Oleh: Helmy Agnya
Belum usai pandemi membuat ekonomi rakyat babak belur. Kini ditambah lagi dengan lonjakan harga pangan. Kenaikan harga bahan pokok diakhir tahun ini sebagaimana dilansir dari Liputan6.com, 29/12/2021. Harga cabai dan telur bakal terus naik hingga akhir Januari 2022. Jelang Natal, harga cabai rawit merah alami kenaikan hingga menembus Rp 100 ribu per kilo.
Seperti dilansir juga di Liputan6.com harga minyak goreng, cabai hingga telur terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun. Ketiga komoditas bahan pokok ini diperkirakan akan terus merangkak naik hingga Januari 2022 mendatang. Namun, masyarakat diminta untuk tidak terlalu khawatir karena harga-harga pangan tersebut akan kembali turun pada kuartal I-2022.
Sampai-sampai Peneliti Core Indonesia, Dwi Andreas juga mengatakan saat ini harga-harga komoditas tersebut telah melewati batas harga psikologis. Harga cabai di tingkat konsumen telah tembus Rp 100.000 per kilogram. Harga minyak goreng curah sudah lebih dari Rp 18.000 per kilogram dan harga telur yang mencapai Rp 30.000 per kilogram.
Lonjakan harga pangan tersebut terjadi setiap akhir dan awal tahun. Sudah menjadi bingkisan "kado pahit" yang akan diterima oleh rakyat. Sayangnya, hal ini tidak menjadi perhatian khusus dari pemerintah guna mengantisipasi lonjakan harga. Justru yang terjadi, rakyat diminta tetap tenang agar tidak mengkhawatirkannya, tampak sekali penguasa memang minim empati.
Dimana peran Negara ? Seakan tiba-tiba menghilang tak tau rimbanya. Disaat rakyat sedang tercekik penguasa negeri menghilang. Janji-janji yang pernah diberi tak pernah direalisasi. Kalaupun ada yang terealisasi hanya sebagian itu pun demi mempertahankan eksistensi. Ini membuktikan gagalnya negara kapitalis tidak mampu mensejahterahkan. Begitulah watak dari pemimpin kapitalisme. Bukan kesejahteraan yang akan didapati, melainkan kesempitan hidup yang dirasakan oleh rakyat hari ini.
Seyogianya, penguasa merasakan bagaimana pahitnya kehidupan rakyatnya dikala naiknya harga pangan. Serta keadaan masih dalam status pandemi, penguasa harusnya mencarikan solusi dan mengatasi permasalahan ini dengan baik, agar rakyat terpenuhi kebutuhannya baik sandang, pangan, dan papannya.
Ibarat jauh panggang dari api, bukannya memberi solusi malah sibuk membuat janji politik lagi. Wajah buruk dari sistem kapitalis adalah melempar janji lalu mereka mengingkari, nihil dalam merealisasi. Sebab, yang mereka cari adalah materi. Ketika berkuasa bukan mementingkan urusan rakyat namun bagaimana mereka bisa mempertahankan kekuasaan tersebut untuk meraup keuntungan demi kepentingan pribadi.
Berbeda ketika amanah kekuasaan itu dalam Islam, yakni dalam bingkai Khilafah. Sebab, fungsi kekuasaan dalam Islam adalah mengurusi urusan umat, baik sandang, pangan, dan papannya akan dipenuhi oleh negara.
Apabila rakyat berada pada masa sulit. Pemimpin hadir untuk memberikan solusi. Pemimpin dalam Islam tidak akan tenang ketika kebutuhan rakyatnya belum terpenuhi, bahkan ikut merasakan kelaparan yang sama sembari mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan dalam negeri.
Dan itu pernah dicontohkan ketika kepemimpinan sayyidina Umar bin khattab. Saat menjabat sebagai khalifah Umar bin Khattab pernah menghadapi cobaan cukup berat. Saat itu, umat Islam dilanda paceklik karena masuk dalam tahun Abu. Ditahun itu, semua makanan sulit didapat. Hasil pertanian sebagian besar tidak dapat dikonsumsi, sehingga menyebabkan umat Islam menderita kelaparan. Beliau yang pertama kali merasa derita dibanding rakyatnya, memilih untuk tidak bergaya hidup mewah, makanan ia seadanya dan bahkan kadarnya sama dengan rakyatnya yang miskin bahkan lebih rendah lagi. Sehingga seorang pemimpin tidak akan membiarkan rakyatnya mati dalam kelaparan sementara mereka dalam kekenyangan.
Sebagaimana yang dilakukan khalifah Umar saat ia dapati seorang ibu yang memasak batu untuk menghibur anak-anaknya. Kemudian Khalifah Umar pergi mengangkat gandum sendiri tanpa menerima tawaran untuk dibantu memangkul gandum tersebut. Sebab, ia merasa takut diakhirat nanti atas kepemimpinannya dimintai pertanggungjawaban. Amirul mukminin umar ra. Pada masa paceklik kelaparan. Beliau hanya memakan roti dan minyak sehingga kulitnya menjadi hitam, Umar ra. berkata,
"Akulah sejelek-jelek kepala negara, apabila aku kenyang. Sementara rakyatku kelaparan".
Begitulah gambaran pemimpin yang sesungguhnya, yang perhatian terhadap rakyatnya..Karena keimanan yang kokoh dan menggunakan kekuasaan itu pada fungsi yang sebenarnya serta memahami bahwa kekuasaan itu bukanlah digunakan untuk kepentingan sendiri apalagi berkolaborasi dengan asing. Karena, kekuasaan adalah amanah. Maka akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.
Maka, solusi hakiki hanya dengan penerapan sistem Islam yang mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh hidup manusia. Karena, dengan sistem Islam lah yang mampu mencetak pemimpin yang mengurusi umat dalam kondisi apapun tanpa kompromi dengan keuntungan.
Wallahualam bishawab.
Post a Comment