Oleh: Luwy Sartika
Semakin maraknya berbagai bentuk penistaan pada kaum muslimin, terutama terhadap para muslimahnya, seakan menjadi pemandangan normal yang beritanya silih berganti setiap hari. Namun, berita tersebut hanya menjadi angin lalu penghias media harian yang dianggap hanya asumsi buatan untuk sekadar dibaca tanpa ada tindakan nyata untuk menghentikannya. Bahkan tercatat oleh PBB sekitar 22 juta orang mengalami bencana kelaparan akut di Afghanistan. Jumlah yang sangat fantastis lebih dari setengah populasi Afghanistan. Pembekuan miliaran dolar aset Afghanistan oleh Amerika Serikat dan penghentian bantuan dana oleh lembaga keuangan internasional telah menyebabkan hampir runtuhnya sistem perekonomian Afghanistan. Bahkan puluhan perempuan afghanistan pun menggelar demonstrasi menuntut pemenuhan hak-hak mereka di bidang pekerjaan dan juga pendidikan kepada Pemerintah Taliban. Praktik islam yang tidak utuh yang dijalankan oleh rezim baru justru menjadi celah menekan Afghanistan agar lepas dari keterikatan islam. Semestinya perempuan afghanistan tidak terprovokasi opini barat dan justru menuntut pemberlakuan islam secara kaffah karena kesulitan hidup mereka akan terurai dengan tegaknya islam.
Opini barat terkait dengan kesamaan derajat antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang secara kasat mata memang dianggap sebagai suatu solusi yang mampu mengangkat posisi perempuan menjadi lebih baik. Namun, nyatanya hal ini bukanlah yang terjadi, bila ditelaah secara mendalam maka opini kesetaraan derajat antara laki-laki dan perempuan yang digaungkan oleh kaum barat tidak merubah sama sekali posisi perempuan yang hanya dijadikan sebagai objek eksploitasi semata. Jika dahulu kaum perempuan dieksploitasi secara memaksa maka sekarang perempuan dieksploitasi secara sukarela atas kehendaknya. Perempuan tetaplah berada pada posisi yang tidak menguntungkan.
Remaja perempuan di Afghanistan dilarang bersekolah dan bekerja. Taliban telah menutup sekolah dasar untuk perempuan dan melarang perempuan kuliah di banyak provinsi. Para janda dan kaum fakir sudah tidak lagi menerima bantuan sumbangan dana sejak Taliban mengambil alih kepemimpinan. Hal-hal ini adalah beberapa krisis yang tengah melanda Afghanistan (sumber.merdeka.com).
Muslimah afghanistan semestinya menuntut penerapan islam secara sempurna sebab satu-satunya solusi terhadap diskriminasi yang dialami muslimah afghanistan hanya akan selesai dengan syariat islam, bukan dengan menuntut hak-hak saja pada pemerintah. Derajat seorang muslimah sangat diagugkan di dalam syariat islam. Islam menyatakan bahwa perempuan adalah madrasah pertama yang akan mencetak generasi penerus umat. Maka dari itu perempuan harus dibekali dengan berbagai macam pengetahuan ilmu sebagai bekalnya jika nanti sudah menjadi ibu maupun untuk menjaga kehormatan dan martabatnya.
Post a Comment