Jangan Ada Islam Fobia di Antara Kita!


Oleh Ummu Zhafran
Pegiat Literasi

Pasca pesantren, kini masjid. Bila yang pertama dituding terkait terorisme, yang terakhir digadang-gadang bakal dipetakan demi mencegah terorisme dan radikalisasi. Ada apa dengan Ibu Pertiwi? Mengapa seolah tiada lagi keakraban antar penduduk negeri? Terlebih pihak yang menuding  dan dituding itu sesama muslim sendiri. Rasanya perih di hati.

Belum lama ini, lembaga resmi yang menanggulangi terorisme merilis data survei. Tak main-main, mereka mengklaim 198 pesantren yang tersebar di penjuru negeri terafiliasi terorisme. Menanggapi hal tersebut, pihak Kementerian Agama berencana akan melakukan koordinasi dengan BNPT agar data dapat diverifikasi. Sebab, menurut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Waryono Abdul Ghafur hendaknya tidak melakukan generalisasi. Masih ada ribuan pesantren terbaik yang bisa menjadi pilihan orang tua muslim di negeri ini. (detik.com, 3/2/2022)

Meski belakangan telah dirilis permintaan maaf dari pihak BNPT bahwa tidak ada maksud generalisasi, namun kesan Islam fobia sudah terlanjur menjejak. Setidaknya hal itu menurut Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Anwar Abbas. (cnnindonesia, 4/2/2022)

Terlepas dari data hasil survei tersebut, tak bisa dipungkiri semakin lama semakin masif saja stigma buruk yang dilekatkan pada simbol-simbol Islam. Mulai dari label radikal hingga terorisme. Begitu gencar hal ini terjadi hingga sengkarut problem negeri yang membelit seperti korupsi, pandemi, nepotisme, dan utang yang menumpuk seolah bukan hal urgen untuk diselesaikan. Akibatnya, keresahan di tengah umat yang notabene juga anak bangsa pun merebak. Bila dibiarkan bukan mustahil sesama warga negara bisa menaruh saling curiga, mengintai, bahkan melaporkan  satu sama lainnya demi upaya yang konon guna membasmi radikalisme  perongrong keutuhan negara. 

Benarkah ini yang diinginkan terjadi di tengah rakyat? Tak hanya hilangnya keakraban antar warga, tapi juga munculnya rasa takut terhadap Islam. Bahkan tidak sedikit di antara umat Islam  diterpa fobia terhadap agamanya sendiri. Lambat laun muslim bisa jadi asing dengan syariatnya, menganggap kebenaran itu relatif sehingga semua agama benar dan akhirnya menjelma jadi muslim moderat sesuai keinginan Barat. (Rand Corporation, Building Moderate Moslem Networks, 2006)

Penting untuk dipahami bahwa Nabi Muhammad saw. diutus Allah Swt. untuk seluruh manusia. Tegasnya, untuk kebaikan segenap makhluk yang dimuliakan oleh-Nya. 
Firman Allah Swt.,
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”(QS Saba:28)

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. mengutus Muhammad saw. kepada bangsa Arab dan non-Arab, yaitu segenap umat manusia.  Maka  yang paling mulia di antara mereka adalah yang bertakwa kepada Allah Swt. Dengan menaati segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. (Tafsir Imam Ibnu Katsir)

Lalu bagaimana mungkin agama yang diperuntukkan bagi kebaikan manusia diklaim ingin merusak manusia itu sendiri? Apalagi mengajarkan terorisme? Mustahil!
Di sisi lain, kaum muslimin juga sejatinya adalah umat terbaik, khairu ummah. Terlebih sepanjang sejarah peradaban manusia, umat Islam terbukti menjadi pionir. Selama belasan abad pula umat Islam berhasil memimpin dunia yang diliputi kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki dengan menerapkan aturan Sang Khalik, Allah Swt. secara totalitas.

Tetapi mengapa dulu dan kini  kondisi umat terlihat sangat  bertolak belakang? Jujur saja, terdapat satu hal yang membedakan yaitu wujudnya penerapan Islam kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Sekularisme yang berlaku saat ini di hampir seluruh negeri-negeri muslim, tak hanya di Indonesia, sukses meminggirkan ajaran Rasulullah saw. dari hidup sehari-hari. Harus diakui, paham yang berasal dari Barat  yang memisahkan agama dari kehidupan ini pula yang memberi tempat bagi Islam fobia. Sebab ketakutan atas Islam sesungguhnya adalah ketakutan  Barat akan kebangkitan Islam ideologi. Takut Islam akan kembali tegak memimpin dunia sebagaimana supremasi Khilafah Utsmaniyah selama Abad Pertengahan, kala Eropa justru berada di era kegelapan dan keterbelakangan.

Dari paparan di atas menjadi tak layak kiranya bagi umat Islam untuk tergiring propaganda Islam fobia. Perlu diingat, syariat Islam bertujuan membawa rahmat ke seluruh alam. Bila tegak secara kafah niscaya berkah bagi semua umat manusia, muslim maupun nonmuslim. Karena diturunkan dari Zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-A'raf ayat 96, 

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Tak perlu jauh mencari bukti betapa sayangnya Allah pada manusia, bahkan tiap helaan nafas kita pun tak lain wujud sayangnya Allah pada kita. Tentu Anda setuju, kan? 

Wallaahu a’lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post