(Pegiat Literasi)
Potret buruk menimpa kaum perempuan di negeri ini. Logika basi selalu diusung pegiat ekonomi kapitalis dengan mantra memberdayakan perempuan dalam kesejahteraan.
Tak elak, berbagai program khusus perempuan digaungkan rezim. Perempuan digadang memiliki potensi untuk mendongkrak kekuatan ekonomi umat. Dituntut memperbaiki kondisi diri, mensejahteraan anggota keluarga bahkan kemajuan suatu bangsa.
Baru-baru ini Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kota Tangerang menggelar Sosialisasi dan Pendampingan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Usaha Melalui Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ( UMKM ). Kegiatan hasil kerja sama PC Fatayat NU Kota Tangerang dengan Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia yang digelar di Hotel Pakons ini bertujuan ikut berpartisipasinya Fatayat NU kota Tangerang guna memberdayakan ekonomi kaum perempuan di Tangerang. Sindonews.com. 30/11/2021.
Perempuan Dalam Pusaran Kapitalis.
Fakta berbicara lain, saat diterapkannya aturan sekuler yang didominasi materialisme, maka nilai-nilai Islam dalam diri perempuan tergerus tipis secara masif. Karut marut sistem ekonomi kapitalis terbukti jelas menganga. Alih-alih mengurai masalah ekonomi, justru sebaliknya. Benang kusut eksploitasi perempuan makin menjadi-jadi. Kemiskinan semakin mengerikan. Perempuan didorong bekerja meninggalkan peran utamanya. Membuat tak sedikit yang stres. Hilang naluri keibuan hanya demi menutupi kebutuhan.
Sejatinya, memprioritaskan kaum hawa dalam peningkatan SDM dan UMKM dalam sistem demokrasi-liberalisme bisa dipastikan utopis belaka. Perempuan akan jatuh dalam pusaran keserakahan. Mereka mengejar kekayaan dengan mengesampingkan moral, prinsip apalagi hukum islam. Tergelincir ke jurang kehinaan. Sungguh memilukan.
Islam Menjaga Perempuan
Hukum asal seorang perempuan adalah sebagai ibu dan rabbatul bayt. Perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga. Islam juga tidak menghalangi perempuan terlibat dalam aktifitas publik ditengah masyarakat selama tidak melanggar syariat. Patut disadari pula apa, bagaimana, dan dimana peran mendasar seorang perempuan muslimah.
Sejatinya, tugas mulianya adalah melahirkan generasi terbaik yang berkualitas prima, kuat dan tangguh. Sebagaimana seorang ibu ideal bernama Al-Khansa. Ibu para suhada itu mampu mengantarkan keempat anak lelakinya syahid di medan pertempuran Qadisiyah. Begitu pula ibunda Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel. Menjadi pemimpin di usia belia, 23 tahun.
Bukti Sejarah
Islam dengan tegas menjaga kehormatan perempuan. Diantaranya, keharusan meminta izin ketika memasuki kehidupan khusus orang lain. Memerintahkan mahramnya untuk menemani ketika bepergian jauh. Sungguh aturan yang memuliakan perempuan, karena terikat dengan aturan Sang Pemilik Kehidupan.
Negara islam wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi laki-laki agar dapat memberi nafkah halal untuk keluarga. Perempuan tidak dipaksa atau terpaksa bekerja sehingga kehormatanpun terjaga.
Jika kita pahami, penjagaan kehormatan perempuan banyak dibuktikan dalam sejarah. Pada zaman Nabi saw, ada muslimah berbelanja dipasar Qainuqa. Seorang Yahudi mengikat ujung pakaiannya sehingga auratnya tersingkap diiringi tertawaan orang-orang Yahudi tersebut. Muslimah itupun berteriak minta tolong. Saat sahabat mendengar teriakannya, ia menolong dengan membunuh yahudi itu. Namun kemudian, orang-orang Yahudi mengeroyok dan membunuhnya. Sampailah berita itu kepada Nabi saw. beliau mengepung yahudi selama 15 hari, hingga Bani Qainuqa menyerah ketakutan. Begitu juga pada masa kekhalifahan Mu'tashim Billah. Karena jeritan seorang wanita yang dilecehkan dan terdengan khalifah. Kemudian khalifah mengirim surat, membuat singgasana Amura bergetar, akhirnya ditaklukan oleh tentara muslim.
Saatnya para perempuan tidak tergiur oleh propaganda kapitalis, apalagi terkurung dilingkaran materialisme rendahan. Selayaknya menyadari betapa besar tanggungjawab masa depan Islam dan kaum muslimin. Sanggup membina diri dan masyarakat lewat pemikiran islam. Membentuk pola sikap dengan aturan Islam. Memperjuang syariat Islam kaffah agar siap menjadi pendidik dan pencetak generasi mumpuni dalam naungan Ridho Ilahi. Wallahu'alam bissawab.
Post a Comment