Varian Omicron, Bukti Rezim Global Gagal Kendalikan Virus


Oleh Nur Fatimah
Ibu Rumah Tangga dan Penulis Ideologis Pamulang

Dunia digegerkan dengan adanya virus varian baru  Covid-19 yang bernama Omicron atau B. 1.1.529. Pada Kamis, 28 November 2021, pemerintah Afrika Selatan mengumumkan varian baru. Varian ini mengandung 50 mutasi yang mempengaruhi kecepatan penularan dan antibodi. Omicron sudah masuk dalam varian yang dipantau ketat oleh WHO. Tercatat sudah ada 13 negara yang mendeteksi kehadiran virus tersebut mulai dari Afrika hingga beberapa negara di Eropa. ( CNBC Indonesia, 28/11/2021) 

Presiden Joko Widodo akhirnya menggelar rapat untuk mengantisipasi varian baru Covid-19. Hasilnya bahwa pemerintah harus tetap waspada dengan mengeluarkan kebijakan yang mampu menahan masuknya Omicron ke tanah air. Salah satunya adalah pengetatan dari luar negeri untuk beberapa negara. Hal ini  disampaikan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan ( CNBC Indonesia, 28/11/2021) 

Sudah 2 tahun lebih dunia menghadapi pandemi, bukan berarti virus itu sirna malah muncul  varian-varian baru yang sulit untuk dikendalikan. Artinya akan ada korban yang bermunculan lagi dan menyengsarakan banyak nyawa. Munculnya varian baru tidak lepas dari peran negara dalam memutus rantai penularan. Sejak awal pandemi seharusnya negara mengambil langkah yang tepat untuk mencegah virus tersebut agar tidak memakan banyak korban, akan tetapi negara lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada nyawa rakyat. Ini merupakan watak dari sistem kapitalisme. 

Di beberapa negara sudah ditemukan vaksin untuk mencegah penularan virus, alhasil pertumbuhan ekonomi mulai berjalan kembali, dunia mulai terlena beranggapan bahwa kondisi sudah stabil, padahal kenyataan virus masih bermutasi. 

Di Indonesia sendiri, angka penularan Covid-19 memang sudah menurun drastis, tapi tidak berarti aman dari munculnya varian-varian baru virus Covid-19 jika pemerintah tidak segera antisipasi untuk mencegahnya. Pemerintah jangan sampai mengulang kembali kesalahan-kesalahan dalam mengambil tindakan dari awal munculnya virus Covid-19. Di antaranya tidak konsisten dalam mengambil kebijakan, terlambat dalam mendistribusikan bantuan sosial, penerimaan bantuan tidak tepat sasaran, kurangnya edukasi kepada masyarakat tentang  penanganan Covid-19 dan masuknya WNA untuk kepentingan bisnis. Alhasil banyak pengangguran dan angka kemiskinan semakin bertambah, belum lagi dana bansos dikorupsi oleh pejabat menteri, sakit hati rakyat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ini merupakan bukti kegagalan rezim global untuk segera menghentikan potensi penularan virus. Apakah harus kita pertahankan rezim seperti ini?

Di dalam Islam, pemimpin harus mampu mengurusi rakyatnya secara maksimal, karena akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dari Umar r.a bahwa Nabi saw. bersabda, "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya". (HR. Muslim).

Islam mengajarkan bahwa nyawa manusia harus dinomor satukan). Rasulullah saw bersabda,  " Hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa haq".( HR. An-Nasai dan At Tirmidzi). 

Inilah beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin di dalam syariat Islam dalam menangani wabah di antaranya:

1. Tes dan tracing dengan cepat agar virus tidak menyebar. Begitu tes menunjukkan positif maka harus segera di tracing dan menjalani isolasi serta pengobatan sampai tuntas. 

2. Pusat wabah harus segera ditentukan dengan cepat agar tidak menyebar ke daerah lain. Tidak ada yang boleh keluar masuk ke daerah yang terkena wabah. Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah saw,  "Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasukinya, sebaliknya jika wabah itu terjadi  di tempat kalian tinggal janganlah kalian meninggalkan tempat itu." ( HR. Al-Bukhori). 

3. Menjamin semua kebutuhan dasar masyarakat di daerah yang  diisolasi.

4. Merawat, mengobati, dan melayani orang-orang yang sakit di daerah wabah. 

5. Menjaga wilayah lain yang tidak terkena wabah agar tetap menjalankan aktivitas seperti biasa sehingga mampu menopang daerah lain yang terkena wabah. 

6. Memperkuat dan meningkatkan sistem kesehatan yakin fasilitas obat-obatan, sumber daya manusia dan lain-lain, serta mendorong para ilmuwan menemukan obat/vaksin dengan cepat. 

Demikian solusi Islam dalam menangani wabah. Jika ajaran Islam benar-benar diterapkan, InsyaAllah dalam waktu singkat wabah akan segera berakhir. Akankah masyarakat masih berharap pada sistem kapitalis? Atas panggilan keimanan seharusnya umat kembali kepada seruan Allah  Swt dan Rasul-Nya untuk berjuang menerapkan Islam secara kafah di muka  bumi ini agar menjadi rahmatan lil alamin.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post