Varian Baru Covid-19 Meresahkan Rakyat

Oleh: Yuliana 

Wirausaha dan Aktivis Dakwah

 

Keadaan pandemi yang belum usai, dan kini dunia sudah kembali digegerkan varian baru virus corona yang meresahkan rakyat yakni varian Omicron. Varian ini pertama kali terdeteksi di Afrika dan telah menyebar ke berbagai negara.

Di Indonesia sendiri pemerintah bersiap mengantisipasi datangnya virus ini. Juru bicara satgas penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan pihaknya sedang melakukan analisis. "Pemerintah sedang melakukan analisis situasi dan segera merespons dengan langkah pencegahan agar Indonesia terlindungi dari potensi penularan tersebut," (Cnbcindonesia.com 28/11/21).

Varian baru virus corona ini dikabarkan memiliki 50 mutasi genetik, yang sebagian besar telah diidentifikasi pada varian sebelumnya, bersama dengan tiga perubahan baru. Prof Lawrence Young, dari Warwick Medical School, mengatakan varian baru ini sangat mengkhawatirkan. “Ini adalah versi yang paling banyak bermutasi yang pernah kami lihat hingga saat ini. Varian ini membawa beberapa perubahan yang telah kita lihat sebelumnya di varian lain tetapi tak pernah bersama-sama tergabung dalam satu virus. Ia juga memiliki mutasi baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

Beberapa mutasi mirip dengan perubahan yang telah dlihat pada varian lain yang menjadi perhatian terkait dengan peningkatan penularan dan dengan resistensi parsial terhadap kekebalan.

Dari beberapa varian sebelumnya saja virus corona ini telah benyak mamakan korban, meski ada yang bisa kembali pulih sampai akhirnya tak sedikit juga yang meregang nyawa. Tentu ini menjadi konsen bersama bagaimana caranya untuk bisa mengendalikan virus ini agar penyebaranya dapat terhenti.

Hal menarik yang bisa dipetik dari rentetan kasus Covid-19 ini, mulai dari varian Alpa, Betha, Delta dan terbaru Omicron adalah upaya yang dilakukan sejumlah pihak dalam menangani kasus ini belum maksimal. Ini membuktikan gagalnya rezim kapitalisme secara global menangai virus ini.

Setiap kebijakan yang diambil tidak mengatasi masalah dari akarnya. Dengan dalih mempertimbangkan kesetabilan ekonomi penanganan virus ini seakan terus berlarut-larut sehingga bukan menuntasakan masalah justru memicu datangnya masalah baru.

Rakyat mulai jengah dan bahkan lelah. Karena imbas dari adanya virus ini yang paling merasakan adalah rakyta kecil khususnya mereka yang berpenghasian harian. Karena beban rakyat ditanggung sendiri demi bisa bertahan hidup. Harapan rakyat sebetulnya cukup hanya ingin diberi kepastian akan penanganan virus ini, sehingga bisa beraktivitas normal tanpa adanya kekhawatiran.

Hal ini tidak akan berlarut-larut jika saja penanganan Covid-19 ini menggunakan sistem Islam. Karena Islam datang sebagai pemberi solusi bagi setiap persoalan kehidupan manusia, tidak terkecuali persoalan pandemi yang saat ini kita hadapi.

Islam memiliki karakteristik istimewa yang begitu manusiawi, hal ini terlihat dari prinsip-prinsip Islam dalam penanganan pandemi dan tindakan yang harus dilakukan beserta metode pelaksanaannya.

Wabah berbahaya bagi kehidupan manusia, sementara Islam hadir memberikan kehidupan. Inilah hakikat tindakan lockdown yang disyariatkan oleh Allah SWT zat Pencipta Kehidupan sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW, "Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya" (HR Imam Muslim).

Tindakan penguncian meniscayakan penanganan dilakukan segera tanpa harus mengulur waktu untuk keperluan penemuan teknologi seperti alat pengetesan dan pembaruan teknologi vaksin. Di saat yang bersamaan mobilitas manusia dari, ke, dan di area wabah akan segera dihentikan bersamaan dengan penguncian tindakan segera yang harus dilakukan di area terjangkit wabah adalah isolasi atau pemisahan orang yang sehat dan yang terinfeksi, termasuk yang tanpa gejala.

Ditegaskan Rasulullah SAW, "Hindarilah orang yang terkena lepra, seperti halnya kalian menghindari seekor singa." (HR A-Bukhari).

Tidak hanya diisolasi, yang terinfeksi harus segera diobati agar sembuh dan tidak lagi bisa menularkan kepada yang lain. Dinyatakan oleh Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penyakit, Allah ciptakan pula obatnya, maka berobatlah" (HR Imam Ahmad).

Karena dosis kuman (atau virus) di area wabah masih memungkinkan orang yang sehat tertular, maka agar benar-benar tidak ada lagi penularan baru, imunitas setiap orang harus dikuatkan dengan pola hidup yang sehat secara fisik dan pisikis sebagaimana tuntutan syariat Islam. Hal ini harus didukung dengan adanya pemimpin Islam yang berkapasitas yang berfungsi sebagai pengurus urusan umat. Pelaksanaan prinsip dan tindakan Islam tersebut hanya ada pada kepemimpinan politik Islam yakni khilafah yang akan hadir sebagai adidaya baru di abad ini dengan izin Allah.[]


Post a Comment

Previous Post Next Post