan fokus utama yang dituju adalah masyarakat, seperti penanganan kesehatan yang mengutamakan perkembangan ilmu pengetahuan dan nyawa manusia, bukan fokus pada keuntungan ekonomi bahkan keuntungan pribadi. Pun dalam kebijakan, apabila mengharuskan masyarakatnya tidak beraktifitas diluar rumah maka negara akan menanggung segala kebutuhan rakyatnya. Oleh karena itu sistem kehidupan Islamlah yang merupakan solusi tepat dalam penanganan pandemi, tidak hanya itu saja Islam juga mengatur dan mengurusi segala problematika kehidupan mulai dari tata cara  bersin hingga tata kelola pemerintah, mulai bangun tidur hingga bangun negara, itulah sitem Islam. Wallahua’lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post